26.5 C
Denpasar
Sunday, March 26, 2023

Kreasi Ogoh-Ogoh Pemuda di Desa Nagasepaha,Buleleng: Pakai Kulit Bawang, Tembus 3 Besar Kecamatan

Para pemuda Sekaa Teruna Harum Braja, Desa Nagasepaha, mengoptimalkan kreasi mereka dalam membuat ogoh-ogoh. Salah satunya memanfaatkan limbah kulit bawang. Keren!

WUJUD ogoh-ogoh itu benar-benar terlihat menyeramkan. Lidahnya menjulur panjang, dengan kalung tengkorak melingkar pada lehernya. Ogoh-ogoh dengan warna dominan putih itu, memiliki tekstur kulit yang terbilang unik. Pewarnaannya juga cukup detail.

Ogoh-ogoh itu merupakan karya para pemuda di Sekaa Truna Harum Braja, Desa Nagasepaha, Kecamatan Buleleng. Mereka mengambil tema sudhamala yang berarti penyucian dari penyakit. Tema itu dipilih karena masih dianggap relevan dengan kondisi saat ini.

“Ini ada hubungannya juga dengan pandemi covid-19. Hampir tiga tahun kita hidup terbelenggu dengan situasi pandemi. Sekarang kasusnya sudah reda. Jadi kami anggap ogoh-ogoh ini sebagai bentuk penyucian,” kata anggota Sekaa Truna Harum Braja, Nyoman Yukima Ugrasena.

Untuk membuat ogoh-ogoh itu, mereka menghabiskan waktu selama sebulan lebih. Mereka mulai membuatnya pada awal Februari lalu, dan berhasil menuntaskannya pada awal Maret. Mendekati proses penjurian lomba ogoh-ogoh di tingkat kecamatan.

Baca Juga:  Melongok Kesibukan Lomba Ogoh-Ogoh(1):Dilarang Pakai Plastik dan Styrofoam, Nekat Disanksi

Uniknya ogoh-ogoh itu dibuat dari bahan yang tak biasa. Lazimnya ogoh-ogoh akan dibuat dari bahan sterofoam. Sementara ogoh-ogoh yang ikut dalam lomba, akan memanfaatkan koran bekas atau kardus kayu. Namun pemuda di Desa Nagasepaha itu juga memanfaatkan bahan tambahan, yakni kulit bawang putih.

Mereka menggunakan batang kayu sebagai rangka utama. Kemudian memanfaatkan kertas koran untuk anatomi. Khusus bagian payasan menggunakan kardus. Setelah anatomi terbentuk, mereka menempelkan kulit bawang putih.

Hal itu memberi keunggulan. Karena ogoh-ogoh terlihat memiliki kulit dan tekstur khusus. Selain itu memudahkan proses pewarnaan, karena kulit-kulit itu sudah berwarna putih.

Ide mereka memanfaatkan kulit bawang putih sebenarnya terinspirasi dari hal sederhana. Mereka mendapati kulit bawang berserakan di pasar tradisional. Mereka pun mengumpulkan kulit bawang itu jadi bahan baku pembuatan ogoh-ogoh.

“Lebih irit sebenarnya. Kami tidak harus membeli kertas lapis warna cokelat. Tapi tantangannya ya menempel kulit bawang putih itu. Karena ukuran kulit bawangnya kan kecil, sedangkan waktu menyelesaikan mendesak,” jelasnya lagi.

Baca Juga:  Rocket Rockers Rilis Album Kompilasi Bareng 17 Musisi

Kreativitas itu, membuat mereka berhasil keluar sebagai nominasi dalam lomba ogoh-ogoh tingkat Kecamatan Buleleng. Kini mereka juga tengah dipersiapkan mengikuti lomba serupa di tingkat kabupaten.

Kabid Adat dan Tradisi pada Dinas Kebudayaan Buleleng, Gede Angga Prasaja mengungkapkan, proses penilaian untuk tingkat kabupaten telah berjalan sejak Senin (13/3/2023). Ogoh-ogoh yang masuk kriteria tiga besar di tiap kecamatan, dinilai lagi untuk kompetisi tingkat kabupaten. “Nanti hasilnya akan diumumkan Dinas Kebudayaan Provinsi. Tanggal 23 Maret sudah diumumkan resmi,” kata Angga.

Lebih lanjut Angga mengatakan, unsur penilaian lebih menekankan pada tiga hal. Masing-masing estetika, etika, serta religius.

Aspek religius misalnya mempertimbangkan sumber sastra atau nilai agama dalam pembuatan ogoh-ogoh. Sementara aspek etika lebih menekankan pada aksesoris atau pepayasan ogoh-ogoh.

