Pasca-kebakaran Pasar Blahbatuh Selasa (15/6) yang padam pukul 00.00, pedagang kembali datang melihat puing kebakaran.
—
IB Indra Prasetia, Gianyar, Radar Bali
—
RAUT sedih tak bisa disembunyikan dari wajah para pedagang Pasar Blahbatuh. Mereka hanya bisa meratapi puing pasar yang hangus. Salah satu pedagang kosmetik, I Nengah Sumerta, 51, mengaku kios di pasar itu menjadi tumpuan hidupnya.
“Saya jualan sejak 28 tahun yang lalu. Sedih sekali karena kehilangan satu-satunya mata pencarian. Hanya ini yang saya andalkan untuk makan sehari-hari,” ujarnya. Dia mengenang, sejak anaknya kecil hingga beranjak dewasa sudah berjualan di pasar itu.
Yang membuatnya tambah sedih, anaknya bekerja di bidang pariwisata yang terdampak Pandemi Covid-19. “Anak dirumahkan. Jadi ini andalan kami. Sekarang begini,” ujarnya lirih.
Pria asal Banjar Tengah, Desa Tangkas, Kecamatan Klungkung, itu menambahkan jika akibat kebakaran tersebut ia mengalami kerugian mencapai Rp 150 juta.
“Yang saya jual kosmetik macam-macam, yang mahal-mahal juga banyak, dan semua sudah terdaftar di BPOM,” imbuhnya sembari mengatakan jika ia memiliki 3 blok kios di pasar tersebut.
Sejak pagi Sumerta sudah datang ke TKP untuk mengambil benda-benda di kiosnya yang masih bisa digunakan. Atas peristiwa tersebut, dirinya pun berharap bisa mendapatkan asuransi atau bantuan.
“Karena kami kan bayar pajak, NPWP, di sini kita juga bayar Rp 15.000 tiap bulan karena penghasilan saya perhari mencapai Rp 100.000 per hari,” jelasnya. (bersambung)