25.4 C
Denpasar
Saturday, April 1, 2023

Liku-Liku PMI Berburu “Hujan Emas” di Negeri Orang: Ada Mantan Jurnalis Nekat ke Hiroshima

MENJADI PMI atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) cukup menjanjikan dari segi finansial.Hal itu yang dilakoni Luh Putu Sugiari asal Banjar Susut Kaja, Bangli. Wanita berusia 24 tahun itu merupakan lulusan Sarjana Pertanian di salah satu universitas ternama di Denpasar.

Setahun setelah lulus kuliah, dia sempat bekerja sebagai jurnalis di salah satu media online di Bali. Namun, rupanya, penghasilannya dari pekerjaan sebagai jurnalis belum mampu mencukupi kebutuhan keluarganya. Dari sana, wanita yang akrab disapa Luh Tu ini memutuskan mencari jalan keluar dengan bekerja di luar negeri.

Diakuinya, selain mendapatkan upah yang jauh lebih besar di Indonesia, bekerja di luar negeri juga bisa mendapatkan banyak keuntungan lain di luar upah. “Sukanya bekerja di luar negeri, bisa kerja sambil jalan-jalan, punya rekan kerja dari berbagai negara, mempelajari teknologi yang digunakan di negara maju,” kata Luh Tu kepada Jawa Pos Radar Bali melalui sambungan telepon.

Baca Juga:  Maraknya Jual-Beli Kendaraan Bermotor di Media Sosial:Lembaga Konsumen Minta Waspada Mafia

Singkat cerita, saat ini Luh Tu akhirnya bisa bekerja di luar negeri. Tepatnya di Kota Sera, Hiroshima, Jepang. Di sana dia bekerja di sebuah peternakan sapi perah. Jauh dari keluarga, berbagai suka duka dialaminya. “Dukanya harus jauh dari keluarga dan harus beradaptasi dengan lingkungan empat musim. Kalau kangen keluarga cuma video call,” ungkapnya.

Luh Tu sendiri berencana bekerja selama tiga tahun ke Negeri Sakura. Saat ini dia mendapatkan upah sekitar Rp15 juta per bulan (jika dirupiahkan). Menurutnya, dengan nilai rupiah seperti itu, bisa membantunya keluar dari kesulitan ekonomi, terutama dalam membantu keluarga.

Menjadi PMI bisa keluar dari garis kemiskinan, kalau bisa mengelola keuangan dengan baik. Selain itu setelah pulang ke Indonesia, ada ilmu dan modal yang dibawa untuk membuka usaha di Indonesia. “Rencananya untuk pulang itu ada, dan membangun usaha sendiri di Bali dalam bidang peternakan dan pertanian,” tandasnya. (marsellus pamur/editor :maulana sandijaya)

Baca Juga:  Maraknya Jual-Beli Kendaraan Bermotor di Media Sosial: Jangan Gampang Tergiur Harga Murah

 

 

 



MENJADI PMI atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) cukup menjanjikan dari segi finansial.Hal itu yang dilakoni Luh Putu Sugiari asal Banjar Susut Kaja, Bangli. Wanita berusia 24 tahun itu merupakan lulusan Sarjana Pertanian di salah satu universitas ternama di Denpasar.

Setahun setelah lulus kuliah, dia sempat bekerja sebagai jurnalis di salah satu media online di Bali. Namun, rupanya, penghasilannya dari pekerjaan sebagai jurnalis belum mampu mencukupi kebutuhan keluarganya. Dari sana, wanita yang akrab disapa Luh Tu ini memutuskan mencari jalan keluar dengan bekerja di luar negeri.

Diakuinya, selain mendapatkan upah yang jauh lebih besar di Indonesia, bekerja di luar negeri juga bisa mendapatkan banyak keuntungan lain di luar upah. “Sukanya bekerja di luar negeri, bisa kerja sambil jalan-jalan, punya rekan kerja dari berbagai negara, mempelajari teknologi yang digunakan di negara maju,” kata Luh Tu kepada Jawa Pos Radar Bali melalui sambungan telepon.

Baca Juga:  Liku-Liku PMI Berburu “Hujan Emas” di Negeri Orang :Perkuat Perlindungan sejak Awal Rekrutmen

Singkat cerita, saat ini Luh Tu akhirnya bisa bekerja di luar negeri. Tepatnya di Kota Sera, Hiroshima, Jepang. Di sana dia bekerja di sebuah peternakan sapi perah. Jauh dari keluarga, berbagai suka duka dialaminya. “Dukanya harus jauh dari keluarga dan harus beradaptasi dengan lingkungan empat musim. Kalau kangen keluarga cuma video call,” ungkapnya.

Luh Tu sendiri berencana bekerja selama tiga tahun ke Negeri Sakura. Saat ini dia mendapatkan upah sekitar Rp15 juta per bulan (jika dirupiahkan). Menurutnya, dengan nilai rupiah seperti itu, bisa membantunya keluar dari kesulitan ekonomi, terutama dalam membantu keluarga.

Menjadi PMI bisa keluar dari garis kemiskinan, kalau bisa mengelola keuangan dengan baik. Selain itu setelah pulang ke Indonesia, ada ilmu dan modal yang dibawa untuk membuka usaha di Indonesia. “Rencananya untuk pulang itu ada, dan membangun usaha sendiri di Bali dalam bidang peternakan dan pertanian,” tandasnya. (marsellus pamur/editor :maulana sandijaya)

Baca Juga:  Maraknya Jual-Beli Kendaraan Bermotor di Media Sosial:Ada Pencurian Terungkap dari Marketplace

 

 

 


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru