DENPASAR, Radar Bali – Selalu ada hikmah di balik setiap musibah. Khusus di masa pandemi Covid-19, peluang penyelamatan lingkungan terbuka lebar. Warga yang dominan diam di rumah bisa digerakkan untuk merawat lingkungan sekitar dari polusi sampah.
Hal inilah yang dilakukan Mulung Parahita. Mengusung tagline the last hope a recovery towards sustainability yang berarti harapan terakhir sebuah jalan pemulihan menuju kesinambungan, Mulung Parahita menginisiasi event lari marathon 13 hari keliling Bali.
Menempuh jarak 466 km, kegiatan yang digelar untuk masa depan Bali lebih baik ini dihelat, 27 September- 9 Oktober 2021.
Menariknya, tak sekadar berlari, event ini memiliki misi mengumpulkan 10 ton sampah plastik dan 30 ton sampah organik. Peserta juga akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah berbasis sumber sekaligus mengajak 1,5 juta orang untuk bekerja sama melanjutkan program menyelamatkan Bali dari sampah plastik dalam 2 tahun ke depan.
Mulung Parahita adalah organisasi yang bergerak di bidang lingkungan untuk memudahkan pengelolaan sampah. Didirikan untuk memberikan edukasi dan mendorong masyarakat memilah sampah dari rumah dengan pendekatan ekonomi sirkular yang berkelanjutan serta mendukung Pergub Bali No. 47/2019 mengenai pengelolaan sampah berbasis sumber.
“Untuk mencapai tujuan itu kami membentuk gerakan atau kampanye The Last Hope. Kampanye kesadaran lingkungan ini akan dilakukan melalui marathon yang menempuh jarak 466 km dalam 13 hari keliling Bali. Dalam marathon ini kami memasang target bisa mengumpulkan 10 ton sampah plastik dan 30 ton sampah organik. Kampanye The Last Hope ini bertujuan menyampaikan pesan tentang dampak sampah plastik dan cara memilah sampah,” ucap Yansyah, Founder Mulung Parahita sekaligus pelari utama dalam gerakan penyelamatan lingkungan itu.
Yansyah menambahkan The Last Hope didukung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. Gerakan tersebut akan membawa citra positif bagi Bali karena bebas sampah plastik.
“Kami akan mulai mengumpulkan sampah dari langkah pertama di 0 km. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memulai sistem pendataan sampah berbasis sumber yang dapat digunakan untuk seluruh pihak terkait dalam rangkaian pemulihan lingkungan secara kolektif,” tegasnya.
Project Leader Mulung Parahita, I Gusti Ayu Agung Jezy memastikan bahwa The Last Hope lebih dari sekadar kampanye. Ini adalah misi untuk membangun kembali lingkungan Bali melalui ekonomi kreatif dan komunitas.
“Kampanye pertama dan satu-satunya untuk lingkungan yang berfokus pada sampah plastik di Bali yang melibatkan 1.000 peserta, 10.000 kg sampah plastik, lebih dari 1 juta langkah, dan 1 juta orang terkena dampak baik,” tandasnya.
Sementara itu, Pembina Mulung Parahita, Penglingsir Puri Ageng Blahbatuh, Anak Agung Ngurah Kakarsana mengajak semua pihak untuk ikut menginisiasi gerakan Bali Green Circular Economy.
“Di masa pandemi ini, pariwisata Bali menurun drastis. Semangat warga melesu. Saya selaku Penglingsir Puri Ageng Blahbatuh ingin berbagi sedikit harapan kepada warga Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar dan tentunya lebih luas lagi seluruh warga Bali dengan ikut menginisiasi gerakan Bali Green Circular Economy,” ajaknya.
Sang penglingsir menambahkan Mulung Parahita memanfaatkan potensi yang ada di setiap desa, yaitu sampah plastik yang menumpuk dan bertambah di masa pandemi. Program tersebut ungkapnya tidak hanya akan meningkatkan perekonomian warga, melainkan juga perwujudan Tri Hita Karana.
Oleh karena itu, Anak Agung Ngurah Kakarsana berterima kasih atas dukungan seluruh puri di Bali menyukseskan agenda The Last Hope yang akan didaftarkan untuk dicatat oleh Museum Rekor Indonesia (MURI).Tambahnya, jika tujuan program ini tercapai dan berkelanjutan, maka warga pun akan bersemangat lagi bekerja dan harapan baru akan tumbuh.