Sementara aspek estetika mempertimbangkan sejumlah unsur, yakni keunikan tema, bahan dan komposisi, teknik konstruksi, anatomi, ekspresi, serta kreativitas. [eka prasetya/radar bali]

 



Para pemuda Sekaa Teruna Harum Braja, Desa Nagasepaha, mengoptimalkan kreasi mereka dalam membuat ogoh-ogoh. Salah satunya memanfaatkan limbah kulit bawang. Keren!

WUJUD ogoh-ogoh itu benar-benar terlihat menyeramkan. Lidahnya menjulur panjang, dengan kalung tengkorak melingkar pada lehernya. Ogoh-ogoh dengan warna dominan putih itu, memiliki tekstur kulit yang terbilang unik. Pewarnaannya juga cukup detail.

Ogoh-ogoh itu merupakan karya para pemuda di Sekaa Truna Harum Braja, Desa Nagasepaha, Kecamatan Buleleng. Mereka mengambil tema sudhamala yang berarti penyucian dari penyakit. Tema itu dipilih karena masih dianggap relevan dengan kondisi saat ini.

“Ini ada hubungannya juga dengan pandemi covid-19. Hampir tiga tahun kita hidup terbelenggu dengan situasi pandemi. Sekarang kasusnya sudah reda. Jadi kami anggap ogoh-ogoh ini sebagai bentuk penyucian,” kata anggota Sekaa Truna Harum Braja, Nyoman Yukima Ugrasena.

Untuk membuat ogoh-ogoh itu, mereka menghabiskan waktu selama sebulan lebih. Mereka mulai membuatnya pada awal Februari lalu, dan berhasil menuntaskannya pada awal Maret. Mendekati proses penjurian lomba ogoh-ogoh di tingkat kecamatan.

Baca Juga:  Angkat Citra Leak, Film Komedi Horor Celekontong Siap Tayang Nasional

Uniknya ogoh-ogoh itu dibuat dari bahan yang tak biasa. Lazimnya ogoh-ogoh akan dibuat dari bahan sterofoam. Sementara ogoh-ogoh yang ikut dalam lomba, akan memanfaatkan koran bekas atau kardus kayu. Namun pemuda di Desa Nagasepaha itu juga memanfaatkan bahan tambahan, yakni kulit bawang putih.

Mereka menggunakan batang kayu sebagai rangka utama. Kemudian memanfaatkan kertas koran untuk anatomi. Khusus bagian payasan menggunakan kardus. Setelah anatomi terbentuk, mereka menempelkan kulit bawang putih.

Hal itu memberi keunggulan. Karena ogoh-ogoh terlihat memiliki kulit dan tekstur khusus. Selain itu memudahkan proses pewarnaan, karena kulit-kulit itu sudah berwarna putih.

Ide mereka memanfaatkan kulit bawang putih sebenarnya terinspirasi dari hal sederhana. Mereka mendapati kulit bawang berserakan di pasar tradisional. Mereka pun mengumpulkan kulit bawang itu jadi bahan baku pembuatan ogoh-ogoh.

“Lebih irit sebenarnya. Kami tidak harus membeli kertas lapis warna cokelat. Tapi tantangannya ya menempel kulit bawang putih itu. Karena ukuran kulit bawangnya kan kecil, sedangkan waktu menyelesaikan mendesak,” jelasnya lagi.

Baca Juga:  WOW, Badung Kucurkan Dana Kreativitas Rp 5,8 Miliar

Kreativitas itu, membuat mereka berhasil keluar sebagai nominasi dalam lomba ogoh-ogoh tingkat Kecamatan Buleleng. Kini mereka juga tengah dipersiapkan mengikuti lomba serupa di tingkat kabupaten.

Kabid Adat dan Tradisi pada Dinas Kebudayaan Buleleng, Gede Angga Prasaja mengungkapkan, proses penilaian untuk tingkat kabupaten telah berjalan sejak Senin (13/3/2023). Ogoh-ogoh yang masuk kriteria tiga besar di tiap kecamatan, dinilai lagi untuk kompetisi tingkat kabupaten. “Nanti hasilnya akan diumumkan Dinas Kebudayaan Provinsi. Tanggal 23 Maret sudah diumumkan resmi,” kata Angga.

Lebih lanjut Angga mengatakan, unsur penilaian lebih menekankan pada tiga hal. Masing-masing estetika, etika, serta religius.

Aspek religius misalnya mempertimbangkan sumber sastra atau nilai agama dalam pembuatan ogoh-ogoh. Sementara aspek etika lebih menekankan pada aksesoris atau pepayasan ogoh-ogoh.

Sementara aspek estetika mempertimbangkan sejumlah unsur, yakni keunikan tema, bahan dan komposisi, teknik konstruksi, anatomi, ekspresi, serta kreativitas. [eka prasetya/radar bali]

 


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru