28.7 C
Denpasar
Tuesday, June 6, 2023

Duh! Burung Hantu Bermanfaat Kendalikan Hama Tikus tapi Sarangnya Malah Rusak Tak Terurus

TABANAN,radarbali.id– Publik khususnya petani sangat paham manfaat burung hantu atau rubuha. Yakni, bangsa hewan yang berfungsi mengendalikan hama tikus di persawahan. Sungguh miris melihat kondisi rumah alias sarang burung hantu (rubuha) yang berada areal Subak Ganggangan, Banjar Pagi, Desa Senganan, Penebel, Tabanan.

Meski kondisi penangkaran atau rumah konservasi burung hantu (Tyto Alba) yang dilakukan oleh Komunitas Uma Wali masih kokoh berdiri. Sayangnya bangunan rubuha di subak-subak Ganggangan dalam kondisi rusak. Pihak pengelola burung hantu berencana melakukan perbaikan, tetapi terkendala dengan biaya.

“Kondisi rumah burung hantu (rubuhan) semua sudah rusak, baru bisa kami bangun satu. Itupun ada bantuan yang diberikan oleh Mahasiswa Tokyo University yang berkunjung kesini. Yang lainnya sisanya ada 13 rubuha kondisi rusak,” kata Ketua Konservasi Burung Hantu (Tyto Alba) Uma Wali I Made Jonita, Jumat (31/3).

Rusak rubuha yang berada di areal persawahan seluas 25 hektar ini sejatinya sudah terjadi sejak tiga tahun lalu. “Kalau tiangnya terbuat dari besi masih kokoh, hanya masalah di rumahnya yang terbuat dari kayu sudah dalam kondisi keropos. Sehingga ini juga yang berpengaruh terhadap perkembanganbiakan Tyto Alba yang berada dialam liar persawahan,” jelasnya Dek Jonita.

Baca Juga:  Duh, Tak Cuma di Kuta, Gianyar, di Tabanan Banyak Turis Melanggar Lalu Lintas

Diakui Jonita, pihaknya sejatinya berencana melakukan perbaikan dan pemeliharaan terhadap rubuha yang berada di areal subak Ganggangan. Namun terkendala dengan anggaran yang ada, sehingga sampai dengan saat ini kondisi rubuha masih rusak, belum bisa pihaknya lakukan perbaikan.

“Lumayan ternyata biaya perawatan untuk rubuha, kan harus beli kayu untuk buat rubuha kembali. Ini yang butuh biaya. kalau tiangnya sudah ada tinggal biaya rumahnya. Biayanya sekitar Rp 1-2 juta,” ungkapnya.

Dikatakan Dek Jonita, dari 14 rubuha dulunya yang dibangun memang tidak semua rubuha ditempati oleh indukan burung hantu. Tetapi lebih banyak rubuha terbangun tujuan secara otomatis lebih cepat perkembanganbiakan dari burung predator hama tikus ini.

Sementara ini untuk burung hantu masih tersisa 4 ekor yang berada dialam bebas yang memasang serangan hama tikus subak Ganggangan. Kemudian satu ekor burung hantu yang berada di penangkaran Uma Wali.

Baca Juga:  Jelang Nyepi Berlangsung, Masyarakat Tabanan Nunas Tirta Tawur Kesanga

Dia melanjutkan pembangunan rumah burung hantu dan rumah penangkaran (konservasi) dulu satu paket bantuan yang diberikan oleh Kementerian Pertanian. Bantuan itu diberikan senilai Rp 150 juta.

Maka pihaknya kala itu bangun rumah penangkaran (konservasi) dan rubuha sebanyak 14 unit di subak-subak. Dengan tujuan awal pengendalian hama tikus hingga mengalami perkembangan ke subak-subak lainnya di Tabanan. Seperti Bengkel, Timpag dan daerah Soka, Selemadeg Barat. “Akan tetapi kondisinya saat ini rubuha dalam kondisi rusak dan sangat butuh perbaikan,” sebutnya.

Dia menambahkan melakukan konservasi burung hantu selama 7 tahun berjalan telah berbagai manfaat didapat oleh petani di subak ganggangan. Selain kini jarang dijumpai tikus di lahan pertanian warga dan juga tidak pernah petani mengalami gagal panen.

“Disamping itu di desa kini telah dijumpai perkembangan jenis burung lainnya. Misalnya kini telah banyak burung elang, kacer, jalak dan jenis lainnya yang berkembangbiak dan sudah dapat dijumpai sekarang, pungkasnya. (uli/rid)



TABANAN,radarbali.id– Publik khususnya petani sangat paham manfaat burung hantu atau rubuha. Yakni, bangsa hewan yang berfungsi mengendalikan hama tikus di persawahan. Sungguh miris melihat kondisi rumah alias sarang burung hantu (rubuha) yang berada areal Subak Ganggangan, Banjar Pagi, Desa Senganan, Penebel, Tabanan.

Meski kondisi penangkaran atau rumah konservasi burung hantu (Tyto Alba) yang dilakukan oleh Komunitas Uma Wali masih kokoh berdiri. Sayangnya bangunan rubuha di subak-subak Ganggangan dalam kondisi rusak. Pihak pengelola burung hantu berencana melakukan perbaikan, tetapi terkendala dengan biaya.

“Kondisi rumah burung hantu (rubuhan) semua sudah rusak, baru bisa kami bangun satu. Itupun ada bantuan yang diberikan oleh Mahasiswa Tokyo University yang berkunjung kesini. Yang lainnya sisanya ada 13 rubuha kondisi rusak,” kata Ketua Konservasi Burung Hantu (Tyto Alba) Uma Wali I Made Jonita, Jumat (31/3).

Rusak rubuha yang berada di areal persawahan seluas 25 hektar ini sejatinya sudah terjadi sejak tiga tahun lalu. “Kalau tiangnya terbuat dari besi masih kokoh, hanya masalah di rumahnya yang terbuat dari kayu sudah dalam kondisi keropos. Sehingga ini juga yang berpengaruh terhadap perkembanganbiakan Tyto Alba yang berada dialam liar persawahan,” jelasnya Dek Jonita.

Baca Juga:  Dorong Pertanian Organik, Petani Klungkung Diberi Bantuan Burung Hantu

Diakui Jonita, pihaknya sejatinya berencana melakukan perbaikan dan pemeliharaan terhadap rubuha yang berada di areal subak Ganggangan. Namun terkendala dengan anggaran yang ada, sehingga sampai dengan saat ini kondisi rubuha masih rusak, belum bisa pihaknya lakukan perbaikan.

“Lumayan ternyata biaya perawatan untuk rubuha, kan harus beli kayu untuk buat rubuha kembali. Ini yang butuh biaya. kalau tiangnya sudah ada tinggal biaya rumahnya. Biayanya sekitar Rp 1-2 juta,” ungkapnya.

Dikatakan Dek Jonita, dari 14 rubuha dulunya yang dibangun memang tidak semua rubuha ditempati oleh indukan burung hantu. Tetapi lebih banyak rubuha terbangun tujuan secara otomatis lebih cepat perkembanganbiakan dari burung predator hama tikus ini.

Sementara ini untuk burung hantu masih tersisa 4 ekor yang berada dialam bebas yang memasang serangan hama tikus subak Ganggangan. Kemudian satu ekor burung hantu yang berada di penangkaran Uma Wali.

Baca Juga:  Ikut Penggrompyokan, Giri Prasta Dorong Pemanfaatan Musuh Alami Tikus

Dia melanjutkan pembangunan rumah burung hantu dan rumah penangkaran (konservasi) dulu satu paket bantuan yang diberikan oleh Kementerian Pertanian. Bantuan itu diberikan senilai Rp 150 juta.

Maka pihaknya kala itu bangun rumah penangkaran (konservasi) dan rubuha sebanyak 14 unit di subak-subak. Dengan tujuan awal pengendalian hama tikus hingga mengalami perkembangan ke subak-subak lainnya di Tabanan. Seperti Bengkel, Timpag dan daerah Soka, Selemadeg Barat. “Akan tetapi kondisinya saat ini rubuha dalam kondisi rusak dan sangat butuh perbaikan,” sebutnya.

Dia menambahkan melakukan konservasi burung hantu selama 7 tahun berjalan telah berbagai manfaat didapat oleh petani di subak ganggangan. Selain kini jarang dijumpai tikus di lahan pertanian warga dan juga tidak pernah petani mengalami gagal panen.

“Disamping itu di desa kini telah dijumpai perkembangan jenis burung lainnya. Misalnya kini telah banyak burung elang, kacer, jalak dan jenis lainnya yang berkembangbiak dan sudah dapat dijumpai sekarang, pungkasnya. (uli/rid)


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru