GIANYAR, radarbali.id -Matahari perlahan bergeser ke ufuk barat. Nampak belasan anak-anak setingkat SD sedang sibuk belajar seni melukis bawah sebuah pondok sederhana. Lokasinya di Banjar Keliki Kawan, desa Kelusa, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.
Minggu (26/3/2023) sore, anak-anak tersebut nampah serius menyelesaikan pelajaran melukis yang telah diberikan oleh sang pembina mereka, I Wayan Mardika. Pelajaran melukis merupakan salah satu seni yang dipelajari dari beberapa kesenian lain yang diajarkan oleh I Wayan Mardika di Sanggar Komunitas Om Hara Kailasha Painter.
Bukan sembarang gaya lukisan. Di komunitas itu, I Wayan Mardika mengajarkan seni lukis miniatur Keliki Kawan Style. Dimana gaya itu merupakan originalitas dari Banjar Keliki Kawan. Di lokasi itu, I Wayan Mardika menjelaskan jika hal itu merupakan bagian dari upayanya melestarikan seni danntradisi budaya Bali.
“Ini upaya pelestarian tradisi seni budaya Bali, budaya lokal, seni lukis miniatur Keliki Kawan style pada kususnya,” katanya Jumat (17/3). Pria kelahiran 1983 silam itu menuturkan, hampir setiap hari belasan anak-anak hadir di lokasi itu untuk mempelajari berbagai jenis kesenian.
Tak hanya belajar melukis, namun beberapa keterampilan lain juga. “Khuusus di hari Minggu, kami mengadakan belajar bersama untuk anak-anak, diantaranya membuat canang, dan ngulat tipat untuk anak anak perempuan. Untuk anak-anak laki-laki membuat klakat dan membuat sengkui,” bebernya.
Tak cukup itu saja, di sanggar tersebut anak-anak juga mempelajari seni tari. Hal itu semata-mata agar menumbuhkan nilai tradisi Bali di dalam diri anak-anak tersebut.
Lantas apa itu Miniatur Kelili Kawan Style?. I Wayan Mardika mengatakan bahwa gaya melukis tersebut merupakan perpaduan lukisan gaya Ubud dengan gaya Batuan yang dibawa ke dalam media kertas kecil.
Sosok yang pertamakali mencetuskan gaya itu adalah I Ketut Sana. Lalu gaya itu dikembangkan bersama dua seniman lain, yakni InMade Astawa dan I Nyoman Muliawan dari Banjar Keliki Kawan. “Dari tiga orang itulah berkembangnya gaya lukisan Miniatur Keliki Kawan Style,” bebernya.
Dikisahkannya bahwa di era 80-an hingga 90-an, di Banjar Keliki Kawan, kurang lebih 95 persen merupakan pelukis. Bahkan saat itu banyak warga dari desa atau Banjar lain mendatangi Banjar Keliki Kawan untuk belajar melukis.
Seiring berjalanya waktu perkembangan jaman dan juga pasar yang kurang mendukung, terutama setelah terjadinya Bom Bali, banyak dari seniman itu yang beralih profesi. Lalu semakin banyak seniman tak akhirnya mulai meninggalkan aktivitas seni.
Atas dasar itulah I Wayan Mardika bersemangat, mengemban misi membangkitkan kembali gaya Keliki Kawan Style. Dia melulai mendoktrin generasi muda untuk melestarikan gaya tersebut.
“Dari keprihatinan saya atas seni Lukis ini di tahun 2008 saya mencari bibit-bibit pelukis anak-anak untuk saya ajak belajar melukis. Di tahun 2010, saya mendirikan komunitas Om Kara Kailasha Painter. Di sinilah saya memperkenalkan tradisi melukis pada anak anak generasi muda,” imbuhnya.
Ternyata tak hanya anak-anak, komunitas itu juga menjadi rumah belajar bersama bagi para seniman lintas generasi. Mulai dari anak, muda hingga orang tua. (marselus pampur/rid)