30.4 C
Denpasar
Tuesday, March 28, 2023

Kala Duskarana dari Pecatu Kuta Selatan Ogoh-ogoh Terbaik Pertama di Badung

MANGUPURA,radarbali.id– Penilaian ogoh-ogoh di tingkat Kabupaten Badung telah dilakukan. Hasilnya ditetapkan 6 ogoh-ogoh terbaik dari 21 ogoh-ogoh yang dinilai. Bahkan untuk terbaik pertama Ogoh-ogoh “Kala Duskarana” karya Sekaa Teruna (ST) Dharma Pertiwi di Banjar Kauh, Desa Adat Pecatu, Kuta Selatan meraih nilai tertinggi dengan nilai 286.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, I Gde Eka Sudarwitha sangat mengapresiasi kerja keras dan kekompakan para sekaa teruna di Gumi Keris dalam menciptakan karya ogoh-ogoh yang bervariatif. Termasuk pula dukungan tokoh adat dan tokoh masyarakat masing-masing dalam membina generasi muda dalam mengembangkan kreativitasnya. “Apresiasi terhadap karya-karya yang dihasilkan karena sudah sangat memenuhi kriteria yang kita berikan dan juga selaras dengan kriteria yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dalam penilaian ogoh-ogoh tingkat provinsi,” ujarnya, Kamis (16/3).

Terkait penilaian, menegaskan sepenuhnya diserahkan kepada tim juri yang terdiri dari Ida Bagus Nyoman Surya, I Wayan Gede Miasa, dan Dwiaga Yogiswara. Hasil penilaian,  enam besar ogoh-ogoh tersebut memiliki nilai lebih pada tingkat kesulitan pembuatan, ketelitian, hingga penuangan ide-ide ke dalam garapan.

Baca Juga:  Badung Kejar Zona Hijau, Satgas Finalisasi Vaksinasi Covid di Mengwi

Adapun yang dinilai antara lain dari unsur estetika (Satyam) berupa tema, bahan ogoh-ogoh yang ramah lingkungan, teknik konstruksi, anatomi/proporsi, ekspresi, kreativitas (penggunaan teknologi). Sedangkan penilaian dari unsur etika (Siwam) berupa aksesoris baik dari segi gelungan, pepayasanm dan dan yang lainnya. Sementara penilaian unsur religius (Sundaram) berupa sumber sastra dan nilai-nilai Agama Hindu.

Terbaik pertama Ogoh-ogoh “Kala Duskarana” karya Sekaa Teruna (ST) Dharma Pertiwi di Banjar Kauh, Desa Adat Pecatu. Disusul  lima ogoh-ogoh lainnya antara lain Ogoh-ogoh “Kala Bajang Bukal” karya ST Putra Tunggal, Banjar Belulang, Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi dengan nilai 282, Ogoh-ogoh “Chamunda” karya ST Yuwana Giri, Banjar Tegal, Desa Adat Kuta dengan nilai 269, Ogoh-ogoh “Sang Maha Kala” karya ST Widya Dharma, Banjar Tengah, Desa Adat Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan dengan nilai 267.

Kemudian ada  Ogoh-ogoh “Parepat Soca Prayaya Brahman (Kala Sri Pati)” karya ST Dipa Bhuana Canti, Banjar Basangkasa, Desa Adat Kerobokan, Kuta Utara dengan nilai 266, serta Ogoh-ogoh “Abasa Warasana Ing Loka” karya ST Eka Bhuwana Tunggal Budi Kaja, Banjar Seminyak Kaja, Desa Adat Seminyak, Kuta dengan nilai 259. “Dari enam besar itu, memang ada nilai plus dari sisi tingkat kesulitan pembuatan, orisinalitas karya, ketelitian anatominya, kekhususan pada penuangan-penuangan ide atau inspirasinya. Termasuk penggunaan teknologi yang dipadukan dengan gerakan ogoh-ogoh,” terang mantan Camat Petang ini.

Baca Juga:  Jadi Kabupaten Sehat, Badung Dianugerahi Mendagri Swasti Saba Wistara

Sementara untuk predikat terbaik I mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 15 juta dan piagam penghargaan, Terbaik II mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 12 juta dan piagam penghargaan, Terbaik III mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 9 juta dan piagam penghargaan, Harapan I, II, dan III mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 5 juta dan piagam penghargaan.

