25.4 C
Denpasar
Saturday, April 1, 2023

Permintaan Babi di Tabanan Sedang Bagus, Eh, Peternak Ternyata Masih Waswas Virus ASF

Kondisi ekonomi yang perlahan menuju pulih, dibarengi dengan konsumsi daging babi juga ikut normal, kini ternak babi di masyarakat mulai menggeliat lagi. Tapi sebagian peternak masih waswas ancaman demam babi afrika atau virus African Swine Fever (ASF) masih menghantui.

INI tentu bukan tanpa sebab. Maklum, ASF ini menyerang ternak babi dua tahun lalu, membuat peternak babi masih ada rasa trauma. Bahkan ada peternak sampai sekarang belum bersedia untuk kembali menggeluti pemeliharaan babi untuk konsumsi.

Salah satu peternak babi asal Bongan Pala, Desa Bongan Tabanan yang tergabung tim 99 pakan ternak, Ketut Ketut Darma mengaku peternak babi di Tabanan memang kembali digeluti oleh peternak. Tetapi rasa khawatir soal virus ASF masih ada bagi para peternak babi di Tabanan.  Meski belum  ditemukan kasus ASF di Tabanan.

“Bagi saya kalau sudah adanya virus ASF, bikin ketakutan, karena dengan cepat menyerang. Apalagi saya sekarang pelihara babi untuk penggemukkan siap konsumsi,” kata Ketut Darma ditemui saat diskusi ngopi bareng bersama sejumlah Peternak Babi di warung Penggak Pemkab Tabanan, Jumat (3/3/2023).

Untuk mencegah terjadi penularan virus ASF dan penyakit apapun pada babi, pihaknya masih menerapkan pencegahan dini. Dengan biosecurity pada kandang ternak babi.

Baca Juga:  Tabrak Anjing lalu Terperosok Masuk Kolong Truk, Pemuda Ini Lolos dari Maut

Yakni dengan cara pembersihan setiap harinya, desinfektan, bahkan pengecekan rutin seminggu sekali soal kondisi kesehatan babi. Termasuk pula pemberian pakan ternak yang lebih dengan kandungan nutrisi cukup agar ketahanan imun babi sendiri terbentuk.

“Astungkara sampai sekarang masih aman, karena rutin desinfektan dan lakukan biosecurity,” ungkapnya.

Dari sisi harga babi konsumsi siap potong terbilang normal Rp 40 kilogram. Bahkan serapan hasil peternakan babi saat ini sebagian besar dikirim keluar babi ke Jakarta dan Solo. “Nah kebetulan babi saya dikirim ke Jakarta yang diambil Perusahaan Daerah Dharma Santhika (PDDS) Tabanan,” ungkapnya.

Sementara itu Ketua Koordinator Perkumpulan Peternak Hewan Monogastrik Indonesia (PHMI) Kabupaten Tabanan, I Made Sukariyono alias Pak Deyon juga tak menampik soal ancaman virus ASF yang bisa saja terjadi setiap saat pada peternakan babi. Meski sampai sekarang belum ada kasus ditemukan.

Namun dia menyebut banyak cara dan solusi untuk menangkal dan melakukan pencegahan. Pertama biosecurity dengan ketat, mulai dari penyemprotan disinfektan ke kandang, sterilisasi kandang dengan membatasi aktivitas keluar masuk kandang hingga memberikan vitamin dan protein pada babi.

Baca Juga:  Mimih…Peternak Babi Ngamuk, Ketakutan, Terpaksa Keluarganya Mengungsi

Selanjutnya sanitasi yang mencakup kebersihan kandang. “Yang paling penting juga tidak sembarang orang bisa masuk dalam kandang,” bebernya.

Selain itu hal lain dapat dilakukan peternak, melakukan penguatan genetik. Dimana bibit babi yang dihasilkan harus unggul. Dalam menghasilkan bibit babi yang unggul ternak babi harus menghindari perkawinan babi sedarah atau sesama jenis. Agar bibit babi yang dihasilkan tidak cacat dan mudah sakit.

Khusus untuk babi indukkan betina yang sangat cocok dengan jenis lendris. Karena karakter babi lendris sifatnya keibuan. Kemudian susu yang dihasilkan sangat baik. Sedangkan untuk pejantan boleh menggunakan babi Yorkshire, duroc dan pietrain.

Perkawinan dilakukan dengan inseminasi buatan (kawin suntik). Mengapa? dengan kawin suntik dapat menentukan sperma pilihan pada babi. Karena babi jantan yang unggul dapat mengawinkan bibit babi betina lainnya.

“Kalau kawin suntik dari sperma babi jantan dapat mengetahui bahwa babi tersebut berapa kali kawin bahkan asalnya dari mana. Karena babi melakukan perkawinan ada batasannya untuk menghasilkan bibit yang unggul dan tahan terhadap serangan virus dan lainnya,” pungkasnya. [juliadi/radar bali]

 

 



Kondisi ekonomi yang perlahan menuju pulih, dibarengi dengan konsumsi daging babi juga ikut normal, kini ternak babi di masyarakat mulai menggeliat lagi. Tapi sebagian peternak masih waswas ancaman demam babi afrika atau virus African Swine Fever (ASF) masih menghantui.

INI tentu bukan tanpa sebab. Maklum, ASF ini menyerang ternak babi dua tahun lalu, membuat peternak babi masih ada rasa trauma. Bahkan ada peternak sampai sekarang belum bersedia untuk kembali menggeluti pemeliharaan babi untuk konsumsi.

Salah satu peternak babi asal Bongan Pala, Desa Bongan Tabanan yang tergabung tim 99 pakan ternak, Ketut Ketut Darma mengaku peternak babi di Tabanan memang kembali digeluti oleh peternak. Tetapi rasa khawatir soal virus ASF masih ada bagi para peternak babi di Tabanan.  Meski belum  ditemukan kasus ASF di Tabanan.

“Bagi saya kalau sudah adanya virus ASF, bikin ketakutan, karena dengan cepat menyerang. Apalagi saya sekarang pelihara babi untuk penggemukkan siap konsumsi,” kata Ketut Darma ditemui saat diskusi ngopi bareng bersama sejumlah Peternak Babi di warung Penggak Pemkab Tabanan, Jumat (3/3/2023).

Untuk mencegah terjadi penularan virus ASF dan penyakit apapun pada babi, pihaknya masih menerapkan pencegahan dini. Dengan biosecurity pada kandang ternak babi.

Baca Juga:  Masih Trauma, Peternak Babi di Tabanan Belum Siap Beternak Lagi

Yakni dengan cara pembersihan setiap harinya, desinfektan, bahkan pengecekan rutin seminggu sekali soal kondisi kesehatan babi. Termasuk pula pemberian pakan ternak yang lebih dengan kandungan nutrisi cukup agar ketahanan imun babi sendiri terbentuk.

“Astungkara sampai sekarang masih aman, karena rutin desinfektan dan lakukan biosecurity,” ungkapnya.

Dari sisi harga babi konsumsi siap potong terbilang normal Rp 40 kilogram. Bahkan serapan hasil peternakan babi saat ini sebagian besar dikirim keluar babi ke Jakarta dan Solo. “Nah kebetulan babi saya dikirim ke Jakarta yang diambil Perusahaan Daerah Dharma Santhika (PDDS) Tabanan,” ungkapnya.

Sementara itu Ketua Koordinator Perkumpulan Peternak Hewan Monogastrik Indonesia (PHMI) Kabupaten Tabanan, I Made Sukariyono alias Pak Deyon juga tak menampik soal ancaman virus ASF yang bisa saja terjadi setiap saat pada peternakan babi. Meski sampai sekarang belum ada kasus ditemukan.

Namun dia menyebut banyak cara dan solusi untuk menangkal dan melakukan pencegahan. Pertama biosecurity dengan ketat, mulai dari penyemprotan disinfektan ke kandang, sterilisasi kandang dengan membatasi aktivitas keluar masuk kandang hingga memberikan vitamin dan protein pada babi.

Baca Juga:  Jurus Desa Bengkel, Kediri,Tabanan, Mengelola Sampah : Ada Imbalan Insentif Kehatan hingga Sekolah

Selanjutnya sanitasi yang mencakup kebersihan kandang. “Yang paling penting juga tidak sembarang orang bisa masuk dalam kandang,” bebernya.

Selain itu hal lain dapat dilakukan peternak, melakukan penguatan genetik. Dimana bibit babi yang dihasilkan harus unggul. Dalam menghasilkan bibit babi yang unggul ternak babi harus menghindari perkawinan babi sedarah atau sesama jenis. Agar bibit babi yang dihasilkan tidak cacat dan mudah sakit.

Khusus untuk babi indukkan betina yang sangat cocok dengan jenis lendris. Karena karakter babi lendris sifatnya keibuan. Kemudian susu yang dihasilkan sangat baik. Sedangkan untuk pejantan boleh menggunakan babi Yorkshire, duroc dan pietrain.

Perkawinan dilakukan dengan inseminasi buatan (kawin suntik). Mengapa? dengan kawin suntik dapat menentukan sperma pilihan pada babi. Karena babi jantan yang unggul dapat mengawinkan bibit babi betina lainnya.

“Kalau kawin suntik dari sperma babi jantan dapat mengetahui bahwa babi tersebut berapa kali kawin bahkan asalnya dari mana. Karena babi melakukan perkawinan ada batasannya untuk menghasilkan bibit yang unggul dan tahan terhadap serangan virus dan lainnya,” pungkasnya. [juliadi/radar bali]

 

 


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru