26.5 C
Denpasar
Thursday, June 1, 2023

Strategi Tekan Kasus DBD : Jurus Maksimalkan Nyamuk Berbakteri Wolbachia Perlu Dicoba

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat tajam. Lonjakan terjadi di Denpasar pada awal Januari 2023.  Kadiskes Provinsi Bali dr. I Nyoman Gede Anom mengatakan pemberantasan nyamuk Aedes Aegypti tidak cukup hanya mengandalkan fogging. Jurus memaksimalkan bakteri wolbachia layak dicoba.

PEMBERANTASAN Sarang Nyamuk (PSN) sampai saat ini masih menjadi ujung tombak dengan cara menguras, menutup, dan mengubur (3M). Apalagi, kasus belakangan kasus DBD melonjak untuk wilayah Denpasar dan Buleleng.

Data 2022 tahun lalu total jumlah kasus DBD 5.638 dan yang meninggal 15 orang. Kasus tertinggi tahun 2022 adalah Denpasar berjumlah 1.096 dan daerah yang paling banyak meninggal yaitu delapan orang. Sementara itu, pada tahun 2023 Januari kasus di Denpasar kembali menggila, Januari sudah mencapai 256 kasus.

Saat ini Provinsi Bali akan mencoba metode wolbachia. Wolbachia-merupakan salah satu jenis bakteri yang biasanya ditemukan pada sekitar 50 persen serangga – diperkenalkan pada nyamuk Aedes Aegypti yang menularkan penyakit dengue, cikungunya, penyakit virus zika, dan demam kuning (yellow fever). Bakteri Wolbachia mencegah nyamuk Aedes Aegypti menularkan penyakit-penyakit ini.

Nyamuk dengan bakteri Wolbachia kemudian dilepaskan di daerah endemik dengue. Karena nyamuk-nyamuk ini dikembangbiakkan dengan nyamuk liar, maka jumlah nyamuk dengan bakteri Wolbachia terus bertambah hingga tetap tinggi tanpa perlu pelepasan lebih lanjut.

Metode Wolbachia ini dianggap  aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan, serta menawarkan solusi mandiri dan jangka panjang untuk mengendalikan penyebaran dan dampak yang ditimbulkan akibat penyakit dengue, chikungunya, Zika, dan demam kuning (yellow fever).  Metode ini diperkenalkan oleh  World Mosquito Program (WMP)

WMP merupakan inisiatif nirlaba yang berafiliasi dengan Monash University–Australia dan bekerja untuk melindungi masyarakat dunia dari penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, seperti dengue, chikungunya, Zika, dan demam kuning (yellow fever). WMP bekerja di 12 negara di seluruh Asia, Pasifik dan negara-negara di Amerika Latin. “Fogging jalan terakhir hanya menenangkan masyarakat. Ketika ada laporan yang masuk rumah sakit langsung foging supaya masyarakat tenang,” ucapnya.

Baca Juga:  DB Kembali Telan Korban Jiwa, Balita Tewas Usai Dirawat Beberapa Jam

Menurut Anom metode ini sudah berhasil diterapkan di Jogyakarta yang mampu menurunkan jumlah kasus dengan harga murah. Hasil dari penelitian yang dilakukan WMP tahun 2018-2020 di Jogyakarta dengan standar yang tinggi, membuktikan bahwa metode Wolbachia berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan 77 persen penurunan angka kejadian penyakit dengue dan 86 persen penurunan angka rawat inap yang disebabkan oleh penyakit dengue pada daerah yang mendapatkan Wolbachia dibandingkan dengan daerah yang tidak diberikan Wolbachia.

Kedepannya, dengan pendanaan Pemerintah Australia dan Gillespie Family Foundation yang mencakup pelepasan nyamuk ber-Wolbachia di sebagian wilayah Kota Denpasar (seluruh kecamatan) dan di seluruh wilayah Kabupaten Buleleng.

Pendanaan saat ini dari Pemerintah Australia dan Gillespie Family Foundation yang mencakup pelepasan nyamuk ber-Wolbachia . WMP telah bekerja di Indonesia sejak tahun 2014, melindungi hampir 2 juta orang dari penyakit dengue dan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk lainnya di Jogjakarta dan di seluruh Kabupaten Sleman dan Bantul.  Hasil dari penelitian yang dilakukan WMP tahun 2018-2020 di Jogjakarta dengan standar yang tinggi, membuktikan bahwa metode Wolbachia berhasil.