Namun untuk waktu penyerahan hadiah masih dibahas lebih lanjut.  Selain itu pengarakan ogoh-ogoh saat Pengerupukan  tidak akan dipusatkan di satu titik atau kabupaten. Melainkan mendorong kreativitas pemuda dinikmati oleh masyarakat di masing-masing desa. “Kami imbau saat pengarakan ogoh-ogoh agar menjaga ketertiban dan kenyamanan.  Jangan mabuk-mabukan, dan batasi jam pawai jangan sampai lewat dari jam 12 malam,” pungkasnya. (dwi/rid)



MANGUPURA,radarbali.id– Penilaian ogoh-ogoh di tingkat Kabupaten Badung telah dilakukan. Hasilnya ditetapkan 6 ogoh-ogoh terbaik dari 21 ogoh-ogoh yang dinilai. Bahkan untuk terbaik pertama Ogoh-ogoh “Kala Duskarana” karya Sekaa Teruna (ST) Dharma Pertiwi di Banjar Kauh, Desa Adat Pecatu, Kuta Selatan meraih nilai tertinggi dengan nilai 286.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, I Gde Eka Sudarwitha sangat mengapresiasi kerja keras dan kekompakan para sekaa teruna di Gumi Keris dalam menciptakan karya ogoh-ogoh yang bervariatif. Termasuk pula dukungan tokoh adat dan tokoh masyarakat masing-masing dalam membina generasi muda dalam mengembangkan kreativitasnya. “Apresiasi terhadap karya-karya yang dihasilkan karena sudah sangat memenuhi kriteria yang kita berikan dan juga selaras dengan kriteria yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dalam penilaian ogoh-ogoh tingkat provinsi,” ujarnya, Kamis (16/3).

Terkait penilaian, menegaskan sepenuhnya diserahkan kepada tim juri yang terdiri dari Ida Bagus Nyoman Surya, I Wayan Gede Miasa, dan Dwiaga Yogiswara. Hasil penilaian,  enam besar ogoh-ogoh tersebut memiliki nilai lebih pada tingkat kesulitan pembuatan, ketelitian, hingga penuangan ide-ide ke dalam garapan.

Baca Juga:  Dua Hari Hujan, Badung Dilanda Bencana Pohon Tumbang

Adapun yang dinilai antara lain dari unsur estetika (Satyam) berupa tema, bahan ogoh-ogoh yang ramah lingkungan, teknik konstruksi, anatomi/proporsi, ekspresi, kreativitas (penggunaan teknologi). Sedangkan penilaian dari unsur etika (Siwam) berupa aksesoris baik dari segi gelungan, pepayasanm dan dan yang lainnya. Sementara penilaian unsur religius (Sundaram) berupa sumber sastra dan nilai-nilai Agama Hindu.

Terbaik pertama Ogoh-ogoh “Kala Duskarana” karya Sekaa Teruna (ST) Dharma Pertiwi di Banjar Kauh, Desa Adat Pecatu. Disusul  lima ogoh-ogoh lainnya antara lain Ogoh-ogoh “Kala Bajang Bukal” karya ST Putra Tunggal, Banjar Belulang, Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi dengan nilai 282, Ogoh-ogoh “Chamunda” karya ST Yuwana Giri, Banjar Tegal, Desa Adat Kuta dengan nilai 269, Ogoh-ogoh “Sang Maha Kala” karya ST Widya Dharma, Banjar Tengah, Desa Adat Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan dengan nilai 267.

Kemudian ada  Ogoh-ogoh “Parepat Soca Prayaya Brahman (Kala Sri Pati)” karya ST Dipa Bhuana Canti, Banjar Basangkasa, Desa Adat Kerobokan, Kuta Utara dengan nilai 266, serta Ogoh-ogoh “Abasa Warasana Ing Loka” karya ST Eka Bhuwana Tunggal Budi Kaja, Banjar Seminyak Kaja, Desa Adat Seminyak, Kuta dengan nilai 259. “Dari enam besar itu, memang ada nilai plus dari sisi tingkat kesulitan pembuatan, orisinalitas karya, ketelitian anatominya, kekhususan pada penuangan-penuangan ide atau inspirasinya. Termasuk penggunaan teknologi yang dipadukan dengan gerakan ogoh-ogoh,” terang mantan Camat Petang ini.

Baca Juga:  Sukses Bius Fans Perempuan, Hedi Yunus Dkk Puji Atmosfer Bali

Sementara untuk predikat terbaik I mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 15 juta dan piagam penghargaan, Terbaik II mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 12 juta dan piagam penghargaan, Terbaik III mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 9 juta dan piagam penghargaan, Harapan I, II, dan III mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 5 juta dan piagam penghargaan.

Namun untuk waktu penyerahan hadiah masih dibahas lebih lanjut.  Selain itu pengarakan ogoh-ogoh saat Pengerupukan  tidak akan dipusatkan di satu titik atau kabupaten. Melainkan mendorong kreativitas pemuda dinikmati oleh masyarakat di masing-masing desa. “Kami imbau saat pengarakan ogoh-ogoh agar menjaga ketertiban dan kenyamanan.  Jangan mabuk-mabukan, dan batasi jam pawai jangan sampai lewat dari jam 12 malam,” pungkasnya. (dwi/rid)


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru