Para petani di Banjar Dinas Jelantik, Desa Apuan Baturiti Tabanan tetap memilih menanam bunga pacah di lahan pertanian mereka. Meski saat ini harga bunga pacah mengalami penurunan usai Hari Raya Galungan dan Kuningan.
UNTUK urusan harga memang naik turun. Harga bunga pacah yang sebelumnya per kilogram mencapai Rp 20 ribu saat Galungan dan Kuningan. Kini telah turun menjadi 5-6 ribu per kilogram.
Ni Wayan Murti petani bunga pacah menyebut dirinya baru satu tahun menanam bunga pacah, sebelumnya menanam padi pada lahan pertanian miliknya sekitar 5 are.
“Baru-baru ini saya mulai tanam bunga pacah, ternyata hasil lumayan juga,” ungkap Ni Wayan Murti yang kala itu memetik bunga pacah, Kamis (19/1).
Beralih memilih menanam bunga pacah ketimbang tanaman padi bukan tanpa alasan. Selain karena murah dari sisi modal dan tenaga yang harus dikeluarkan, juga cara tanam hingga perawatan lebih gampang.
“Yang paling penting panen, bunga pacah setiap hari kami bisa panen. Kemudian pula pangsa pasarnya ada, karena digunakan sebagai sarana kebutuhan sembahyang setiap hari” jelas petani berusia 37 tahun.
Dengan luas 5 are lahan pertanian yang ditanami bunga pacah dalam setiap hari panen bisa mencapai 20-25 kilogram bunga pacah didapat. Hasil dari panen bunga pacah ini langsung dibeli oleh pengepul di Pasar Tabanan dan Mengwi, Badung.
“Ya, lumayan kalau pas harga naik per kilogram Rp 20 ribu, kan dalam sehari bisa peroleh omzet penjualan sekitar Rp 500 ribu,” sebutnya.
Diakui Ni Wayan Murti, saat ini harga bunga pacah memang anjlok pasca perayaan hari suci Galungan dan Kuningan. Hari Raya Galungan harga bunga pacah Rp 20-25 ribu per kilogram, kemudian ketika Hari Raya Kuningan sempat turun Rp 15 ribu. Dan saat ini harga bunga pacah Rp 4-5 ribu per kilogramnya.
“Turun naiknya harga bunga pacah sudah biasa, pas kebutuhan banyak untuk Hari Raya pasti naik, kalau tidak hari raya ya turun,” pungkasnya. [juliadi/radar bali]