Banyaknya alih fungsi terminal kecil di sejumlah tempat di Bali dilatarbelakangi beberapa hal. Salah satunya kurangnya minat masyarakat terhadap angkutan umum. Padahal sangat diperlukan untuk mengurai kemacetan.
KETUA Masyarakat Transportasi Indonesia Wilayah Bali, I Made Rai Ridartha, berpendapat jika terminal tetap diperlukan. Menurutnya terminal tetap diperlukan sebagai tempat perpindahan layanan angkutan umum.
“Terminal tetap diperlukan sebagai tempat perpindahan layanan angkutan. Bahkan sekarang justru diperlukan terminal yang tidak luas (kecil),” katanya.
Meski terminal kecil, fasilitas di dalamnya harus lengkap atau memadai. “Namun dengan fasilitas layanan yang lengkap dan baik. Tentu dibutuhkan kebijakan untuk tetap menyediakan terminal untuk setiap wilayah sedikitnya di tingkat kabupaten atau kota,” sambungnya.
Salah satu faktor berkurangnya fungsi terminal karena makin banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan angkutan pribadi. Hal itu tentu memiliki dampak buruk, terutama meningkatnya volume kendaraan di jalanan hingga menimbulkan kemacetan.
Namun menurut Rai Ridartha salah satu senjata pemungkas mengurangi kemacetan adalah menyiapkan layanan angkutan umum yang baik. “Jika kebijakan ke arah tersebut tidak dibuat serius maka tentu masyarakat akan memilih layanan yang lebih baik dan konsekuensinya tentu akan menambah kemacetan,” imbuhnya.
Salah satu contoh terdahulu, seperti di Kuta. Dulunya sempat ada Komotra di central parkir Kuta. Jadi turis yang mau ke Kuta center, wajib parkir dan naik Komotra.
Efektifkah cara itu kalau diterapkan pada terminal?. Rai Ridartha berpendapat memang sangat diperlukan menyimpan parkir sentral. “Saya kira untuk wilayah Kuta sangat perlu menyiapkan parkir sentral di luar areal pusat Kuta,” jelasnya.
Jadi, kendaraan yang ingin masuk ke Kuta terutama kendaraan besar sebaiknya ditahan di parkir sentral. “Dan penumpangnya dilayani dengan shuttle. Hal ini akan membuat tingkat layanan (level of service) jaringan jalan di Kuta menjadi lebih baik dan efektif,” pungkasnya. (marcelinus pampur/editor :ib indra prasetia)