Hal ini ditunjukkan dengan 77 persen penurunan angka kejadian penyakit dengue dan 86 persen penurunan angka rawat inap yang disebabkan oleh penyakit dengue pada daerah yang mendapatkan Wolbachia dibandingkan dengan daerah yang tidak diberikan Wolbachia

“Bukan dimandulkan nyamuknya. Telur Wolbachia ini akan dikasih  warga atau kader untuk dipelihara. Nanti kalau sudah besar berinteraksi dengan nyamuk Aedes Aegypti  dan tidak menularkan virus DBD. Menetralkan artinya. Tidak mengandung virus. Lagi kalau digigit tidak apa-apa, ” tandasnya.

Baca Juga:  Liku-Liku Prostitusi di Terminal Pesiapan,Tabanan:Dalihnya Ekonomi Krisis,Lima Idap Sipilis

Rencana program ini, saat ini masih dilakukan sosialisasi karena saat ini masih mengembangbiakkan telurnya bekerja sama dengan Universitas Udayana. Selain nyamuk Wolbachia,  Diskes Provinsi Bali akan menggunakan metode dari BMKG, BMKG akan memberi tahu sedini mungkin daerah yang sudah akan ada DBD. Daerah akan dibagi dengan zona, yakni hijau merah dan kuning. Metode BMKG dengan mempelajari siklus hidup nyamuk serta cuaca, suhu dan kelembaban.

“ BMKG akan memberikan data misalkan kecamatan A, misalkan demam berdarahkan satu bulan akan muncul. Akan diinfo ke Diskes mengenai daerah tersebut masuk zona apa,” ucapnya.

Metode BMKG seperti peringatan dini, karena diketahui perkembangbiakan nyamuk. Jika, masuk zona kuning Diskes akan  diinformasikan dan akan segera  untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk. “ Sebelum menjadi nyamuk, kita lakukan foging atau supaya tidak menjadi nyamuk dan tidak menggigit,” terangnya.

Anom mengaku, masyarakat jarak melakukan gerakan 3 M maupun PSN.  Masyarakat juga terus  diimbau untuk terus melakukan pencegahan, dengan melakukan 3 M plus dengan menutup tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat pembiakan nyamuk, seperti bak penampungan air, serta  menaburkan abate/larvasida di tempat yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Jika, terus menerapkan pola hidup bersih tidak akan ada DBD maupun virus yang lain. “ Karena tidak dilaksanakan 3 M, bahkan gotong royong juga dilakukan di saat waktu tertentu maka dibutuhkan intervensi,” tukasnya. [ni kadek novi febriani/dwija putera/ editor: aa candra gupta]

 

 

 



Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat tajam. Lonjakan terjadi di Denpasar pada awal Januari 2023.  Kadiskes Provinsi Bali dr. I Nyoman Gede Anom mengatakan pemberantasan nyamuk Aedes Aegypti tidak cukup hanya mengandalkan fogging. Jurus memaksimalkan bakteri wolbachia layak dicoba.

PEMBERANTASAN Sarang Nyamuk (PSN) sampai saat ini masih menjadi ujung tombak dengan cara menguras, menutup, dan mengubur (3M). Apalagi, kasus belakangan kasus DBD melonjak untuk wilayah Denpasar dan Buleleng.

Data 2022 tahun lalu total jumlah kasus DBD 5.638 dan yang meninggal 15 orang. Kasus tertinggi tahun 2022 adalah Denpasar berjumlah 1.096 dan daerah yang paling banyak meninggal yaitu delapan orang. Sementara itu, pada tahun 2023 Januari kasus di Denpasar kembali menggila, Januari sudah mencapai 256 kasus.

Saat ini Provinsi Bali akan mencoba metode wolbachia. Wolbachia-merupakan salah satu jenis bakteri yang biasanya ditemukan pada sekitar 50 persen serangga – diperkenalkan pada nyamuk Aedes Aegypti yang menularkan penyakit dengue, cikungunya, penyakit virus zika, dan demam kuning (yellow fever). Bakteri Wolbachia mencegah nyamuk Aedes Aegypti menularkan penyakit-penyakit ini.

Nyamuk dengan bakteri Wolbachia kemudian dilepaskan di daerah endemik dengue. Karena nyamuk-nyamuk ini dikembangbiakkan dengan nyamuk liar, maka jumlah nyamuk dengan bakteri Wolbachia terus bertambah hingga tetap tinggi tanpa perlu pelepasan lebih lanjut.

Metode Wolbachia ini dianggap  aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan, serta menawarkan solusi mandiri dan jangka panjang untuk mengendalikan penyebaran dan dampak yang ditimbulkan akibat penyakit dengue, chikungunya, Zika, dan demam kuning (yellow fever).  Metode ini diperkenalkan oleh  World Mosquito Program (WMP)

WMP merupakan inisiatif nirlaba yang berafiliasi dengan Monash University–Australia dan bekerja untuk melindungi masyarakat dunia dari penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, seperti dengue, chikungunya, Zika, dan demam kuning (yellow fever). WMP bekerja di 12 negara di seluruh Asia, Pasifik dan negara-negara di Amerika Latin. “Fogging jalan terakhir hanya menenangkan masyarakat. Ketika ada laporan yang masuk rumah sakit langsung foging supaya masyarakat tenang,” ucapnya.

Baca Juga:  WASPADA! Kasus DBD Masih Jadi Ancaman

Menurut Anom metode ini sudah berhasil diterapkan di Jogyakarta yang mampu menurunkan jumlah kasus dengan harga murah. Hasil dari penelitian yang dilakukan WMP tahun 2018-2020 di Jogyakarta dengan standar yang tinggi, membuktikan bahwa metode Wolbachia berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan 77 persen penurunan angka kejadian penyakit dengue dan 86 persen penurunan angka rawat inap yang disebabkan oleh penyakit dengue pada daerah yang mendapatkan Wolbachia dibandingkan dengan daerah yang tidak diberikan Wolbachia.

Kedepannya, dengan pendanaan Pemerintah Australia dan Gillespie Family Foundation yang mencakup pelepasan nyamuk ber-Wolbachia di sebagian wilayah Kota Denpasar (seluruh kecamatan) dan di seluruh wilayah Kabupaten Buleleng.

Pendanaan saat ini dari Pemerintah Australia dan Gillespie Family Foundation yang mencakup pelepasan nyamuk ber-Wolbachia . WMP telah bekerja di Indonesia sejak tahun 2014, melindungi hampir 2 juta orang dari penyakit dengue dan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk lainnya di Jogjakarta dan di seluruh Kabupaten Sleman dan Bantul.  Hasil dari penelitian yang dilakukan WMP tahun 2018-2020 di Jogjakarta dengan standar yang tinggi, membuktikan bahwa metode Wolbachia berhasil.

Hal ini ditunjukkan dengan 77 persen penurunan angka kejadian penyakit dengue dan 86 persen penurunan angka rawat inap yang disebabkan oleh penyakit dengue pada daerah yang mendapatkan Wolbachia dibandingkan dengan daerah yang tidak diberikan Wolbachia

“Bukan dimandulkan nyamuknya. Telur Wolbachia ini akan dikasih  warga atau kader untuk dipelihara. Nanti kalau sudah besar berinteraksi dengan nyamuk Aedes Aegypti  dan tidak menularkan virus DBD. Menetralkan artinya. Tidak mengandung virus. Lagi kalau digigit tidak apa-apa, ” tandasnya.

Baca Juga:  Liku-Liku Toleransi,Akulturasi Lintas Generasi di Bali(2):Puri Pemecutan Akrab dengan Tari Rodat

Rencana program ini, saat ini masih dilakukan sosialisasi karena saat ini masih mengembangbiakkan telurnya bekerja sama dengan Universitas Udayana. Selain nyamuk Wolbachia,  Diskes Provinsi Bali akan menggunakan metode dari BMKG, BMKG akan memberi tahu sedini mungkin daerah yang sudah akan ada DBD. Daerah akan dibagi dengan zona, yakni hijau merah dan kuning. Metode BMKG dengan mempelajari siklus hidup nyamuk serta cuaca, suhu dan kelembaban.

“ BMKG akan memberikan data misalkan kecamatan A, misalkan demam berdarahkan satu bulan akan muncul. Akan diinfo ke Diskes mengenai daerah tersebut masuk zona apa,” ucapnya.

Metode BMKG seperti peringatan dini, karena diketahui perkembangbiakan nyamuk. Jika, masuk zona kuning Diskes akan  diinformasikan dan akan segera  untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk. “ Sebelum menjadi nyamuk, kita lakukan foging atau supaya tidak menjadi nyamuk dan tidak menggigit,” terangnya.

Anom mengaku, masyarakat jarak melakukan gerakan 3 M maupun PSN.  Masyarakat juga terus  diimbau untuk terus melakukan pencegahan, dengan melakukan 3 M plus dengan menutup tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat pembiakan nyamuk, seperti bak penampungan air, serta  menaburkan abate/larvasida di tempat yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Jika, terus menerapkan pola hidup bersih tidak akan ada DBD maupun virus yang lain. “ Karena tidak dilaksanakan 3 M, bahkan gotong royong juga dilakukan di saat waktu tertentu maka dibutuhkan intervensi,” tukasnya. [ni kadek novi febriani/dwija putera/ editor: aa candra gupta]

 

 

 


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru