DENPASAR,radarbali.id– Tradisi Omed-omedan di Banjar Kaja Sesetan, kelurahan Sesetan yang selalu diselenggarakan saat Ngembak Geni, Kamis (23/3/2023). Omed-omedan adalah warisan budaya yang selalu ditunggu-tunggu masyarakat lokal dan para turis.
Makna Omed-omedan adalah tarik- menarik yang dilakukan para muda-mudi. Sebelum Omed-omedan dimulai, para muda-mudi melakukan persembahyangan. Kemudian, diadakan pementasan Barong Bangkung Jantan dan Betina. Setelah itu, acara inti dimulai. Hal yang paling khas dari Omed-omedan, panitia menyiram air ke arah peserta dan penonton.
Ketua Panitia Sesetan Heritage Omed-omedan Festival (SHOF) 2023, Diof Adi Pramana mengatakan, kegiatan ini selalu berlangsung setiap tahun. Tetapi dengan konsep festival ini telah berlangsung sebanyak 12 kali. Sayangnya, pada tahun sebelumnya kegiatan ini sempat terhenti untuk umum dikarenakan pandemi covid-19. “Sekaa Teruna Satya Dharma Kerti menginginkan bangkit kembali untuk menyelenggarakan kegiatan ini dengan penuh rasa semangat dan untuk melestarikan tradisi Bali khususnya pada Banjar Kaja Desa Sesetan,” ucapnya.
Bertemakan “Guna Dharma Kerti” berharap dapat meningkatkan potensi pemuda dan pemudi untuk selalu berkarya dalam melestarikan warisan budaya leluhur yang bernilai adiluhung dengan berlandaskan ajaran agama hindu.
Sementara itu, Penglingsir Banjar Kaja Sesetan, Jro Wayan Sunarya mengungkapkan tidak dapat dipastikan kapan lahirnya Tradisi Omed-omedan ini. Menurut cerita zaman dulu, kemungkinan dari abad ke-17.
Dijelaskan Omed-omedan ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi muda-mudi. Khusus Banjar Kaja Sesetan. ” Karena muda-mudi banyak yang sekolah atau kerja di luar maka dengan ini sebagai ajang tali silaturahmi,” ucapnya.
Meski dianggap porno, acara ini tidak akan pernah berhenti. Menurut Jro Sunarya sempat tradisi ini diberhentikan karena waktu itu pemerintah menganggap acara ini menganggu berjalannya Hari Raya Nyepi. Apa yang terjadi? datang babi besar entah darimana, dua ekor babi itu bertengkar sampai berdarah-darah di depan Banjar Kaja Sesetan. “Kami melihat babi itu berdarah-darah sekitar satu jam. Pisahnya kami tidak tahu begitu saja hilang. Di sini ada pura kami tanya, disampaikan harus diadakan Omed-omedan setelah Hari Raya Nyepi. Maka dari itu kami tidak berani tidak mengadakan,” pungkasnya. (feb/rid)