RadarBali.id– Banyak cerita menarik disampaikan Gus Miftah tentang seluk beluknya berdakwah di tempat-tempat “seram”. Yakni di lokasi dan tempat dunia gemerlap (dugem).
Di hadapan para penguji skripsinya dan banyak orang yang hadir di Auditorium Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang pada Senin (6/2/2023) lalu, Gus Miftah bercerita tentang hinaan yang dialaminya, akibat cemarah kontroversial dilakukannya di tempat hiburan malam.
Hinaan itu diekspresikan melalui gambar yang dibuat di bokong mobil sedot WC yang mengutip pernyataanya saat berceramah di tempat hiburan.
“Gara-gara saya ngaji di klub malam, saya dihina. Gambar saya dilukis di mobil tangki sedot WC dengan quote saya waktu itu bokongmu adalah rezekiku,” kata Gus Miftah yang sidang skripsinya mirip dengan orasi. Quote tersebut tentu saja bisa berbahaya apabila tidak memahami konteks dari pernyataan Gus Miftah.
Selain itu, pemilik nama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman juga mengungkapkan pengalaman mendebarkan sempat diancam oleh preman di Jogjakarta akan dibunuh karena satu dan lain hal. Gus Miftah kala itu merespons ancaman tersebut dengan menggunakan pendekatan persuasif mengacu pada metode fun learning.
“Dengan metodologi fun learning kita bisa masuk ke banyak tempat. Contoh waktu itu saya menaklukkan preman besar di Jogja, waktu itu dia mau membunuh saya. Namanya Gunardi Joko Lupito. Apa yang terjadi ? Dia kemudian jadi bertobat ketika melihat fun learning,” kata Gus Miftah yang sempat mendapatkan penghargaan kategori Selebriti Yang Paling Banyak Wajahnya Dilukis di Bokong Truk dengan total 350 truk.
Penggunaan pendekatan yang menyenangkan dalam mengajarkan dakwah, menurut Gus Miftah, juga membuat dirinya berhasil mendekati preman yang sangat disegani di Jakarta, yaitu Hercules.
“Ramadan beberapa tahun lalu saya ketemu preman di Jakarta namanya Hercules. Ternyata apa? Takluknya seorang Hercules berangkat dari metodologi pembelajaran yang asyik dan menyenangkan. Kemudian saya minta dia untuk sowan ke Habib Luthfi. Hercules diangkat jadi adik angkat habib Luthfi saat itu,” paparnya.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Miftah juga menceritakan dirinya sempat akan dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dari sejumlah universitas di Indonesia dan ada juga yang menawarinya dari luar negeri. Namun terpaksa ditolaknya. Itu karena saat berkonsultasi dengan Habib Luthfi, dia diminta kuliah saja dari pada menerima penghargaan gelar kehormatan.
“Beliau (Habib Luthfi bin Yahya) bilang, kalau seandainya kamu mau kuliah jauh lebih terhormat dibandingkan menerima DHC,” cerita Gus Miftah yang kemudian membulatkan nekadnya untuk kuliah.[JPG/jawapos.com]