27.6 C
Denpasar
Tuesday, March 28, 2023

Cegah Penyebaran Covid-19, Eco Enzyme Jadi Disinfektan Alami

Para pegiat di Buleleng punya cara sendiri dalam memperingati hari Lingkungan Hidup di Bali Utara. Mereka menyemprotkan cairan eco enzyme ke udara.  Eco enzyme diyakini sebagai disinfektan alami, sehingga bisa mencegah penyebaran covid-19.

 

 

EKA PRASETYA, Singaraja 

SUARA sirine terdengar meraung-raung di ruas jalan protokol di Kota Singaraja, pada Sabtu (5/6) sore. Sejumlah kendaraan terlihat menyemprotkan air ke udara dan jalanan.

Sebagian besar masyarakat mengira kendaraan itu tengah menyemprotkan cairan disinfektan. Seperti yang biasa dilakukan selama masa pandemi tiap sore.

Cairan yang disemprotkan itu bukan cairan biasa. Melainkan cairan eco enzyme. Cairan ini dibuat dari fermentasi buah-buahan.

Para pegiat lingkungan menyatakan eco enzyme adalah cairan organik yang juga berfungsi sebagai disinfektan alami. Sehingga lebih aman ketimbang disinfektan yang banyak beredar.

Kemarin ada 31 liter eco enzyme yang disemprotkan. Puluhan liter eco enzyme itu dicampur dengan 31 ribu liter air.

Baca Juga:  Peduli Lingkungan, Ubah Sampah Plastik Jadi Berkah bagi Warga Kerambitan

Cairan itu kemudian disemprot menggunakan sejumlah armada yang biasa menyemprot disinfektan di ruang publik.

Seperti truk gunner PMI Buleleng, armada milik BPBD Buleleng, Dinas Sosial Buleleng, hingga kendaraan armored water canon milik Polres Buleleng.

Ketua Komunitas Eco Enzyme Buleleng, Ferry Tanaya mengungkapkan, cara membuat eco enzyme sebenarnya relatif sederhana.

Sebanyak 300 gram buah atau sayur yang sudah busuk, dicampur dengan 100 gram molase, serta satu liter air. Diamkan selama 90 hari. Setelah itu eco enzyme bisa digunakan.

Ferry menyebut eco enzyme memiliki banyak manfaat. Cairan itu bisa digunakan sebagai pengganti sabun serta deterjen.

Eco enzyme juga bisa digunakan sebagai pupuk, pestisida, dan insektisida. “Bisa juga digunakan untuk menjernihkan air dan menyegarkan udara,” kata Ferry.

Dalam hal penyegaran udara misalnya. Eco enzyme dapat menyerap polutan-polutan di udara. Sehingga udara menjadi lebih segar. Sekaligus bisa mengurangi emisi gas kaca yang disebabkan karbon dioksida.

Baca Juga:  Dilirik Kementerian Pariwisata, Dorong Konservasi Budaya sebagai Daya Tarik

Ferry juga menegaskan eco enzyme bisa menjadi pengganti disinfektan. Cairan itu sudah jamak digunakan di Tiongkok dan Taiwan sebagai pengganti pestisida kimia.

“Kami harap ini bisa dilakukan secara berkala. Kawan-kawan di institusi pemerintahan kan tiap sore menyemprotkan disinfektan ke ruang publik. Kalau bisa diganti dengan eco enzyme saja,” tegasnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG mengungkapkan, peringatan hari Lingkungan Hidup diharapkan menjadi momentum dalam mengubah perilaku masyarakat.

Terutama dalam pemilahan dan pengolahan sampah. Menurut Wabup Sutjidra, sampah yang dipilah di tingkat rumah tangga, tak hanya bisa digunakan sebagai pupuk organik atau disalurkan ke bank sampah.

Bisa pula digunakan sebagia eco enzyme. “Ini sejalan dengan misi pemerintah melakukan pemilahan sampah berbasis sumber. Sehingga lingkungan ini menjadi lebih baik bagi anak dan cucu kita di masa mendatang,” kata Sutjidra. (*)



Para pegiat di Buleleng punya cara sendiri dalam memperingati hari Lingkungan Hidup di Bali Utara. Mereka menyemprotkan cairan eco enzyme ke udara.  Eco enzyme diyakini sebagai disinfektan alami, sehingga bisa mencegah penyebaran covid-19.

 

 

EKA PRASETYA, Singaraja 

SUARA sirine terdengar meraung-raung di ruas jalan protokol di Kota Singaraja, pada Sabtu (5/6) sore. Sejumlah kendaraan terlihat menyemprotkan air ke udara dan jalanan.

Sebagian besar masyarakat mengira kendaraan itu tengah menyemprotkan cairan disinfektan. Seperti yang biasa dilakukan selama masa pandemi tiap sore.

Cairan yang disemprotkan itu bukan cairan biasa. Melainkan cairan eco enzyme. Cairan ini dibuat dari fermentasi buah-buahan.

Para pegiat lingkungan menyatakan eco enzyme adalah cairan organik yang juga berfungsi sebagai disinfektan alami. Sehingga lebih aman ketimbang disinfektan yang banyak beredar.

Kemarin ada 31 liter eco enzyme yang disemprotkan. Puluhan liter eco enzyme itu dicampur dengan 31 ribu liter air.

Baca Juga:  Dilirik Kementerian Pariwisata, Dorong Konservasi Budaya sebagai Daya Tarik

Cairan itu kemudian disemprot menggunakan sejumlah armada yang biasa menyemprot disinfektan di ruang publik.

Seperti truk gunner PMI Buleleng, armada milik BPBD Buleleng, Dinas Sosial Buleleng, hingga kendaraan armored water canon milik Polres Buleleng.

Ketua Komunitas Eco Enzyme Buleleng, Ferry Tanaya mengungkapkan, cara membuat eco enzyme sebenarnya relatif sederhana.

Sebanyak 300 gram buah atau sayur yang sudah busuk, dicampur dengan 100 gram molase, serta satu liter air. Diamkan selama 90 hari. Setelah itu eco enzyme bisa digunakan.

Ferry menyebut eco enzyme memiliki banyak manfaat. Cairan itu bisa digunakan sebagai pengganti sabun serta deterjen.

Eco enzyme juga bisa digunakan sebagai pupuk, pestisida, dan insektisida. “Bisa juga digunakan untuk menjernihkan air dan menyegarkan udara,” kata Ferry.

Dalam hal penyegaran udara misalnya. Eco enzyme dapat menyerap polutan-polutan di udara. Sehingga udara menjadi lebih segar. Sekaligus bisa mengurangi emisi gas kaca yang disebabkan karbon dioksida.

Baca Juga:  Satgas Covid Gencarkan Pengawasan Cegah Munculnya Klaster Upacara Adat

Ferry juga menegaskan eco enzyme bisa menjadi pengganti disinfektan. Cairan itu sudah jamak digunakan di Tiongkok dan Taiwan sebagai pengganti pestisida kimia.

“Kami harap ini bisa dilakukan secara berkala. Kawan-kawan di institusi pemerintahan kan tiap sore menyemprotkan disinfektan ke ruang publik. Kalau bisa diganti dengan eco enzyme saja,” tegasnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG mengungkapkan, peringatan hari Lingkungan Hidup diharapkan menjadi momentum dalam mengubah perilaku masyarakat.

Terutama dalam pemilahan dan pengolahan sampah. Menurut Wabup Sutjidra, sampah yang dipilah di tingkat rumah tangga, tak hanya bisa digunakan sebagai pupuk organik atau disalurkan ke bank sampah.

Bisa pula digunakan sebagia eco enzyme. “Ini sejalan dengan misi pemerintah melakukan pemilahan sampah berbasis sumber. Sehingga lingkungan ini menjadi lebih baik bagi anak dan cucu kita di masa mendatang,” kata Sutjidra. (*)


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru