Kecelakaan Lalulintas travel Panca Sari di Poto Tano, Sumbawa Barat, NTB dengan Bus Surabaya Indah pada pada Jumat (24/2) lalu menimbulkan enam korban jiwa. Lima dari penumpang travel yang tewas merupakan penumpang asal Banjar Dinas Kelodan, Desa, Manggis, Kecamatan Manggis.
I NENGAH SUTRISNA, masih mengurai duka mendalam saat ditemui di rumahnya di Manggis. Ia bersama sang ibu kakaknya itu masih tak percaya, atas kepergian kelima sanak keluarganya. “Masih tak percaya. Lima anggota keluarga saya menjadi korban dalam kecelakaan maut itu,” kata Sutrisna, Jumat (3/3).
Sutrisna sendiri memiliki delapan saudara kandung. Sementara dirinya dan kedua orang tuanya tinggal menetap di Sumbawa. Sedangkan ketujuh saudara berada di Bali. “Ada yang di Denpasar, dan ada yang di Manggis. Saya pulang sehari setelah kejadian bersama ibu saya,” ungkapnya.
Pria 49 tahun itu menuturkan, kedatangan keluarga besarnya dari Bali ke Sumbawa dalam rangka menghadiri upacara kremasi sang ayah pada Selasa (21/2) lalu. Kebetulan, keluarga besarnya hadir ke Sumbawa. Dengan menggunakan travel Panca Sari di Lombok. “Karena banyak. Jadinya pakai dua mobil travel jenis minibus,” kata dia.
Sesampainya di Sumbawa, acara kremasi pun berjalan lancar. Namun satu rombongan memilih untuk langsung pulang ke Bali usai acara kremasi sang ayah. Sementara rombongan kedua pulang ke Bali pada 24 Februari. “Yang rombongan pertama itu sampai dengan selamat. Yang musibah kecelakaan ini rombongan kedua, yang pulang belakangan,” tutur Sutrisna.
Saat akan pulang, ia dan sang ibu pun tak ada firasat apapun. Travel rombongan kedua ini ditumpangi saudara kandungnya. Jumlah keseluruhan 14 orang. “Tidak ada firasat apa-apa. Biasa saja. Berangkat dari rumah sekitar jam 7 malam (19.00),” kenangnya.
Baru dua jam berpisah, sekitar pukul 22.00 ia mendapat kabar bahwa travel yang ditumpangi keluarga besarnya itu terlibat kecelakaan di dekat dermaga Poto Tano, Sumbawa Barat. “Saat dikabari saya masih yakin keluarga saya selamat. Tapi beberapa saat saat dikabari ada lima penumpang meninggal dan satu sopir,” ucapnya sedih.
Mendengar informasi dari tetangganya yang merupakan anggota kepolisian setempat, Sutrisna langsung syok. Ia bersama sang ibu bergegas menuju rumah sakit setempat. Saat tiba di rumah sakit, ia mengaku terpukul, karena lima anggota keluarganya meninggal dalam kecelakaan maut itu. “Saya berusaha tegar. Karena tak ingin menambah kesedihan bagi keluarga yang masih hidup,” imbuh Sutrisna.
Sutrisna mengatakan, dari pengakuan salah satu saudaranya yang selamat, saat kejadian, seluruh penumpang saat itu sedang tertidur lelap. Mereka baru sadar ketika minibus travel Panca Sari mengalami kecelakaan sehingga tidak tahu secara pasti seperti apa kronologi peristiwa kelabu itu. “Semua yang meninggal duduk di deretan belakang sopir yang juga meninggal,” terangnya.
Dalam kecelakaan itu, 4 orang luka berat dan 4 orang lainnya luka ringan. “Yang luka berat menjalani perawatan di RS Prof Ngoerah,” bebernya.
Lima orang yang meninggal tersebut di antaranya Kadek Agus Wibowo dan juga anaknya yang masih berusia 6 tahun atas nama I Ketut Bagus Satya Wijaya. “Itu adik kandung saya dan keponakan,” tuturnya.
Kemudian korban lainnya yaitu Asya dan Sofian Wijaya yang merupakan kakak kandung dan kakak ipar dari Sutrisna. Selanjutnya Ni Putu Sumbawati yang juga merupakan kakak kandung pertama. “Saya berusaha menerima ikhlas,” tandasnya.
Seperti diketahui, kecelakaan maut tersebut terjadi pada Jumat malam (24/2) lalu. Saat itu bus Surabaya Indah datang dari arah Mataram menuju Sumbawa yag mengangkut 30 penumpang menyalip kendaraan, tiba-tiba dari arah berlawanan datang mini bus travel Panca Sari. Tabrakan pun tak terhindarkan hingga menyebabkan enam korban jiwa. Dari hasil penyelidikan, polisi menetapkan tersangka terhadap sopir bus Surabaya Indah. (zulfika rahman/rid)