MANGUPURA,radarbali.id– Setelah 3 tahun Tradisi Pasar Majelangu Desa Adat Tuban ditiadakan, Kamis (23/3) Pasar Majelangu kembali digelar di kawasan Jalan Raya Tuban utara Patung Satria Gatot Kaca. Bahkan melibatkan puluhan UMKM dilibatkan untuk meramaikan acara yang dilaksanakan rutin setiap Hari Ngembak Geni (sehari setelah Nyepi).
Bendesa Adat Tuban, I Wayan Mendra menerangkan bahwa Pasar Majelangu dimaknai sebagai Dharma Santhi Nyepi sekaligus momen silaturahmi antar umat beragama. Mengingat Tuban merupakan desa adat yang memiliki tingkat heterogenitas tinggi. “Kegiatan ditandai dengan pembunyian Ceng Ceng oleh Bapak Lurah Tuban dan dilanjutkan Tradisi Med-Medan,” terang Mendra, kemarin.
Lebih lanjut, Med Medan semacam lomba tarik tambang. Med-medan ini melibatkan krama Desa Adat Tuban, termasuk para remaja dari dua sekaa teruna di Desa Adat Tuban. Dahulu, tradisi tersebut dilaksanakan dengan secara total menggunakan bangsing bingin (akar gantung pohon beringin) sebagai sarananya. Namun kini, bangsing bingin hanya digunakan sebagai simbolis, dengan cara mengikatkannya pada bagian tengah tali tambang.
Selain Med Medan, dan Pasar Majelangu, juga dihiasi dengan berbagai pertunjukan kreativitas seni dan budaya. Mulai dari marching band anak-anak, tari-tarian nusantara, barong, sekaa santhi, pertunjukan seni bela diri, serta penampilan sekaa gong, sekaa angklung, dan musik modern. “Tujuan utamanya ada silaturahmi, demi mewujudkan kerukunan umat beragama,” jelasnya seraya menambahkan bahwa Pasar Majelangu Desa Adat Tuban yang sudah dilaksanakan untuk keenam kalinya itu.
Kata dia, pasar tersebut terdapat puluhan UMKM yang ikut terlibat meramaikan gelaran Pasar Majelangu Desa Adat Tuban. “Jadi di samping silaturahmi, ini kami laksanakan untuk menumbuhkan ekonomi kerakyatan. Termasuk memperkenalkan kembali makanan tradisional seperti tipat cantok, bulung, ikan bakar, babi guling, dan lain sebagainya,” pungkasnya. (dwi/rid)