Banyak cara bisa dilakukan untuk mendukung pemerintah dalam memanfaatkan energi ramah lingkungan. Salah satunya yang dilakukan Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) Kelompok Wanita Tani (KWT) Hidroponik, Kelurahan Abianbase, Mengwi, Badung yakni memanfaatkan gerobak motor listrik (molis) untuk menjual hasil panen sayur hidroponiknya.
INI memang khas dan unik. Selain bisa menghemat biaya operasional, omzetnya naik 100 persen dan juga bisa ikut mengkampanyekan energi yang ramah lingkungan.
Setiap hari Jumat dari pukul 7.30 gerobak molis siaga di Kantor Lurah Abianbase yang berlokasi di Jalan Perumahan Mutiara Abianbase Gang Villa Bougenville, Abianbase, Mengwi, Badung.
Gerobak molis dipenuhi aneka sayuran hasil panen kebun hidroponik. Mulai dari sayu pock coy, sayur hijau, selada, seledri, daun mint, bayam, tomat dan aneka sayuran hidroponik lainnya.
Para staf kelurahan dan masyarakat begitu antusias untuk membeli sayuran hidroponiknya. Setelah berjualan di Kantor Lurah, UMKM KWT Hidroponik berjualan berkeliling di areal Perumahan Mutiara. Tak berselang lama atau sekitar pukul 10.00, dagangannya ludes dibeli oleh warga perumahan. Mengingat, mereka menjual sayuran hidroponik yang fresh dan tanpa ada pestisida.
Ketua UMKM KWT Srikandi Hidroponik Abianbase, Ni Ketut Purnami mengakui awal mula terbentuk kelompok ini saat Kelurahan Abianbase melakukan pelatihan mengenai ketahanan pangan yakni menanam sayuran dengan sistem hidroponik dan juga pengelolaan sampah. Pelatihan melibatkan warga setempat dan juga dari PKK Kelurahan Abianbase.
Materi pelatihan mulai dari persiapan media tanam, semai tanaman, pindah media tanam hingga panen. Antusias peserta pelatihan cukup tertarik untuk mengembangkan pertanian hidroponik, karena tidak memerlukan lahan yang luas.
“Ada beberapa tertarik untuk mengembangkan. Setelah itu dibentukanlah KWT Srikandi Hidroponik pada tahun 2020. Anggotanya ada 17 orang dari ibu-ibu PKK,” jelas Purnami saat ditemui, Jumat (9/12) di Kantor Lurah Abianbase.
Para anggota kelompok begitu bersemangat untuk menanam sayuran hidroponik di pekarangan rumah mereka masing-masing dan juga di green house kantor Lurah Abianbase yang sebagai tempat edukasi.
Karena dalam hitungan sebulan, mereka sudah bisa memanen sayuran hidroponiknya. Awalnya mereka menjual hasil panen dengan secara manual pas ada pertemuan di kelurahan dan juga staf kelurahan. Selain itu kadang dititipkan di sejumlah pedagang.
Harga sayurannya bervariasi mulai dari Rp 10-20 ribu per kilogramnya, tergantung jenis sayurannya. Seperti sayur pokcoy itu dijual Rp 20 ribu per Kilogramnya. “Dulu kami jual hasil panen ke ibu PKK pas ada pertemuan dan juga staf desa. Harganya beda, karena ini sayuran hidroponik dan tanpa pestisida atau organik,” terangnya.
Kemudian, pada Juni 2022 mereka mendapat bantuan gerobak molis dari Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang disalurkan oleh PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengatur Beban (UP2B) Bali. Mereka tertantang untuk menjual hasilnya panennya dan berkeliling di areal perumahan Mutiara.
Tak heran, eksistensi UMKM KWT Hidroponik mulai dilihat oleh warga sekitar. Dulunya hanya bisa menjual sedikit sayuran, kini dengan gerobak listrik mereka bisa mengangkut sebanyak 10-20 kilogram sayuran sekali jualan.
Mereka hanya berjualan rutin setiap hari Jumat atau seminggu sekali, kalau sebulan hanya berjualan 4 kali saja. Sayuran yang dijual juga tergantung hasil panen kelompok saat itu.
Kadang ada sayur hijau, pock coy, bayam, tomat, selada, seledri, timun dan lainnya. “Setelah mendapat bantuan gerobak molis ini, kami berjualan berkeliling sekitar perumahan, di kantor lurah dan kadang ke PLN juga. Kami jualannya hanya setiap hari Jumat pagi dan sampai pukul 10.00 dagangan sudah habis,” bebernya.
Ia mengakui banyak mendapat kemudahan dan keuntungan berjualan dengan gerobak molis. Mereka bisa mengangkut sayuran lebih banyak ketimbang cara manual, menjangkau pasar yang lebih luas, hemat operasional karena tidak perlu mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tinggal ngecas saja.
Perawatannya juga tidak terlalu ribet dan tidak perlu mengganti oli atau pelumas setiap bulannya. Namun mereka hanya mengecek kelistrikan saja. Selain itu kelompok ini juga ikut serta dalam mengkampanyekan energi yang ramah lingkungan. “Kalau untuk omzet sebelum menggunakan gerobak molis sebulan palingan hanya dapat Rp 200-300 ribu per bulan. Setelah menggunakan gerobak molis omzet naik 100 persen, sekarang omzet bisa tembus antara Rp 700 ribu- 1 juta lebih per bulannya. Kami berjualan seminggu sekali setiap hari Jumat,” terangnya.
Pembina UMKM KWT Srikandi Hidroponik sekaligus Lurah Abianbase, I Dewa Gede Rai Wijaya mengakui KWT ini berkembang menjadi UMKM dan telah didaftarkan untuk mendapat Nomor Induk Berusaha (NIB) sehingga mereka bisa berjualan. “Ini bagian dari pemberdayaan masyarakat,” terangnya.
Kata dia, respon masyarakat tergolong tinggi, sebelum mendapat bantuan gerobak molis mereka berjualan manual untuk dititip di warung. Namun kelompok tersebut sering kewalahan memasok sayuran.
Selain pasokan dari pada anggota, mereka juga bekerja sama dengan sejumlah petani organik untuk memasok kebutuhan sayuran. Apalagi setelah menggunakan gerobak molis, selain sebagai media promosi mereka bisa berjualan berkeliling untuk jangkauan lebih luas untuk mencari pelanggan baru. “Sekarang mereka bisa berjualan dengan menjangkau pasar lebih luas dan mulai dikenal masyarakat,” bebernya.
Selain itu, biaya operasional juga rendah. Karena tidak menggunakan BBM. Mereka tinggal ngecas saja di kantor lurah usai berjualan keliling. “Pengeluaran BBM tidak ada. Omzet pasti naik. Jadi banyak keuntungan lah ketika setelah menggunakan gerobak molis ini,” ungkapnya.
Manajer PLN UP2B Bali Mohammad Bachtiar mengakui bahwa rutin melakukan monitoring perihal pemberian gerobak listrik tersebut. Karena manfaat gerobak listrik bantuan PLN bertujuan untuk membantu pelaku UMKM mendapatkan kemudahan dalam penggunaan dan secara ekonomis menghemat biaya operasional.
Selain itu biaya operasional juga sangat rendah sekali ketimbang menggunakan BBM. Sebab dalam sekali pengisian daya baterai hingga penuh, gerobak listrik tersebut bisa menempuh jarak hingga 50 km dengan kecepatan maksimum 40 km/jam.
Keuntungan lainnya adalah dalam mengisi daya baterai hingga penuh, gerobak listrik tersebut hanya butuh 2 kWh saja. “Kalau tarif listrik PLN Rp1.444,70/kWh, maka sekali pengisian daya baterai sampai penuh cukup mengeluarkan Rp2.889 saja. Jadi sangat hemat sekali,” kata Bachtiar disela-sela saat melakukan monitoring di Kantor Lurah Abianbase.
Sementara untuk perawatan juga sangat gampang sekali. Karena motor listrik ini bisa bisa diisi daya di mana pun dan tidak perlu pengisian daya ke Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). “Motor listrik ini juga tidak perlu ganti oli setiap bulannya seperti motor pada umumnya. Selain itu bengkel motor listrik juga sudah mulai banyak,” pungkasnya. [made dwija putra/radar bali]