26.5 C
Denpasar
Saturday, June 10, 2023

Kondisi Terkini Kabupaten Lumbung Padinya Bali:Gabah Langka,Penggilingan pun Sulit Cari Bahan Baku

Tanah yang subur, air yang melimpah sepanjang tahun, membuat Tabanan (dulu) dikenal sebagai kabupaten lumbung padi bagi Bali. Kini? Seiring perubahan zaman, tempat penggilingan gabah sekarang susah cari pelanggan penggilingan.

MESIN penggilingan itu lebih banyak beristirahat. Stok gabah yang menipis membuat sejumlah lokasi penggilingan padi di Tabanan harus terhenti sementara waktu melakukan pengolahan gabah menjadi beras. Ini sebuah fakta yang menyakitkan, tentunya.

Salah satunya itulah yang terlihat pada lokasi penggilingan beras di UD. Kartika Putra, Banjar Dinas Bongan Jawa Kangin, Desa Bongan Tabanan, Selasa (7/2/2023).

Biasanya pada penyosongan beras tersebut setiap harinya beroperasi. Namun terhenti sejenak setelah kesulitan mendapatkan bahan baku gabah.

Pengusaha penggilingan beras Gede Kartika Putra menjelaskan kelangkaan gabah ini sejatinya terjadi sejak November 2023 lalu, tetapi baru sekarang sangat terasa dampaknya.

“Dan,  ini bukan hanya terjadi pada satu penggilingan beras, merata terjadi di Tabanan,” ungkap Gede.

Baca Juga:  Catat! Desa Tambakan Diproyeksikan Jadi Sentra Cabai

Di Tabanan sendiri sangat minim pasokan gabah, baru beberapa lahan pertanian padi yang panen. Seperti daerah Tangguntiti, Selemadeg Timur dan Desa Beraban Kediri. Sementara daerah lainnya baru melakukan penanaman padi.

Kelangkaan gabah yang menipis ini juga diikuti dengan rendemen padi yang tidak sesuai dengan standar ideal yang diharapkan.

“Standar kami mampu melakukan penggilingan beras dengan rendemen padi 55 persen, tapi saat ini rendemen padi 50 persen. Jelas padi tidak bisa digiling jadi beras,” bebernya.

Dia menyebutkan kelangkaan gabah di Tabanan yang hampir terjadi merata di seluruh Bali ini, penyebab faktor cuaca yang tidak menentu. Padi yang semesti bisa dipanen, malah rusak akibat cuaca yang terus menerus dengan terjadi hujan.

“Kami kalau kondisi normal mampu memproduksi sekitar 5 ton beras sehari. Sekarang 1 ton per hari itu pun sudah sulit gabah kami dapatkan,” jelasnya.

Langkanya pasokan gabah di petani ini imbasnya juga membuat harga gabah naik signifikan dulu harganya Rp 5.200 per kilogramnya kini sudah tembus Rp 5.800.

Baca Juga:  Sempat Mogok dan Sebabkan Kemacetan Panjang, Truk Muatan Bata Ringan Kini Terbalik

“Naiknya harga gabah ini memicu pula terhadap naiknya harga beras saat ini, di lokasi penyongsongan harga beras Rp 11.500 per kilogramnya,” imbuhnya.

Langkanya gabah di Tabanan juga tidak dipungkiri oleh Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi). “Gabah stoknya di petani langka saat ini, sehingga pengusaha penggilingan cukup kesulitan mencari bahan baku gabah,” ujar Sekretaris Perpadi Tabanan I Wayan Sukaharta.

Pihaknya belum bisa memprediksi kapan kondisi ketersediaan gabah normal di lapangan. Karena faktor cuaca saat ini masih mempengaruhi.

Dari kondisi gabah yang menipis di petani jelas pengaruh terhadap operasional penggilingan beras.

“Maka tidak heran harga beras melonjak naik di lapangan. Harga beras di penggilingan tembus Rp 11-11,5 ribu per kilogramnya,” pungkasnya. [juliadi/radar bali]

 

 



Tanah yang subur, air yang melimpah sepanjang tahun, membuat Tabanan (dulu) dikenal sebagai kabupaten lumbung padi bagi Bali. Kini? Seiring perubahan zaman, tempat penggilingan gabah sekarang susah cari pelanggan penggilingan.

MESIN penggilingan itu lebih banyak beristirahat. Stok gabah yang menipis membuat sejumlah lokasi penggilingan padi di Tabanan harus terhenti sementara waktu melakukan pengolahan gabah menjadi beras. Ini sebuah fakta yang menyakitkan, tentunya.

Salah satunya itulah yang terlihat pada lokasi penggilingan beras di UD. Kartika Putra, Banjar Dinas Bongan Jawa Kangin, Desa Bongan Tabanan, Selasa (7/2/2023).

Biasanya pada penyosongan beras tersebut setiap harinya beroperasi. Namun terhenti sejenak setelah kesulitan mendapatkan bahan baku gabah.

Pengusaha penggilingan beras Gede Kartika Putra menjelaskan kelangkaan gabah ini sejatinya terjadi sejak November 2023 lalu, tetapi baru sekarang sangat terasa dampaknya.

“Dan,  ini bukan hanya terjadi pada satu penggilingan beras, merata terjadi di Tabanan,” ungkap Gede.

Baca Juga:  Jembatan Darurat Tua-Marga Akhirnya Dibongkar, Segera Dibangun dengan Anggaran Rp 11,4 Miliar

Di Tabanan sendiri sangat minim pasokan gabah, baru beberapa lahan pertanian padi yang panen. Seperti daerah Tangguntiti, Selemadeg Timur dan Desa Beraban Kediri. Sementara daerah lainnya baru melakukan penanaman padi.

Kelangkaan gabah yang menipis ini juga diikuti dengan rendemen padi yang tidak sesuai dengan standar ideal yang diharapkan.

“Standar kami mampu melakukan penggilingan beras dengan rendemen padi 55 persen, tapi saat ini rendemen padi 50 persen. Jelas padi tidak bisa digiling jadi beras,” bebernya.

Dia menyebutkan kelangkaan gabah di Tabanan yang hampir terjadi merata di seluruh Bali ini, penyebab faktor cuaca yang tidak menentu. Padi yang semesti bisa dipanen, malah rusak akibat cuaca yang terus menerus dengan terjadi hujan.

“Kami kalau kondisi normal mampu memproduksi sekitar 5 ton beras sehari. Sekarang 1 ton per hari itu pun sudah sulit gabah kami dapatkan,” jelasnya.

Langkanya pasokan gabah di petani ini imbasnya juga membuat harga gabah naik signifikan dulu harganya Rp 5.200 per kilogramnya kini sudah tembus Rp 5.800.

Baca Juga:  Ini Dia, Durian Bawor dan Musang King, Andalan Tabanan

“Naiknya harga gabah ini memicu pula terhadap naiknya harga beras saat ini, di lokasi penyongsongan harga beras Rp 11.500 per kilogramnya,” imbuhnya.

Langkanya gabah di Tabanan juga tidak dipungkiri oleh Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi). “Gabah stoknya di petani langka saat ini, sehingga pengusaha penggilingan cukup kesulitan mencari bahan baku gabah,” ujar Sekretaris Perpadi Tabanan I Wayan Sukaharta.

Pihaknya belum bisa memprediksi kapan kondisi ketersediaan gabah normal di lapangan. Karena faktor cuaca saat ini masih mempengaruhi.

Dari kondisi gabah yang menipis di petani jelas pengaruh terhadap operasional penggilingan beras.

“Maka tidak heran harga beras melonjak naik di lapangan. Harga beras di penggilingan tembus Rp 11-11,5 ribu per kilogramnya,” pungkasnya. [juliadi/radar bali]

 

 


Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru