Sebagai rumah sakit pengampu Antiretroviral (ARV), RSUD Klungkung telah mempermudah ratusan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Klungkung untuk tetap hidup sehat. Setidaknya ada sebanyak 90 persen ODHA di Klungkung tidak lagi harus jauh-jauh ke Denpasar untuk mendapatkan ARV.
INI seperti dituturkan Sekretaris KPA Klungkung, I Wayan Sumanaya, belum lama ini mengungkapkan bahwa sebelum RSUD Klungkung menjadi rumah sakit pengampu ARV, dia kerap mengantar ODHA kurang mampu untuk mendapat ARV di rumah sakit pengampu ARV. Yakni di RS Sanglah, RSUD Wangaya dan YKP.
Mengingat obat itu harus diambil sendiri oleh yang bersangkutan. Sementara tidak semua ODHA mandiri secara ekonomi. “Bagi ODHA yang belum mandiri dari segi ekonomi, kami yang biasanya mengantar mereka ke rumah sakit tersebut. Biaya transportasinya kami yang menanggung menggunakan uang operasional. Kadang juga menggunakan mobil saya,” ujarnya.
Dengan RSUD Klungkung menjadi rumah sakit pengampu ARV sejak Desember 2018, bantuan mobil yang biasanya mengantar ODHA ke Denpasar untuk mendapat ARV tidak lagi digunakan untuk kegiatan tersebut. Sekitar 90 persen dari total 224 ODHA sudah mengambil ARV ke RSUD Klungkung. “Hanya sekitar 10 persen ODHA yang masih mengambil ARV ke Denpasar,” ungkapnya.
Menurutnya ada berbagai alasan masih ada ODHA yang tidak mau mengambil ARV di RSUD Klungkung. Bukan karena tidak puas dengan pelayanan, mereka lebih memilih mengambil ARV di rumah sakit wilayah Denpasar lantaran masih ada rasa tidak nyaman bila ada kerabat melihat mereka mengambil ombat yang setiap hari harus diminum tepat waktu tersebut.
“Seperti di Nusa Penida, sebenarnya bisa ambil ARV di Nusa Penida, tapi ada yang memilih mengambil ARV di Denpasar. Semasih mereka mampu, tidak ada masalah,” tandasnya. (dewa ayu pitri arisanti/radar bali)