27.6 C
Denpasar
Friday, June 2, 2023

Kisah Supini, Asal Klungkung, Salah Satu Korban Meninggal Gempa Turki: Ada Firasat dari Mimpi

Duka menyelimuti keluarga I Nyoman Ranten, 50, warga Banjar Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan. Sang istri tercinta, Ni Wayan Supini, 37, seorang terapis yang dinanti-nanti kabarnya setelah hilang kontak sejak terjadi gempa di Turki, Senin (6/2/2023), ternyata akhirnya dinyatakan meninggal.

SEGALA benda peninggalan itu kini menjadi kenangan. Ranten saat ditemui di kediamannya, Minggu (19/2/2023) mengungkapkan, terakhir kali menghubungi istrinya yang bekerja sebagai terapis di Turki, sejak Juli 2022 lalu itu sehari sebelum gempa Turki terjadi (5/2/2023).

Bungsu dari tiga bersaudara yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanan tersebut, menurutnya sangat merindukan Supini pada hari itu. Sehingga dia berupaya mencarikan Wifi untuk bisa menghubungi istrinya melalui panggilan video WhatsApp.

“Saya carikan Wifi di luar. Karena anak saya kangen sekali, kebanyakan anak-anak yang video call (telepon video) sama istri,” ungkapnya.

Setelah puas melepas kangen, istrinya pun berpamitan untuk mandi. Baru keesokan harinya (6/2), dia mendapat informasi bila terjadi gempa dahsyat di Turki. Mendapat informasi itu, dia mencoba menghubungi istrinya, baik melalui telepon, pesan Facebook, dan WhatsApp. Meski telepon istrinya aktif, tidak ada jawaban dari telepon dan pesan yang dia kirim. “Kemungkinan saat lari menyelamatkan diri, istri saya tidak membawa HP. Temannya yang melarikan diri membawa HP, selamat. Katanya saat kejadian, kondisi di sana gelap,” katanya.

Baca Juga:  Gempa Dasyat di Turki dan Suriah, Korban Meninggal Tembus 12.000 Orang

Berhari-hari tidak mendapat kabar, dia belajar untuk bersabar dan menerima segala kemungkinan yang terjadi. Apalagi setelah bencana itu terjadi, sejumlah kerabat mengaku mendapat pertanda tidak baik melalui mimpi. Mulai dari mimpi gigi lepas, hingga istrinya mendatangi salah seorang kerabat dengan kondisi menangis. “Kalau kedua anak saya yang sudah bekerja dan masih SMA, tetap yakin mamanya selamat dan mungkin sedang mengungsi di mana hanya saja tidak membawa HP sehingga tidak bisa menghubungi keluarga. Tetapi saya ingatkan untuk tetap tabah apapun yang terjadi. Kalau anak saya yang TK, belum tahu apa-apa,” terangnya.

Setelah beberapa hari menanti kabar sang istri, pihak kepolisian tiba-tiba menghubunginya untuk melakukan tes DNA, Jumat (17/2). Pada Sabtu (18/2), dia mendapat penjelasan bila hasil tes DNA dia dan anak-anaknya cocok dengan salah satu korban meninggal gempa Turki.

“Katanya tanggal 22 Februari ini jenazah istri saya diberangkatkan dari Turki. Karena ada piodalan (upacara keagamaan), jenazah istri saya akan dititip di RSUD Klungkung. Setelah piodalan baru saya dan keluarga akan rembuk untuk upacaranya,” beber ayah dari tiga anak itu.

Baca Juga:  Beh! Melanggar Gaktibplin, Enam Anggota Polres Klungkung Kena Sanksi Push Up

Lebih lanjut Ranten menuturkan, istrinya baru pertama kali bekerja ke Turki sebagai terapis.

Sebelumnya, dia dan Supini bekerja di sektor pariwisata dan tinggal di kediaman keluarga sang istri. Lantaran terdampak pandemi Covid-19, dia memboyong keluarga kecilnya kembali ke kampung halamannya di Banjar Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan.

“Selama tinggal di sini, saya dan istri sempat jual nasi jinggo karena istri hobi masak. Setelah itu, akhirnya istri saya memutuskan untuk bekerja ke luar negeri. Sempat mengikuti pelatihan terapis di Karangasem. Istri saya pekerja keras, orangnya tidak pernah diam,” kenangnya.

Lantaran biaya untuk berangkat bekerja ke luar negeri tidaklah sedikit, istrinya berencana bekerja di Turki selama tiga tahun lamanya. “Istri saya sudah sempat mengirimkan uang untuk kebutuhan hari raya ke anak. Rencananya tanggal 10 Februari, istri saya kembali kirim uang untuk piodalan. Tetapi kejadian seperti ini,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Klungkung, I Wayan Sumarta mengungkapkan, Supini tidak tercatat di sistem Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Klungkung. Itu lantaran Supini berangkat ke Turki secara mandiri dengan visa liburan. [dewa ayu pitri arisanti/radar bali]

 



Duka menyelimuti keluarga I Nyoman Ranten, 50, warga Banjar Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan. Sang istri tercinta, Ni Wayan Supini, 37, seorang terapis yang dinanti-nanti kabarnya setelah hilang kontak sejak terjadi gempa di Turki, Senin (6/2/2023), ternyata akhirnya dinyatakan meninggal.

SEGALA benda peninggalan itu kini menjadi kenangan. Ranten saat ditemui di kediamannya, Minggu (19/2/2023) mengungkapkan, terakhir kali menghubungi istrinya yang bekerja sebagai terapis di Turki, sejak Juli 2022 lalu itu sehari sebelum gempa Turki terjadi (5/2/2023).

Bungsu dari tiga bersaudara yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanan tersebut, menurutnya sangat merindukan Supini pada hari itu. Sehingga dia berupaya mencarikan Wifi untuk bisa menghubungi istrinya melalui panggilan video WhatsApp.

“Saya carikan Wifi di luar. Karena anak saya kangen sekali, kebanyakan anak-anak yang video call (telepon video) sama istri,” ungkapnya.

Setelah puas melepas kangen, istrinya pun berpamitan untuk mandi. Baru keesokan harinya (6/2), dia mendapat informasi bila terjadi gempa dahsyat di Turki. Mendapat informasi itu, dia mencoba menghubungi istrinya, baik melalui telepon, pesan Facebook, dan WhatsApp. Meski telepon istrinya aktif, tidak ada jawaban dari telepon dan pesan yang dia kirim. “Kemungkinan saat lari menyelamatkan diri, istri saya tidak membawa HP. Temannya yang melarikan diri membawa HP, selamat. Katanya saat kejadian, kondisi di sana gelap,” katanya.

Baca Juga:  Warga Keluhkan Jalan Rusak Parah Bertahun-tahun, Perbaikan Menunggu 2024

Berhari-hari tidak mendapat kabar, dia belajar untuk bersabar dan menerima segala kemungkinan yang terjadi. Apalagi setelah bencana itu terjadi, sejumlah kerabat mengaku mendapat pertanda tidak baik melalui mimpi. Mulai dari mimpi gigi lepas, hingga istrinya mendatangi salah seorang kerabat dengan kondisi menangis. “Kalau kedua anak saya yang sudah bekerja dan masih SMA, tetap yakin mamanya selamat dan mungkin sedang mengungsi di mana hanya saja tidak membawa HP sehingga tidak bisa menghubungi keluarga. Tetapi saya ingatkan untuk tetap tabah apapun yang terjadi. Kalau anak saya yang TK, belum tahu apa-apa,” terangnya.

Setelah beberapa hari menanti kabar sang istri, pihak kepolisian tiba-tiba menghubunginya untuk melakukan tes DNA, Jumat (17/2). Pada Sabtu (18/2), dia mendapat penjelasan bila hasil tes DNA dia dan anak-anaknya cocok dengan salah satu korban meninggal gempa Turki.

“Katanya tanggal 22 Februari ini jenazah istri saya diberangkatkan dari Turki. Karena ada piodalan (upacara keagamaan), jenazah istri saya akan dititip di RSUD Klungkung. Setelah piodalan baru saya dan keluarga akan rembuk untuk upacaranya,” beber ayah dari tiga anak itu.

Baca Juga:  Terungkap! Ternyata ASN Karaoke di Jam Kerja dari Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kulungkung

Lebih lanjut Ranten menuturkan, istrinya baru pertama kali bekerja ke Turki sebagai terapis.

Sebelumnya, dia dan Supini bekerja di sektor pariwisata dan tinggal di kediaman keluarga sang istri. Lantaran terdampak pandemi Covid-19, dia memboyong keluarga kecilnya kembali ke kampung halamannya di Banjar Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan.

“Selama tinggal di sini, saya dan istri sempat jual nasi jinggo karena istri hobi masak. Setelah itu, akhirnya istri saya memutuskan untuk bekerja ke luar negeri. Sempat mengikuti pelatihan terapis di Karangasem. Istri saya pekerja keras, orangnya tidak pernah diam,” kenangnya.

Lantaran biaya untuk berangkat bekerja ke luar negeri tidaklah sedikit, istrinya berencana bekerja di Turki selama tiga tahun lamanya. “Istri saya sudah sempat mengirimkan uang untuk kebutuhan hari raya ke anak. Rencananya tanggal 10 Februari, istri saya kembali kirim uang untuk piodalan. Tetapi kejadian seperti ini,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Klungkung, I Wayan Sumarta mengungkapkan, Supini tidak tercatat di sistem Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Klungkung. Itu lantaran Supini berangkat ke Turki secara mandiri dengan visa liburan. [dewa ayu pitri arisanti/radar bali]

 


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru