Seorang ibu di Desa Panji punya cara sendiri dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Dia mengoptimalkan pekarangan jadi area tanam rempah jahe merah. Rempah tersebut diolah sedemikian rupa menjadi minuman herbal. Kini produk tersebut jadi salah satu produk andalan desa.
HALAMAN rumah Nyoman Mariani, 47, dipenuhi dengan polybag berwarna hitam. Jumlahnya ada 17 buah polybag. Wadah-wadah tanaman itu digunakan untuk menanam jahe merah. Ada yang baru ditanam dua pekan lalu.
“Kalau yang ini mungkin sekitar sebulan lagi sudah panen,” kata Mariani seraya menunjuk sebuah polybag yang terlihat rimbun.
Rumah Mariani yang terletak di Banjar Dinas Mandul, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, cukup sederhana. Tak sulit menemukan rumah tersebut. Di Google Map, rumah itu ditandai dengan nama Rumah Produksi Sari Jahe Merah.
Sudah tiga tahun belakangan Mariani lekat dengan jahe merah. Aktivitasnya bukan hanya bercocok tanam umbi jahe, namun dia juga mengolah rempah tersebut menjadi bubuk minuman herbal yang berfungsi sebagai penambah imun tubuh.
Niat berbisnis jahe merah itu bermula pada November 2019 silam. Ceritanya saat itu ia menonton berita di televisi yang terkait dengan wabah Covid-19 di Tiongkok. Dia meyakini cepat atau lambat wabah itu akan sampai di Bali. Mariani kemudian memiliki keinginan berbisnis minuman yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh.
“Kalau buat loloh (jamu) kunyit kan sudah banyak. Saya berpikir harus bisa buat yang beda,” ujarnya
Dia akhirnya melirik potensi jahe merah. Rempah itu mudah ditemukan di pinggiran hutan Desa Panji. Warga yang mukim di sekitar Banjar Dinas Mandul dan Kembang Sari juga jamak menanam rempah itu di kebun. Tapi tak pernah dioptimalkan. “Biasanya hanya untuk konsumsi di rumah saja,” ungkap ibu dari empat orang anak itu.
Mariani kemudian berinisiatif mengolah jahe merah sebagai minuman herbal berbentuk serbuk. Mengawalinya tentu bukan hal yang mudah. Dia harus mempelajari semuanya secara otodidak. Dari mana belajarnya? Ternyata bermodalkan video di YouTube.
Entah berapa puluh kali percobaan yang dia lakukan. Butuh waktu selama 1,5 bulan proses uji coba, hingga dia menemukan takaran dan metode pembuatan yang tepat.
Kini selain selain menggunakan jahe merah sebagai bahan dasar, Mariani juga mencampurkan beberapa bahan lain. Seperti madu, pandan, dan serai.
Akhirnya pada pertengahan Januari 2020, produknya dipasarkan dengan nama Jahe Merah Panji Herbal. Kemasannya dibuat mencolok dengan warna dominan merah. Semula produk itu dipasarkan untuk kalangan terbatas. Hanya untuk warga di Desa Panji.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada pertengahan Maret 2020, permintaan melonjak tajam. Pemicunya, pemerintah mengumumkan terdapat satu kasus positif covid-19 di Kabupaten Buleleng. Warga akhirnya beramai-ramai mencari minuman herbal penambah imun tubuh. Jahe Merah Panji Herbal, jadi salah satu produk pilihan yang dicari.
Permintaan yang melonjak tajam menyebabkan Mariani bingung. Sebab modalnya sangat terbatas. Dia memberanikan diri mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Rakyat Indonesia (BRI). Permohonannya disetujui. Mariani mendapat kucuran dana sebanyak Rp 50 juta dengan tenor 5 tahun melalui BRI Unit Banyuasri.
Uang itu digunakan untuk menambah peralatan produksi. Dia juga membeli jahe merah dalam jumlah yang cukup banyak. “Langsung saya stok, karena takut harganya naik,” ceritanya. Dugaan Mariani rupanya benar. Harga jahe merah sempat menyentuh harga Rp 120 ribu per kilogram pada Maret-Mei 2020.
Harga yang tinggi juga membuat ia mengambil inisiatif baru. Wanita yang juga Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Tulus Bakti Desa Panji itu membagikan bibit jahe merah dalam polybag. Dia mendorong agar anggota KWT menanam jahe merah. Mariani juga menyanggupi menyerap hasil panen jahe merah anggota kelompoknya.
Hingga kini ada 19 orang anggota KWT yang menjadi pemasok umbi jahe merah. Sebagian besar bercocok tanam jahe merah dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Ada pula yang menanamnya di kebun.
Tatkala pandemi Covid-19 berlangsung, Jahe Merah Panji Herbal sempat digunakan sebagai minuman wajib penambah imun tubuh di fasilitas isolasi terpadu (isoter). Saat ini serbuk jahe merah juga jadi minuman yang dihidangkan bagi tamu-tamu yang datang ke Kantor Bupati Buleleng.
Kini dalam sebulan Mariani memproduksi minimal sebanyak 64 kilogram jahe merah. Minuman itu dikemas dalam dua wadah yang berbeda. Masing-masing kemasan 200 gram dan 300 gram. Untuk kemasan 200 gram dijual seharga Rp 35 ribu, sedangkan kemasan 300 gram dijual seharga Rp 45 ribu.
Untuk memasarkan produk tersebut, ia menggandeng Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bhuana Utama Desa Panji. Dia juga memasarkan produk tersebut melalui beberapa platform pemasaran digital. Salah satunya platform pasar.id yang dibuat BRI.
Langkah pemasaran itu membuahkan hasil yang cukup menguntungkan. Mariani menyebut omzet yang berputar mencapai Rp 11 juta per bulan. Sekitar 20 persen diantaranya datang dari platform digital.
Dari omzet tersebut, sebanyak Rp 1 juta digunakan untuk membayar kredit di bank. “Kreditnya saya bayar rutin di Agen Brilink Made Astika. Kebetulan dekat rumah, jadi tidak perlu jauh dan lama antre di bank,” ujar wanita yang juga anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Panji itu.
Salah seorang warga Desa Panji, Putu Lilik Surya mengaku rutin mengonsumsi Jahe Merah Panji Herbal. Produk tersebut selalu tersedia di rumahnya. “Kalau rasanya sudah kurang enak badan, atau agak meriang-meriang, ya minum jahe merah. Biar cepat pulih lagi,” katanya.
Perbekel Panji Jro Mangku Made Ariawan mengatakan, Jahe Merah Panji Herbal merupakan salah satu produk UMKM andalan di Desa Panji. Produk itu muncul pada momentum yang tepat. Sehingga langsung dikenal oleh masyarakat luas.
“Kami juga bantu promosi lebih gencar lewat platform-platform digital. Supaya lebih dikenal lagi,” ujar pria yang akrab disapa Mangku Panji itu.
Sementara itu Regional CEO BRI Denpasar, Rudy Andimono mengungkapkan, jahe merah merupakan salah satu UMKM yang mendapat pendampingan dari BRI. Pihak bank tak hanya membantu permodalan lewat KUR. Tapi juga membantu proses pemasaran.
Menurutnya produk Jahe Merah Panji Herbal sudah cukup lama masuk dalam platform digital pasar.id yang dibuat BRI. “Kami mendorong supaya segmen pasarnya diperluas. Salah satunya lewat platform digital pasar.id. Produknya sudah listing di sana dan transaksinya lancar,” demikian Rudy. [eka prasetya/radar bali]