28.7 C
Denpasar
Saturday, June 10, 2023

Karya Ogoh-ogoh Banjar Tainsiat Masih Jadi Magnet Nilai Seni

DENPASAR,radarbali.id – Hasil karya  ogoh-ogoh Banjar Tainsiat yang dibuat Sekaa Teruna Yowana Saka Bhuwana   (STYSB),  Garuda Suwarnakaya masih menjadi magnet hingga usai Hari Raya Nyepi. Banjar Tainsiat, Jalan Nangka Selatan,Dangin Puri Kaja,  Denpasar Utara   masih ramai didatangi masyarakat untuk melihat mahakarya pemuda Tainsiat, kemarin (23/3/2023).

Ketua Sekaa Teruna Yowana Saka Bhuwana, Komang Angga Natyalaksana saat ditemui kemarin,  mengungkapkan konsep ogoh-ogoh Garuda Suwarnakaya adalah manusia setengah garuda yang berwarna emas dengan sayap yang mewah.  Ogoh-ogoh ini dapat bergerak karena menggunakan mesin hidrolik.  Hanya menekan tombol,  sang garuda akan mengepakkan sayapnya. Persis seperti burung garuda yang merupakan  Lambang Negara Indonesia.

Pengerjaan ogoh-ogoh Garuda Suwarnakaya menghabiskan sekitar  dua bulan. Sebetulnya, waktunya tidak cukup dikarenakan pembuatannya sangat detail dan  rumit terutama pada bagian  badan dan topeng. Kesan mewah tidak hanya pada warna emas tapi bagian sayapnya. “Dari pemilihan warna emas,  terus sayapnya kami menonjolkan kesan mewah.  Untuk beratnya sampai  ratusan kilogram. Sementara tinggi ogoh-ogoh  dari jongkok 5 meter,” ucapnya.

Baca Juga:  Joyland Festival Bali Hadirkan GAC setelah 3 Tahun Vakum

Untuk bahan dasar ogoh-ogoh menggunakan bambu, besi dan adonan tanah liat (clay).  Disinggung biaya, Lelaki yang akrab disapa Mang Angga enggan menyampaikan. Namun, yang terpenting menurut Mang Angga usaha mereka terbayar dengan mendapatkan respons positif  dari masyarakat.

Antusias masyarakat dibuktikan saat malam pengerupukan,  semua penonton menanti mahakarya Banjar Tainsiat.   Masyarakat rela sesak-sesakan sampai ada yang pingsan. “Sangat bangga kami, respons sangat positif  antusias masyarakat yang menanti karya kami. Kami tidak tidur-tidur. Banyak waktu yang kami buang untuk ogoh-ogoh ini. Kami sangat terharu,” terangnya.

Rencananya ogoh-ogoh Garuda Suwarnakaya akan dipajang sampai akhir Maret di Banjar Tainsiat. Dikarenakan masih banyak yang ingin melihat ogoh-ogoh ini. Pemuda banjar Tainsiat berupaya terus berinovasi dari tahun ke tahun untuk membuat karya yang tidak biasa-biasa saja.

Baca Juga:  Ternyata Ini Alasan Andi/Rif Main Film Wiro Sableng

Setiap karya dari tahun ke tahun harus ada yang  membedakan. Kata Mang Angga, yang membedakan  Garuda Suwarnakarya dibandingkan ogoh-ogoh sebelumnya,  dari segi teknologi dan konsep. “Tema dan konsepnya dan juga teknologi pengembangan yang membedakan. Kami sebisa dan semaksimal kami membuatnya.  Seperti pemilihan catnya,” ujar Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa ini. (feb)



DENPASAR,radarbali.id – Hasil karya  ogoh-ogoh Banjar Tainsiat yang dibuat Sekaa Teruna Yowana Saka Bhuwana   (STYSB),  Garuda Suwarnakaya masih menjadi magnet hingga usai Hari Raya Nyepi. Banjar Tainsiat, Jalan Nangka Selatan,Dangin Puri Kaja,  Denpasar Utara   masih ramai didatangi masyarakat untuk melihat mahakarya pemuda Tainsiat, kemarin (23/3/2023).

Ketua Sekaa Teruna Yowana Saka Bhuwana, Komang Angga Natyalaksana saat ditemui kemarin,  mengungkapkan konsep ogoh-ogoh Garuda Suwarnakaya adalah manusia setengah garuda yang berwarna emas dengan sayap yang mewah.  Ogoh-ogoh ini dapat bergerak karena menggunakan mesin hidrolik.  Hanya menekan tombol,  sang garuda akan mengepakkan sayapnya. Persis seperti burung garuda yang merupakan  Lambang Negara Indonesia.

Pengerjaan ogoh-ogoh Garuda Suwarnakaya menghabiskan sekitar  dua bulan. Sebetulnya, waktunya tidak cukup dikarenakan pembuatannya sangat detail dan  rumit terutama pada bagian  badan dan topeng. Kesan mewah tidak hanya pada warna emas tapi bagian sayapnya. “Dari pemilihan warna emas,  terus sayapnya kami menonjolkan kesan mewah.  Untuk beratnya sampai  ratusan kilogram. Sementara tinggi ogoh-ogoh  dari jongkok 5 meter,” ucapnya.

Baca Juga:  Nyepi, Momentum Jaga Kekompakan Sekaa Truna

Untuk bahan dasar ogoh-ogoh menggunakan bambu, besi dan adonan tanah liat (clay).  Disinggung biaya, Lelaki yang akrab disapa Mang Angga enggan menyampaikan. Namun, yang terpenting menurut Mang Angga usaha mereka terbayar dengan mendapatkan respons positif  dari masyarakat.

Antusias masyarakat dibuktikan saat malam pengerupukan,  semua penonton menanti mahakarya Banjar Tainsiat.   Masyarakat rela sesak-sesakan sampai ada yang pingsan. “Sangat bangga kami, respons sangat positif  antusias masyarakat yang menanti karya kami. Kami tidak tidur-tidur. Banyak waktu yang kami buang untuk ogoh-ogoh ini. Kami sangat terharu,” terangnya.

Rencananya ogoh-ogoh Garuda Suwarnakaya akan dipajang sampai akhir Maret di Banjar Tainsiat. Dikarenakan masih banyak yang ingin melihat ogoh-ogoh ini. Pemuda banjar Tainsiat berupaya terus berinovasi dari tahun ke tahun untuk membuat karya yang tidak biasa-biasa saja.

Baca Juga:  Kolaborasi Apik Bali dan Thailand Angkat Kisah Mahabaratha, Hasilnya…

Setiap karya dari tahun ke tahun harus ada yang  membedakan. Kata Mang Angga, yang membedakan  Garuda Suwarnakarya dibandingkan ogoh-ogoh sebelumnya,  dari segi teknologi dan konsep. “Tema dan konsepnya dan juga teknologi pengembangan yang membedakan. Kami sebisa dan semaksimal kami membuatnya.  Seperti pemilihan catnya,” ujar Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa ini. (feb)


Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru