26.5 C
Denpasar
Tuesday, May 30, 2023

Terpapar Gegara Lepas Masker Saat ke RS, Sempat Mengira Masuk Angin

PENGALAMAN berharga didapat Sunaryo. Pria 56 tahun itu dinyatakan positif Covid-19 dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG) pada Januari 2021 silam.

Selama sebulan ia stres berat, karena tak kunjung negatif meski sudah isolasi.

 

SEBELUM dinyatakan positif Covid-19, malamnya Sunaryo merasa meriang dan hidung mampet. Pegawai kontrak Kejari Denpasar itu sempat mengira masuk angin. Ia pun meminta tolong istirnya untuk memijat dan kerokan.

 

Setelah kerokan dan dipijat, Sunaryo merasa badannya lebih enak. Dia pun minum kopi dan merokok seperti biasanya.

Sunaryo termasuk perokok keras. Habis satu batang disambung satu batang berikutnya. Keesokan harinya, di kantornya semua pegawai diwajibkan mengikuti swab-PCR sebagai langkah pencegahan Covid-19.

 

“Malam setelah tes saya ditelepon Pak Kasi Intel, bahwa hasil tes saya positif. Langsung lemas saya, Mas,” ujar pria yang suka bercanda itu, Senin (6/9) kemarin.

Sunaryo yang syok berat masih tidak percaya jika dirinya positif Covid-19. Maklum, ia tidak merasakan gejala apapun selain meriang satu malam. Indra penciuman dan rasa juga berfungsi normal semua. Sunaryo mencoba merunut ke belakang, di mana ia terpapar Covid-19.

“Saya lama berpikir, saya bertanya-tanya di mana bisa ketularan Covid-19. Akhirnya saya ingat, seminggu lalu saya ke rumah sakit. Nah, pas di rumah sakit itu saya sempat melepas masker. Kayaknya saya kena dari sana,” tutur pria asal Banyuwangi, Jawa Timur, itu.

Baca Juga:  Penyidik Panggil Bendesa Adat Serangan, Satu Saksi Absen

Meski syok, Sunaryo berusaha tenang. Ia lantas memberitahu keluarganya. Istrinya yang mendengar kabar juga ikut terkejut. Sunaryo kemudian konsultasi dengan atasannya di kantor.

“Kantor minta saya untuk mengisolasi diri secara mandiri. Saya diminta fokus penyembuhan,” tukasnya.

Ayah dua anak itu pun tinggal di kamar seorang diri. Ia tak ingin keluarganya terpapar. Untuk kebutuhan makan dan lainnya disiapkan oleh keluarganya.

Satu dua hari Sunaryo masih bisa bertahan. Lama-lama Sunaryo yang biasa bebas pergi tidak betah. Tapi, ia berusaha menahan diri.

“Saya baru sadar, ternyata begini rasanya menjadi tahanan, gak wenak blas (tidak nyaman). Saya baru tahanan kamar, belum orang yang ditahan di dalam penjara itu, pasti lebih menderita,” kelakarnya.

Selama isolasi mandiri Sunaryo mengaku tak merasakan gejala apapun kecuali batuk-batuk. Seminggu kemudian, Sunaryo kembali dites. Disela tes itu, Sunaryo mendapat wejangan dokter perihal batuk kerasnya.

“Intinya kalau ingin selamat kurangi rokok, syukur bisa berhenti merokok. Dari sana saya mulai berhenti merokok, sampai sekarang. Setelah berhenti merokok jadi doyan makan,” imbuh kakek satu cucu itu.  

Baca Juga:  Amankan BB Bos BPR Legian, Sita Mobil Mewah hingga Senpi James Bond

Dua pekan kemudian, Sunaryo kembali tes. Lagi-lagi hasilnya positif. Hal itu membuatnya kembali tertekan. Untuk melampiaskan stresnya, tengah malam ia pergi ke tepi pantai seorang diri. Sunaryo mencari tempat yang sepi tidak ada orang lain.

“Di tepi pantai itu saya teriak sekencang-kencangnya untuk menghilangkan stres,” kenangnya.

Sepulang dari pantai, Sunaryo bertekad hidup sehat dan berusaha sembuh. Ia makan banyak dan minum vitamin. Sunaryo juga berusaha tidak lagi stres.

Dukungan dari orang terdekat dan pimpinan di kantor membuat semangat sembuhnya berlipat. Akhirnya, setelah satu bulan isolasi mandiri, Sunaryo dinyatakan negatif.

“Setelah hasilnya negatif itu rasanya senang banget, kayak menang lotre, Mas. Saya bersyukur, Alhamdulilah, usia di atas 50 tahun masih diberi kesehatan,” ucapnya.

Sunaryo pun berpesan pada siapapun agar tidak mengabaikan prokes. Dia mencontohkan dirinya sendiri yang terpapar Covid-19 gegara teledor melepas masker. “Kuncinya masker, kalau perlu maskernya dobel dan jaga jarak termasuk, sama rajin cuci tangan pakai sabun dan tidak melakukan kerumunan,” pungkasnya. (maulana sandijaya/didik dwi praptono)



PENGALAMAN berharga didapat Sunaryo. Pria 56 tahun itu dinyatakan positif Covid-19 dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG) pada Januari 2021 silam.

Selama sebulan ia stres berat, karena tak kunjung negatif meski sudah isolasi.

 

SEBELUM dinyatakan positif Covid-19, malamnya Sunaryo merasa meriang dan hidung mampet. Pegawai kontrak Kejari Denpasar itu sempat mengira masuk angin. Ia pun meminta tolong istirnya untuk memijat dan kerokan.

 

Setelah kerokan dan dipijat, Sunaryo merasa badannya lebih enak. Dia pun minum kopi dan merokok seperti biasanya.

Sunaryo termasuk perokok keras. Habis satu batang disambung satu batang berikutnya. Keesokan harinya, di kantornya semua pegawai diwajibkan mengikuti swab-PCR sebagai langkah pencegahan Covid-19.

 

“Malam setelah tes saya ditelepon Pak Kasi Intel, bahwa hasil tes saya positif. Langsung lemas saya, Mas,” ujar pria yang suka bercanda itu, Senin (6/9) kemarin.

Sunaryo yang syok berat masih tidak percaya jika dirinya positif Covid-19. Maklum, ia tidak merasakan gejala apapun selain meriang satu malam. Indra penciuman dan rasa juga berfungsi normal semua. Sunaryo mencoba merunut ke belakang, di mana ia terpapar Covid-19.

“Saya lama berpikir, saya bertanya-tanya di mana bisa ketularan Covid-19. Akhirnya saya ingat, seminggu lalu saya ke rumah sakit. Nah, pas di rumah sakit itu saya sempat melepas masker. Kayaknya saya kena dari sana,” tutur pria asal Banyuwangi, Jawa Timur, itu.

Baca Juga:  Sebanyak 2 Juta Lebih Penduduk di Bali Sudah Divaksin Covid-19

Meski syok, Sunaryo berusaha tenang. Ia lantas memberitahu keluarganya. Istrinya yang mendengar kabar juga ikut terkejut. Sunaryo kemudian konsultasi dengan atasannya di kantor.

“Kantor minta saya untuk mengisolasi diri secara mandiri. Saya diminta fokus penyembuhan,” tukasnya.

Ayah dua anak itu pun tinggal di kamar seorang diri. Ia tak ingin keluarganya terpapar. Untuk kebutuhan makan dan lainnya disiapkan oleh keluarganya.

Satu dua hari Sunaryo masih bisa bertahan. Lama-lama Sunaryo yang biasa bebas pergi tidak betah. Tapi, ia berusaha menahan diri.

“Saya baru sadar, ternyata begini rasanya menjadi tahanan, gak wenak blas (tidak nyaman). Saya baru tahanan kamar, belum orang yang ditahan di dalam penjara itu, pasti lebih menderita,” kelakarnya.

Selama isolasi mandiri Sunaryo mengaku tak merasakan gejala apapun kecuali batuk-batuk. Seminggu kemudian, Sunaryo kembali dites. Disela tes itu, Sunaryo mendapat wejangan dokter perihal batuk kerasnya.

“Intinya kalau ingin selamat kurangi rokok, syukur bisa berhenti merokok. Dari sana saya mulai berhenti merokok, sampai sekarang. Setelah berhenti merokok jadi doyan makan,” imbuh kakek satu cucu itu.  

Baca Juga:  Masuk Zona Kuning, Klungkung Tetap Perketat Penindakan Prokes

Dua pekan kemudian, Sunaryo kembali tes. Lagi-lagi hasilnya positif. Hal itu membuatnya kembali tertekan. Untuk melampiaskan stresnya, tengah malam ia pergi ke tepi pantai seorang diri. Sunaryo mencari tempat yang sepi tidak ada orang lain.

“Di tepi pantai itu saya teriak sekencang-kencangnya untuk menghilangkan stres,” kenangnya.

Sepulang dari pantai, Sunaryo bertekad hidup sehat dan berusaha sembuh. Ia makan banyak dan minum vitamin. Sunaryo juga berusaha tidak lagi stres.

Dukungan dari orang terdekat dan pimpinan di kantor membuat semangat sembuhnya berlipat. Akhirnya, setelah satu bulan isolasi mandiri, Sunaryo dinyatakan negatif.

“Setelah hasilnya negatif itu rasanya senang banget, kayak menang lotre, Mas. Saya bersyukur, Alhamdulilah, usia di atas 50 tahun masih diberi kesehatan,” ucapnya.

Sunaryo pun berpesan pada siapapun agar tidak mengabaikan prokes. Dia mencontohkan dirinya sendiri yang terpapar Covid-19 gegara teledor melepas masker. “Kuncinya masker, kalau perlu maskernya dobel dan jaga jarak termasuk, sama rajin cuci tangan pakai sabun dan tidak melakukan kerumunan,” pungkasnya. (maulana sandijaya/didik dwi praptono)


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru