Produk Makanan Olahan Ibu-Ibu di Selemadeg,Tabanan: Olah Sisa Durian, Jadi Penopang Ekonomi Keluarga
Usaha kreatif dirintis Ibu-Ibu rumah tangga di Banjar Dinas kedewatan, Desa Mundeh Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan. Melimpahnya hasil perkebunan buah durian, sehingga mengolahnya menjadi makanan siap saji stik durian. Hasilnya, kini lumayan bisa jadi andalan.
SEJUMLAH produk-produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) rumah tangga ditampilkan dalam kegiatan ngopi bareng bersama paguyuban seniman Tabanan di warung penggak Perusahaan daerah Dharma Santika (PDDS) Tabanan belum lama ini, (18/2/2023).
Salah satunya hasil produksi olahan makanan UMKM yang cukup menyedot perhatian adalah stik durian. Stik durian ini adalah hasil olahan makanan yang dibuat Kelompok Wanita Tani (KWT) Intisari Desa Mundeh Kauh.
Stik durian ini berbahan dasar utamanya buah durian yang telah diolah bersama bahan lainnya.
“Bahan yang kami gunakan untuk membuat Stik Durian sangat simpel. Lima biji buah durian, tepung terigu, margarine dan grammar,” ungkap Ibu Rumah Tangga Ni Wayan Kariasti selaku Ketua KWT Intisari ditemani Wayan Kariasti yang memamerkan makanannya.
Ni Wayan Kariasti mengaku mulai membuat makanan stik durian baru sebulan yang lalu. “Mulai 1 Januari lalu kami mulai buat Stik Durian,” ucapnya.
Membuat makanan Stik Durian bukan tanpa alasan, selain karena potensi desanya dengan hasil perkebunan seperti buah kelapa, buah durian, buah salak, kopi dan buah alpukat.
Juga dengan pertimbangan banyaknya buah durian yang tidak dapat dipasarkan atau rijek, karena dimakan tupai.
“Biasanya buah durian yang dimakan tupai dibuang warga, padahal kondisi masih utuh dan manis. Buah durian lokal berbagai jenis seperti kane, kunyit inilah yang pilih untuk diolah menjadi stik durian,” terang Wayan Kariasti.
Meski baru Januari memulai usaha rumahan membuat makanan stik durian, ternyata cukup diminati oleh masyarakat.
Makanan stik durian selain di pasarkan secara langsung di rumah-rumah warga di desa. Juga telah masuk ke BUMDes yang ada di desa. Termasuk kini diserap oleh PPDS Dharma Santika Tabanan.
“Untuk produksi sendiri tidak setiap hari namun tergantung dari pesanan, namun yang rutin seminggu sekali kami produksi. Yakni sekitar 5 kilogram buah durian kami menjadi stik durian,” jelasnya.
Sejatinya membuat olahan makanan stik durian tidak menjadi usaha ekonomi utama keluarga. Melainkan ini sebagai penopang kehidupan ekonomi keluarga, pasalnya pekerjaan utama adalah sebagai petani perkebunan di desa.
“Ya lumayan cukup menopang, ini jadi pekerjaan sampingan kami setelah bertani. Hasil penjualan seminggu Rp 300-400 ribu,” ujarnya.
Saat ini KWT Intisari Mundeh Kauh berbagai kemasan stik durian dijual. Mulai dengan harga Rp 10-15 ribu. Pihaknya berharap bantuan dari pemerintah terutama dalam hal peralatan untuk membuat makanan stik durian.
“Kegiatan industri rumah tangga kami masih menggunakan peralatan sederhana dengan alat seadanya. Mudah-mudahan dapat dibantu,” pungkasnya. [juliadi/radar bali]