DENPASAR, Radar Bali – PT Permodalan Nasional Madani (PNM) selalu berkomitmen untuk melakukan pendampingan dan pemberdayaan demi meningkatkan kesejahteraan para nasabah.
Transformasi yang begitu signifikan tentunya tak lepas dari dukungan insan PNM, dan dalam hal ini, Account Officer ( AO) mempunyai peranan besar dalam membina kelompok-kelompok nasabah dan menjalankan program melalui akses pendampingan dan pemberdayaan itu sendiri.
Sosok inspiratif kali ini datang dari seorang perempuan bernama Aprila Firanti Tani, kelahiran Ruteng, Nusa Tenggara Timur (NTT). Perempuan usia 20 tahun ini sukses menjadi sosok inspiratif sebagai seorang AO sekaligus penulis.
Sedikit mengulik latar belakangnya, ia merupakan puteri kedua dari empat bersaudara, anak dari ayah bernama Yohanes Tani yang berprofesi sebagai driver dan Ibu Filomena Nimat yang menghabiskan kesehariannya sebagai penjual kue ulang tahun online.
Perekonomian yang sulit menjadi awal Aprila memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan memilih untuk bekerja.
“Satu tahun setelah lulus sekolah menengah atas saya membantu Mama mempromosikan kue buatannya di Media sosial.
Saat Mengalami kendala, Mama mengajukan pembiayaan di PNM Mekaar. Itu awal saya mengenal PNM dan memutuskan untuk melamar pekerjaan,” ucap Aprila.
Perempuan asal pulau Komodo ini resmi bekerja di PNM sejak 3 Januari 2022. Menjadi seorang AO rupanya tak membuatnya menyerah akan mimpinya.
Kegemarannya dalam menulis telah membuahkan hasil, sampai saat ini ia telah menerbitkan empat Judul buku, berupa dua Novel solo dan dua antologi cerpen.
Tak sampai di situ, dia juga menjadi salah satu redaktur dari media lokal bernama Tabe Ite serta menjadi admin pada penerbitan Lintang Semesta Publisher sejak 2020.
Aprila memiliki cita-cita sebagai seorang pustakawan dan memiliki harapan punya percetakan sendiri di tahun yang akan datang.
“Saya sangat gemar menulis, begitu cinta hingga tak peduli apapun. Saya tahu akan sulit mendapatkan pembaca, meski begitu saya akan tetap menulis dan menerbitkan tulisan-tulisan saya,” katanya.
Dia bercerita mengenai pengalaman pahit dan manis saat menerbitkan buku-bukunya. Cetakan novel pertama ia hanya mampu menjual lima eksemplar, tetapi dia tak berhenti menulis.
Sampai akhirnya novel kedua yang diberi judul “Setelah Pergi” berhasil dicetak sebanyak 170 eksemplar, dan ini melampaui ekspektasi penerbit.
Awalnya kecintaannya terhadap menulis sempat tergeser saat bergabung dengan AO, namun siapa sangka kehadiran PNM justru menjadi semangat baru.
Bagaikan peribahasa sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, yang bisa membawanya untuk terus melangkah mewujudkan impian-impiannya.
“Saya berhasil mencetak 170 eks Novel kedua berjudul ‘Setelah Pergi’. Saya berhasil membeli Laptop agar benar-benar terlihat seperti seorang penulis, dan untuk pertama kalinya saya bisa dengan bangga mengakui hasil tulisan saya sudah tercetak. Terima kasih PNM,” tuturnya. (rba/han)