Beragam terobosan ditempuh Pemerintah Desa Bengkel, Kecamatan Kediri, Tabanan, untuk menyadarkan warga agar berperan aktif dalam pengelolaan sampah di desa. Dari iming-iming imbalan insentif Kesehatan hingga insentif sekolah.
SEGALA upaya dicoba diterapkan. Selain dengan membuat program bank-bank sampah dimasing-masing banjar, juga desa telah membangun tempat pengelolaan sampah reuse, reduce, dan recycle (TPS3R).
Yang terkini, pihak Pemerintah Desa Bengkel dalam mengubah perilaku warga untuk sadar tentang sampah adalah dengan memberikan reward atau hadiah berupa insentif kesehatan dan pendidikan di desa.
Perbekel Desa Bengkel, I Nyoman Wahya Biantara, mengatakan bahwa pihak desa juga memberikan insentif kesehatan juga insentif pendidikan kepada warga dengan maksud untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah dan lingkungan sekitar.
Selama diakuinya sejak beroperasi TPS3R Bestari tahun 2022 lalu, jumlah masyarakat mengikuti pelayanan TPS3 dalam pengangkutan sampah masih minim. Dari empat banjar yang ada di desa baru hanya 85 kepala keluarga (KK) yang mengikuti. Apalagi tahun 2023 ini pihaknya menargetkan 200 KK yang ikuti layanan pengangkutan sampah TPS3R.
Agar menarik kesadaran masyarakat ikut program layanan sampah TPS3R, Pihaknya memberikan insentif pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang ikut layanan sampah. Masyarakat diberikan subsidi layanan berobat gratis ke dokter yang ada di Desa Bengkel.
“Kami punya tiga dokter di desa, jadi begitu dia (masyarakat red) ikut layanan sampah TPS3R dengan hanya membayar iuran sampah Rp 250 per tahun, maka akan mendapat insentif layanan kesehatan gratis selama lima kali dalam setahun,” ungkap Wahya Biantara, Selasa (14/2/2023).
Selanjutnya terobosan kedua pihaknya memberikan subsidi pendidikan atau diskon untuk masyarakat yang anaknya masuk sekolah TK. Diskon pendidikan ini berupa pemotongan pembayaran SPP saat berada di TK.
“Bila SPP TK dibayar Rp 120 ribu per bulan, maka cukup membayar Rp 100 ribu setiap bulan, dengan catatan jika ikuti layanan pengangkutan sampah TPS3R,” jelasnya.
Wahya menambahkan selama TPS3R beroperasi di desa mampu melakukan pengolahan sampah setiap harinya sekitar 3 ton. Baik sampah organik dan non organik.
Untuk sampah organik sendiri diolah menjadi pupuk kompos dengan hasil sekitar 2 ton setiap bulannya. Sementara sampah non organik berupa plastik, karton dan lainnya dijual kepada pengepul.
Yang menariknya lagi adalah perihal keberadaan bank-bank sampah di masing–masing banjar. Masyarakat yang sudah melakukan pemilahan sampah dari rumahnya. Kemudian menghasilkan sampah-sampah plastik selanjutnya disetor setiap seminggu sekali. Sampah plastik ditimbang untuk dinilaikan sebagai uang tabungan.
Uang tabungan bisa dicairkan atau ditarik menjelang hari Raya Galungan dan Kuningan. Hari Galungan biasanya warga langsung ke BUMDes desa untuk menarik uang tabungan sampah mereka. “Biasanya warga kami langsung membeli minyak, beras dan sembako lainnya untuk keperluan hari raya,” pungkasnya. [juliadi/radar bali]