26.5 C
Denpasar
Sunday, March 26, 2023

Astungkara! Anak-anak Disabilitas dari Gianyar Akan Terlibat di Event Seni Internasional

GIANYAR-Meski mengalami keterbelakangan mental, anak-anak disabilitas dari Yayasan Anak Unik, Banjar Tengkulak Kaja Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar tak patah arang. Mereka terus mengasah kreativitas yang dimilikinya.
Buktinya, mereka akan terlibat dalam internasional World Inclusive Dance Association (WIDA) ke 10. Dimana event yang digelar di Bali pada bulan Agustus 2023 mendatang ini juga bagian dari peringatan hari disabilitas internasional.
Presiden Direktur WIDA, Leonid Tarasov, Jumat (27/1) mengunjungi langsung anak-anak tersebut. Bersama keluarganya, mereka langsung disambut senyum semringah dan ramah dari anak-anak tersebut. Bahkan, mereka juga menyuguhkan pentas spesial. Diiringi dengan penyambutan menggunakan permainan musik tradisional, Janger dan joged. Dalam kesempatan itu, Ni Gusti Putu Parmiti selaku Pendiri Yayasan Anak Unik mengatakan bahwa kegiatan World Inclusive Dance Association (WIDA) ke 10 di Bali ini merupakan kompetisi khusus dunia seni khusus kaum disabilitas.
Nantinya para peserta penyandang disabilitas yang memiliki bakat dan minat di dunia musik, tari, dansa dan serupa lainnya. “Ini seperti paralimpic. Bedanya, peserta adalah penyandang disabilitas yang memiliki minat pada bidang seni seperti menari, dansa dan sejenisnya,” katanya.
Dia mengaku bangga karena anak-anak asuhannya bisa mengambil kesempatan dalam event akbar tersebut. Apalagi momentum ini menjadi pembuktian bagi anak-anaknya menunjukan bakat serta menumbuhkan percaya diri. “Dengan menari mereka tidak ada beban, mereka senang bisa berhias,” tambah Gusti Parmiti.
Menurutnya memang perlu keterampilan khusus mengajarkan anak-anak keterbelakangan mental itu untuk bisa menari. Pengajar harus paham dan sabar menghadapi anak-anak tersebut. “Karena mereka ini alami kesulitan koordinasi. Jadi mereka tidak bisa melakukan 3 hal sekaligus di satu kesempatan. Seperti halnya menari, mereka harus belajar bertahap. Pertama belajar melihat gerak dulu, kemudian belajar mendengar musik. Baru kemudian belajar mengkolaborasikan gerak dan musik,” ungkapnya.
Dia pun berharap nantinya anak-anak asuhannya itu bisa menampilkan yang terbaik di event berskala internasional tersebut. Apalagi event WIDA merupakan ajang bertaraf internasional.





Reporter: Marsellus Nabunome Pampur
Baca Juga:  50 Perupa Muda Nasional Gelar Pameran Kilat Darurat


GIANYAR-Meski mengalami keterbelakangan mental, anak-anak disabilitas dari Yayasan Anak Unik, Banjar Tengkulak Kaja Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar tak patah arang. Mereka terus mengasah kreativitas yang dimilikinya.
Buktinya, mereka akan terlibat dalam internasional World Inclusive Dance Association (WIDA) ke 10. Dimana event yang digelar di Bali pada bulan Agustus 2023 mendatang ini juga bagian dari peringatan hari disabilitas internasional.
Presiden Direktur WIDA, Leonid Tarasov, Jumat (27/1) mengunjungi langsung anak-anak tersebut. Bersama keluarganya, mereka langsung disambut senyum semringah dan ramah dari anak-anak tersebut. Bahkan, mereka juga menyuguhkan pentas spesial. Diiringi dengan penyambutan menggunakan permainan musik tradisional, Janger dan joged. Dalam kesempatan itu, Ni Gusti Putu Parmiti selaku Pendiri Yayasan Anak Unik mengatakan bahwa kegiatan World Inclusive Dance Association (WIDA) ke 10 di Bali ini merupakan kompetisi khusus dunia seni khusus kaum disabilitas.
Nantinya para peserta penyandang disabilitas yang memiliki bakat dan minat di dunia musik, tari, dansa dan serupa lainnya. “Ini seperti paralimpic. Bedanya, peserta adalah penyandang disabilitas yang memiliki minat pada bidang seni seperti menari, dansa dan sejenisnya,” katanya.
Dia mengaku bangga karena anak-anak asuhannya bisa mengambil kesempatan dalam event akbar tersebut. Apalagi momentum ini menjadi pembuktian bagi anak-anaknya menunjukan bakat serta menumbuhkan percaya diri. “Dengan menari mereka tidak ada beban, mereka senang bisa berhias,” tambah Gusti Parmiti.
Menurutnya memang perlu keterampilan khusus mengajarkan anak-anak keterbelakangan mental itu untuk bisa menari. Pengajar harus paham dan sabar menghadapi anak-anak tersebut. “Karena mereka ini alami kesulitan koordinasi. Jadi mereka tidak bisa melakukan 3 hal sekaligus di satu kesempatan. Seperti halnya menari, mereka harus belajar bertahap. Pertama belajar melihat gerak dulu, kemudian belajar mendengar musik. Baru kemudian belajar mengkolaborasikan gerak dan musik,” ungkapnya.
Dia pun berharap nantinya anak-anak asuhannya itu bisa menampilkan yang terbaik di event berskala internasional tersebut. Apalagi event WIDA merupakan ajang bertaraf internasional.





Reporter: Marsellus Nabunome Pampur
Baca Juga:  Putu Pande Eka Mahendra, Difabel Asal Klungkung yang Tak Letih Pungut Sampah hingga Larut Malam

Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru