KUTA, Radar Bali-Sejumlah peserta dari negara Asean berkumpul di Bali. Mereka hadir dalam kegiatan workshop yang digelar oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Kegiatan itu digelar sejak tanggal 7-11 November 2022.
Pada kegiatan yang digelar di sela KTT G20 itu workshop berteman “Natural Dyes of ASEAN Workshop” di Bali ini dirasakan sangat penting. Salah satunya sebagai jalan kebudayaan untuk hidup yang berkelanjutan. Hal tersebut dikatakan Seketeris Direktorat Jenderal Kemendikbudristek Fitra Arda saat menjamu para degelasi ASEAN di Kuta, Senin (7/11/2022).
“Kita berkumpul di Bali dalam rangka memperkenalkan kearifan lokal kepada dunia, khususnya para peserta ASEAN. Selain itu meningkatkan kesadaran bahwa material dan kearifan lokal itu penting kita lestarikan, tujuannya kombinasi yang tepat untuk memupuk kreativitas dan menjaga lingkungan agar tetap lestari dalam hal seni dan budaya, terutama di bidang kebutuhan sandang (atau mode pakaian) yang ramah lingkungan,” jelas Fitra dalam sambutannya.
Dijelaskan Fitra ada beberapa kegiatan yang dilakukan delegasi ASEAN salahnya mengunjungi dan mengikuti kegiatan pengrajin di Bali. “Mereka akan belajar dan mengenal bagaimana pnggunaan pewarna alam dalam berbagai kerajinan tekstil,”katanya.
Menurutnya kegiatan ini sangat diperlukan karena warisan budaya di negara-negara anggota ASEAN perlu didorong, dilestarikan, dikembangkan dan dipromosikan lebih lanjut. ” Dengan menggali kembali tradisi budaya pewarna alam dapat memberikan potensi untuk membudidayakan berbagai tanaman yang menjadi sumber pewarna, sehingga menghidupkan kembali rantai nilai dari pertanian, daya dukung alam, kerajinan serta industri pariwisata,”paparnya.
Harapan Natural Dyes of ASEAN Workshop dirasakan sebagai kegiatan yang penting sebagai jalan kebudayaan untuk hidup yang berkelanjutan. “Utamanya kita dapat meningkatkan saling pengertian dan kolaborasi antara Negara-negara Anggota ASEAN melalui pertukaran ide dan konsultasi, yang mengarah pada komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan program kerja sama, sebagaimana juga mengadopsi kehidupan yang berkelanjutan, khususnya dalam tekstil kerajinan tradisional dan kontemporer,” terangya.
” Dan tentunya sebagai perlindungan pemajuan, petahana budaya, kearifan masa lalu kita kita bagikan ke masyarakat ASEAN, tenun, songket. Apalagi dala rangka mengembangkan kebudayaan temen-temen akan belajar, berbagi melestarikan. Harpannnya ada kebijakan berikutanya. Kerjasmaa dengan berbagai pihak lembaga,”jelasnya. (mar/han)