SINGARAJA– Sebanyak dua orang prajurit yang bertugas di Kodim 1609/Buleleng dijatuhi sanksi disiplin militer.
Sanksi itu dijatuhkan karena mereka melakukan aksi pemukulan pada warga Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar, Buleleng, pada pekan lalu.
Meski telah diijatuhi sanksi disiplin, pihak TNI juga memastikan sanksi pidana militer tetap akan bergulir.
Sanksi disiplin itu dijatuhkan pada Kamis (2/9). Mereka diberikan sanksi berupa lari dengan menggotong tas ransel, hingga diinstruksikan berhenti.
Selain itu, keduanya juga wajib membersihkan lingkungan perkantoran sesuai perintah atasan.
Penjatuhan sanksi disiplin itu dilakukan di lapangan Makodim 1609/Buleleng.
Sanksi diberikan oleh Komandan Kodim 1609/Buleleng Letkol Inf Muhammad Windra Lisrianto.
Sejumlah perwira seperti Komadan Koramil 1609-04/Tejakula Kapten Inf Rifa’I, Pasi Personel Kodim 1609/Buleleng Kapten Caj I Ketut Teken, dan Pasi Intel Kodim 1609/Buleleng Lettu Arh Putu Darma Setiawan juga menyaksikan proses penjatuhan sanksi itu.
Dandim Windra Lisrianto menyatakan dirinya sebagai atasan berhak menjatuhkan disiplin militer pada personelnya yang melanggar kode etik kemiliteran.
Mereka terbukti melakukan pemukulan pada warga. Meski tindakan itu dilakukan karena mereka membela atasannya.
“Disiplin militer yang kami berikan sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 2014, tentang hukum disiplin militer. Meski pada dasarnya mereka (dua anggota TNI,red) itu melakukan pembelaan, kami tetap berpegang pada kode etik kemiliteran,” kata Windra lewat keterangan pers tertulis yang diterima Jawa Pos Radar Bali pada Kamis sore.
Kendati telah dijatuhi sanksi disiplin, Windra menegaskan proses hukum militer juga tetap berjalan. Kini proses tersebut tengah bergulir di Detasemen Polisi Militer (Denpom) IX/Udayana.
“Untuk proses hukum di Denpom tetap berjalan. Penyelidikan masih dilakukan oleh Polisi Militer,” lanjut Windra.
Seperti diberitakan sebelumnya, TNI dan warga Desa Sidatapa sempat terlibat kericuhan pada Senin (30/8). Versi TNI, keributan bermula saat dilakukan swab massal.
Singkat cerita sempat terjadi selisih paham antara warga dengan personel TNI yang melakukan swab masal. Belakangan seorang pemuda diduga memukul Dandim 1609/Buleleng Letkol Inf Windra Lisrianto.
Aksi itu memicu reaksi para prajurit dengan cara mengejar orang yang diduga memukul dandim.
Sementara versi warga, peristiwa berawal dari swab masal di pelataran Pura Desa Sidatapa yang terkesan dipaksakan. Belakangan datang dua orang pemuda yang baru kembali dari kebun.
Mereka dipaksa mengikuti swab. Karena takut, kedua pemuda itu kabur. Akhirnya terjadi aksi saling tarik, hingga sempat terjadi insiden. Kemudian muncul paman dari kedua pemuda itu berusaha melerai. Peristiwa itu memicu emosi prajurit TNI, hingga terjadi aksi pemukulan.