25.4 C
Denpasar
Saturday, April 1, 2023

Upacara Melasti, MDA Sebut Prosesi Diatur Desa Adat Masing-masing

TABANAN– Menjelang Hari Suci Nyepi Tahun Baru Caka 1945 pada 23 Maret 2023 mendatang, sejumlah desa adat di Tabanan mulai melaksanakan upacara melasti.

Melasti kali ini agak berbeda dengan tahun sebelumnya, pasalnya melasti lebih dominan dilakukan di pantai. Ada pula yang melaksanakan melasti di sumber mata air seperti danau.

Salah satunya yang dilakukan Krama Desa Adat Bajera, Selemadeg, Tabanan. Warga Desa Adat Bajera membawa pratima, pralingga menuju Pantai Soka melaksanakan ritual melasti.

Pelaksanaan melasti pada Sabtu (18/3), tidak hanya dilakukan satu krama desa adat saja, melainkan pula juga diikuti krama desa adat lainnya di Tabanan. Tidak heran nyaris semua Pantai Tabanan selatan penuh oleh umat Hindu yang melaksanakan ritual Melasti.

Baca Juga:  Hilangkan Leteh Jagat, Umat Hindu Lintasi 18 Desa, Tempuh Puluhan Kilo

Ketua Majelis Desa Adat (MDA) Kabupaten Tabanan I Wayan Tontra mengatakan, pelaksanaan upacara melasti gelar oleh umat Hindu sebelum hari Raya Nyepi nantinya. Sebuah ritual dimana dengan menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan. Biasanya, ritual ini dilakukan di Tirta Amerta atau sumber air seperti, pinggir laut hingga danau.

Sebelum sembahyang, masyarakat akan membasuh muka atau menyentuh air untuk membuang karma buruk. Lalu ketika ritual berlangsung, mereka akan membawa peralatan suci dan sesaji. “Khusus Tabanan sendiri ketentuan dan prosesi melasti diatur oleh desa adat masing-masing. Kami serahkan desa adat,” ungkap Tontra.

Diakui Tontra upacara melasti kali ini jauh berbeda pada saat Covid-19. Dulu saat wabah korona, umat Hindu dibatasi melaksanakan ritual melasti. “Sekarang kan, tidak ada pembatasan, artinya lebih meriah, semarak dan lebih khusyuk dilaksanakan. Entah itu melasti dilaksanakan di Danau ataupun di segara (pantai),” sebutnya.

Baca Juga:  Lagi, Ditemukan Tiga Kasus Anjing Positif Rabies di Tabanan

Tontra menegaskan ritual melasti agar benar-benar dilaksanakan dengan penuh kemulian sebelum catur brata penyepian dilakukan oleh Umat Hindu. Sehingga dalam suasana nyepi diri kita dapat mengkonsentrasikan pikiran, intropeksi diri sejauh mana kita telah berbuat. Artinya supaya dapat meningkatkan karma.

“Pada hakikatnya hidup adalah investasi karma, karena menurut ajaran Hindu karma pala, kalau berbuat maka buruk pula yang kita terima kelak, Kalau baik perbuatan kita kepada orang, maka baik pula yang kita dapatkan,” pungkasnya. (uli)



TABANAN– Menjelang Hari Suci Nyepi Tahun Baru Caka 1945 pada 23 Maret 2023 mendatang, sejumlah desa adat di Tabanan mulai melaksanakan upacara melasti.

Melasti kali ini agak berbeda dengan tahun sebelumnya, pasalnya melasti lebih dominan dilakukan di pantai. Ada pula yang melaksanakan melasti di sumber mata air seperti danau.

Salah satunya yang dilakukan Krama Desa Adat Bajera, Selemadeg, Tabanan. Warga Desa Adat Bajera membawa pratima, pralingga menuju Pantai Soka melaksanakan ritual melasti.

Pelaksanaan melasti pada Sabtu (18/3), tidak hanya dilakukan satu krama desa adat saja, melainkan pula juga diikuti krama desa adat lainnya di Tabanan. Tidak heran nyaris semua Pantai Tabanan selatan penuh oleh umat Hindu yang melaksanakan ritual Melasti.

Baca Juga:  Astungkara, Tabanan Bakal Rekrut Lagi 1.000-an Tenaga PPPK

Ketua Majelis Desa Adat (MDA) Kabupaten Tabanan I Wayan Tontra mengatakan, pelaksanaan upacara melasti gelar oleh umat Hindu sebelum hari Raya Nyepi nantinya. Sebuah ritual dimana dengan menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan. Biasanya, ritual ini dilakukan di Tirta Amerta atau sumber air seperti, pinggir laut hingga danau.

Sebelum sembahyang, masyarakat akan membasuh muka atau menyentuh air untuk membuang karma buruk. Lalu ketika ritual berlangsung, mereka akan membawa peralatan suci dan sesaji. “Khusus Tabanan sendiri ketentuan dan prosesi melasti diatur oleh desa adat masing-masing. Kami serahkan desa adat,” ungkap Tontra.

Diakui Tontra upacara melasti kali ini jauh berbeda pada saat Covid-19. Dulu saat wabah korona, umat Hindu dibatasi melaksanakan ritual melasti. “Sekarang kan, tidak ada pembatasan, artinya lebih meriah, semarak dan lebih khusyuk dilaksanakan. Entah itu melasti dilaksanakan di Danau ataupun di segara (pantai),” sebutnya.

Baca Juga:  Tambahan Penghasilan Dibayar Penuh, ASN Diminta Tingkatkan Kinerja

Tontra menegaskan ritual melasti agar benar-benar dilaksanakan dengan penuh kemulian sebelum catur brata penyepian dilakukan oleh Umat Hindu. Sehingga dalam suasana nyepi diri kita dapat mengkonsentrasikan pikiran, intropeksi diri sejauh mana kita telah berbuat. Artinya supaya dapat meningkatkan karma.

“Pada hakikatnya hidup adalah investasi karma, karena menurut ajaran Hindu karma pala, kalau berbuat maka buruk pula yang kita terima kelak, Kalau baik perbuatan kita kepada orang, maka baik pula yang kita dapatkan,” pungkasnya. (uli)


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru