28.7 C
Denpasar
Wednesday, June 7, 2023

Ayu Saraswati Ajak Biro Perjalanan Wisata Jangkau Milenial

DENPASAR, radarbali.id– Untuk bertahan di era pandemi Covid-19, pelaku perjalanan wisata Bali didorong memperbanyak sinergi dengan pemilik properti pariwisata, baik hotel, homestay, hingga destinasi wisata.

Owner dan CEO Toya Yatra Travel Putu Astiti Saraswati menilai sinergi merupakan kunci utama bertahan di tengah-tengah pandemi. Meskipun data BPS Bali menunjukkan pada triwulan II/2021, perekonomian mulai tumbuh positif 2,83% (yoy) meningkat dari -9,81% (yoy) pada triwulan sebelumnya, tetapi banyak pelaku usaha di lapangan masih kesulitan berbisnis, khususnya sektor biro jasa perjalanan di Pulau Dewata. Seluruhnya sangat tertekan dengan adanya aturan bepergian seiring Peraturan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan penutupan border internasional ke Pulau Dewata.

Ayu, sapaan karibnya, memberikan solusi menyiasati situasi serba berat ini dengan skema kerja sama antara biro perjalanan dan hotel. Daya tarik wisata perlu dirancang ulang dalam menghadapi pandemi. Sinergi antar asosiasi pariwisata juga perlu dilakukan. Mantan sekretaris Asita untuk Asean Market ini menegaskan kerja sama ini bisa dalam bentuk kampanye bersama.

“Sinergi ini juga saling menguntungkan karena biro agen perjalanan dapat membuat kampanye sehingga saling menguntungkan. Ini menurut saya acara untuk bertahan karena tekanan sangat keras sekali bagi biro agen perjalanan wisata,” ujar salah satu kandidat Ketua Asita Bali 2021-2026, Jumat (6/8) siang.

Baca Juga:  Pangsa Pasar Pelumas di Bali Mencapai 25 Persen

Mantan Wakil Bendara Asita Pusat 2009-2014 ini juga mengingatkan model ekonomi telah berubah drastis. Pandemi menyadarkan bahwa lanskap bisnis periode saat ini tidak seperti periode keemasan Bali dulu saat pelancong datang dengan sendiri dengan spending besar. Sekarang ini digitalisasi mempercepat penyampaian informasi serta penetrasi langsung kepada calon pelancong. Digitalisasi juga menyebabkan persaingan semakin ketat.

Untuk dapat bertahan, biro perjalanan wisata menghadapi persaingan ketat dengan OTA. Efek yang muncul kemudian adalah, tipe pelancong berubah. Sekarang muncul namanya digital nomad tourism. Berwisata kini lebih mudah karena informasi melimpah dan dari sebuah gawai dapat langsung memesan. Transaksi pun telah berubah menjadi cashless.

“Dunianya sudah berubah, lanskap bisnis juga berbeda. Sekarang anak muda semakin banyak berwisata dan mereka datang dengan mengandalkan kemudahan seperti OTA. Potensi seperti inilah yang mau tidak mau harus digrab oleh biro perjalanan wisata karena mereka memiliki potensi sangat besar ke depannya,” jelasnya.

Baca Juga:  Disnaker Usulkan Pekerja Korban PHK Terima Bantuan Kartu Pra Kerja

Ibu dua anak yang aktif berorganisasi ini menekankan contoh kecil sinergi yang juga layak diterapkan saat ini adalah biro perjalanan wisata bekerja sama langsung dengan desa wisata. Biro perjalanan wisata yang membuatkan paket dan promosi. Model kerja sama seperti ini praktis langsung berdampak bagi kedua belah pihak. Diakui oleh Owner Toya Devasya ini, situasi yang terjadi sekarang tidak bisa hanya mengeluh terus menerus. Akan lebih baik apabila sekarang adalah berubah dan beradaptasi. Karena situasinya sudah tidak sama lagi seperti dulu. Apabila dulu, mendapatkan margin besar sangat mudah, sekarang ini pun mendapatkan margin kecil tetap harus disyukuri. Untuk itulah, Ayu Saraswati mengajak agen biro perjalanan wisata untuk beradaptasi dengan situasi. Salah satu contohnya dengan memanfaatkan pasar domestik yang sangat besar karena penduduk Indonesia 240 juta lebih. 

Peluang yang sangat besar untuk program di Indonesia saja yang diinisiasi oleh Kemenparekraf RI. Calon wisatawan domestik akan merasa lebih aman dan nyaman karena masyarakat di Bali tingkat kesadaran  dalam hal prokes mencapai 92% ini tertinggi di Indonesia. 



DENPASAR, radarbali.id– Untuk bertahan di era pandemi Covid-19, pelaku perjalanan wisata Bali didorong memperbanyak sinergi dengan pemilik properti pariwisata, baik hotel, homestay, hingga destinasi wisata.

Owner dan CEO Toya Yatra Travel Putu Astiti Saraswati menilai sinergi merupakan kunci utama bertahan di tengah-tengah pandemi. Meskipun data BPS Bali menunjukkan pada triwulan II/2021, perekonomian mulai tumbuh positif 2,83% (yoy) meningkat dari -9,81% (yoy) pada triwulan sebelumnya, tetapi banyak pelaku usaha di lapangan masih kesulitan berbisnis, khususnya sektor biro jasa perjalanan di Pulau Dewata. Seluruhnya sangat tertekan dengan adanya aturan bepergian seiring Peraturan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan penutupan border internasional ke Pulau Dewata.

Ayu, sapaan karibnya, memberikan solusi menyiasati situasi serba berat ini dengan skema kerja sama antara biro perjalanan dan hotel. Daya tarik wisata perlu dirancang ulang dalam menghadapi pandemi. Sinergi antar asosiasi pariwisata juga perlu dilakukan. Mantan sekretaris Asita untuk Asean Market ini menegaskan kerja sama ini bisa dalam bentuk kampanye bersama.

“Sinergi ini juga saling menguntungkan karena biro agen perjalanan dapat membuat kampanye sehingga saling menguntungkan. Ini menurut saya acara untuk bertahan karena tekanan sangat keras sekali bagi biro agen perjalanan wisata,” ujar salah satu kandidat Ketua Asita Bali 2021-2026, Jumat (6/8) siang.

Baca Juga:  Pipa Petanu Bocor, Aliran Air di Tiga Desa di Gianyar Kecrat-kecrit

Mantan Wakil Bendara Asita Pusat 2009-2014 ini juga mengingatkan model ekonomi telah berubah drastis. Pandemi menyadarkan bahwa lanskap bisnis periode saat ini tidak seperti periode keemasan Bali dulu saat pelancong datang dengan sendiri dengan spending besar. Sekarang ini digitalisasi mempercepat penyampaian informasi serta penetrasi langsung kepada calon pelancong. Digitalisasi juga menyebabkan persaingan semakin ketat.

Untuk dapat bertahan, biro perjalanan wisata menghadapi persaingan ketat dengan OTA. Efek yang muncul kemudian adalah, tipe pelancong berubah. Sekarang muncul namanya digital nomad tourism. Berwisata kini lebih mudah karena informasi melimpah dan dari sebuah gawai dapat langsung memesan. Transaksi pun telah berubah menjadi cashless.

“Dunianya sudah berubah, lanskap bisnis juga berbeda. Sekarang anak muda semakin banyak berwisata dan mereka datang dengan mengandalkan kemudahan seperti OTA. Potensi seperti inilah yang mau tidak mau harus digrab oleh biro perjalanan wisata karena mereka memiliki potensi sangat besar ke depannya,” jelasnya.

Baca Juga:  Disnaker Usulkan Pekerja Korban PHK Terima Bantuan Kartu Pra Kerja

Ibu dua anak yang aktif berorganisasi ini menekankan contoh kecil sinergi yang juga layak diterapkan saat ini adalah biro perjalanan wisata bekerja sama langsung dengan desa wisata. Biro perjalanan wisata yang membuatkan paket dan promosi. Model kerja sama seperti ini praktis langsung berdampak bagi kedua belah pihak. Diakui oleh Owner Toya Devasya ini, situasi yang terjadi sekarang tidak bisa hanya mengeluh terus menerus. Akan lebih baik apabila sekarang adalah berubah dan beradaptasi. Karena situasinya sudah tidak sama lagi seperti dulu. Apabila dulu, mendapatkan margin besar sangat mudah, sekarang ini pun mendapatkan margin kecil tetap harus disyukuri. Untuk itulah, Ayu Saraswati mengajak agen biro perjalanan wisata untuk beradaptasi dengan situasi. Salah satu contohnya dengan memanfaatkan pasar domestik yang sangat besar karena penduduk Indonesia 240 juta lebih. 

Peluang yang sangat besar untuk program di Indonesia saja yang diinisiasi oleh Kemenparekraf RI. Calon wisatawan domestik akan merasa lebih aman dan nyaman karena masyarakat di Bali tingkat kesadaran  dalam hal prokes mencapai 92% ini tertinggi di Indonesia. 


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru