Pemkab Buleleng punya lahan cukup luas di Kelurahan Banyuasri. Yakni 1,97 hektare. Konon lahan itu dibeli saat Putu Bagiada masih menjabat sebagai Bupati Buleleng. Selama belasan tahun lahan itu mangkrak. Kini pemerintah hendak menyulapnya jadi kebun cabai.
LAHAN tersebut terlihat terbengkalai. Sejauh mata memandang, hanya terlihat padang ilalang. Disela-sela ilalang, tumbuh pohon pisang. Kendati tumbuhnya juga tak terlalu subur. Lahan itu merupakan milik Pemkab Buleleng. Luasnya tak main-main, mencapai 1,97 hektare.
Pemkab Buleleng sudah memiliki lahan tersebut sejak tahun 2009 lalu lewat Sertifikat Hak Pakai (SHP) Nomor 15 Kelurahan Banyuasri. Selama bertahun-tahun lahan itu dibiarkan mangkrak. Penyebabnya tak ada akses jalan ke sana.
Satu-satunya akses jalan hanya dengan berjalan kaki. Pemerintah melakukan berbagai manuver untuk mendapatkan akses jalan. Mulai dari melakukan gugatan perdata, hingga melakukan pembebasan lahan. Upaya terakhir kini masih berjalan.
Belasan tahun mangkrak, kini akhirnya pemerintah memutuskan memanfaatkan lahan tersebut. Lahan itu akan digunakan jadi kebun cabai. Ratusan pohon cabai akan ditanam di atas lahan yang luasnya nyaris mencapai dua hektare itu.
Sekkab Buleleng Gede Suyasa mengatakan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng telah diberi tugas mengelola lahan tersebut. Pemerintah memutuskan memanfaatkan lahan itu jadi kebun cabai, karena harga cabai belakangan ini merangkak naik. “Nanti dikelola DLH dengan (petani) penggarap yang jelas. Jadi sementara akan digunakan untuk menanam cabai. Bibit sudah disiapkan,” kata Suyasa saat ditemui kemarin (6/2).
Menurut Suyasa hasil panen akan digunakan untuk melakukan intervensi pasar. Sehingga harga cabai jadi terkendali. Hasil panen akan diserahkan pada Perumda Swatantra. Selanjutnya perumda menyuplai cabai tersebut ke pasar-pasar tradisional yang ada di Buleleng. “Saat ini suplai cabai di Bali sangat sedikit. Sehingga harus ambil ke Jawa. Kalau ambil ke Jawa, ongkosnya tinggi. Jadi untuk sementara lahan di sana dijadikan kebun cabai, sehingga bisa mengurangi harga di pasar,” ujarnya.
Sementara itu Kepala DLH Buleleng Gede Melandrat yang dihubungi terpisah mengatakan, pada prinsipnya mereka siap mengelola lahan tersebut. Hanya saja butuh waktu untuk menyiapkan lahan, sebelum ditanami cabai. Menurut Melandrat kondisi lahan secara faktual berupa rawa-rawa. “Air dari sawah-sawah yang di hulu, berakhirnya di lahan itu. Mestinya kan di sungai. Nah ini masih perlu pengelolaan lagi,” kata Melandrat.
Rencananya ia akan membawa alat berat ke lahan tersebut untuk mengolah lahan. Setidaknya butuh waktu hingga sebulan untuk mengolah tanah hingga siap ditanami cabai.“Karena tanahnya sudah lama termarginalkan jadi butuh waktu. Kalau langsung ditanami cabai, pasti gagal. Harus dikelola dulu. Prinsipnya kami siap. Hanya butuh waktu untuk menyiapkan lahan,” demikian Melandrat. (eka prasetya/rid)