DENPASAR – Tidak hanya memunculkan misteri siapa pelaku yang menganiaya MR, pelajar SMP saat menonton balap liar di Jalan By Pas Ngurah Rai, Sanur, Denpasar, kasus ini juga mengungkap hal lain.
Yakni adanya pihak-pihak yang mencari rekaman CCTV saat penganiayaan berlangsung. Bahkan mereka mengaku dari Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Bali.
Hal itu terungkap saat ayah MR berinisial MTJS bersama kuasa hukumnya AKBP (Purn) Joni Lay, mendatangii Restoran The Hub, Sanur, Sabtu (2/10).
Kedatangan MTJS dan Joni Lay di Restauran The Hub disambut salah satu manajer restoran The Hub berinisial AL dan beberapa karyawan. Mereka pun ditunukkan rekaman CCTV saat kejadian pembubaran balap liar yang berujung penganiayaan terhadap pelajar berinisial MR.
Tidak itu saja, dalam kesempatan itu, juga terungkap adanya sejumlah pihak yang mendatangi restoran The Hub dan meminta rekaman CCTV.
Dalam rekaman CCTV terungkap bagaimana sebelum, saat dan sesudah penganiayaan berlangsung yakni pada Sabtu (29/9) sekitar Pukul 00.30 Wita. Puncaknya adalah Ketika MR digotong ke Mobil APV yang dibawa ayah MR. MR dibawa ke RS BROS, Denpasar untuk dioperasi.
Dari rekaman tersebut, MR berusaha lari atau menghindar karena ketakutan ketika dikepung polisi. Ia kemudian dikejar dan didorong lalu terjatuh persis di jalan raya, depan restoran The Hub.
MR disetrum, dan diinjak kakinya hingga tulang kering kakinya patah.
“Mereka dihadang di bagian utara, kurang lebih 100 meter dari The Hub. Klien saya lari dari median jalan, lalu dikejar dan akhirnya dianiaya di tengah jalan, depan restauran ini,” timpal Joni Lay.
Nah, rekaman CCTV ini dianggap sangat penting untuk mengungkap dugaan penganiayaan tersebut. Makanya, sehari setelah peristiwa itu berlangsung, secara diam-diam datang delapan orang yang mengaku dari kepolisian.
Manajer The Hub, AL menyebut, delapan orang itu datang tidak bersamaan. Lima orang datang pagi. Mereka sempat bertanya kepada salah satu sekuriti, siapa saja yang sudah melihat CCTV. Namun dijawab oleh sekuriti bahwa ia sendiri tidak begitu tahu.
“Karyawan saya bilang kok. Mereka ngaku bahwa atasan mereka akan datang sore nanti. Ternyata sore itu juga datang tiga orang yang dimaksud tadi,” kilah AL.
Tiga orang yang datang itu, menurut AL, salah satunya mengaku bernama Yudi. Tiga orang dari Polda Bali itu meminta file rekaman CCTV.
Namun, permintaan itu tidak bisa dipenuhi. Sebab, ketiga orang itu sama sekali tidak menunjukkan bukti surat tugas.
“Ada 3 orang datang ke sini sore hari. Saya sempat tanya sama bapak yang mengaku sebagai komandan bernama Yudi. Dia ngaku kalau mereka bertugas di Ditreskrimum Polda Bali,” tutur AL.
Meski tak memberi rekaman, AL mengaku memutarkan hasil rekaman CCTV saat kejadian berlangsung kepada ketiga orang yang mengadu dari Ditreskrimum Polda Bali tersebut.
“Ya di depan ada dua CCTV yang merekam kejadian itu. Saya memutarkan video di sini dan disaksikan langsung sama ketiganya,” paparnya.
Kedatangan tiga orang yang mengaku dari Ditreskrimum Polda itu tertangkap kamera CCTV. AL pun menunjukkan kepada ayah korban dan pengacaranya. Orang yang disebut Yudi itu mengenakan jaket biru garis putih di lengan, lelaki berpakaian (sweater) oranye diduga sebagai pelaku, dan satunya lagi berpakaian warna-warni merah, putih, biru seperti bendera Prancis.
“Kemungkinan, dialah (jaket warna-warni) ini diduga membonceng oknum anggota yang menganiaya MR,” jelas Joni.
Rekaman CCTV yang menunjukkan orang bersweater oranye sempat difoto dan dikirim kepada MR. Dan MR pun menduga kuat dia lah pelaku penganiayaan atas dirinya.
“Foto mereka yang diambil dari layar saat beaeda di office The Hub sudah dikirim ke MR. Korban menduga, yang menganiayanya itu adalah lelaki diduga mengenakan jaket oranye,” sambung Joni.
Saat ini, tiga rekaman CCTV, yakni dua rekaman saat kejadian penganiayaan, dan satu rekaman saat tiga orang itu datang ke restoran The Hub untuk meminta rekaman CCTV.
Diberitakan sebelumnya, kasus itu bermula saat ada balap liar di Jalan By Pas Ngurah Rai, Sanur Sabtu (25/9) dini hari. Saat itu, korban MR menonton balap liar.
Namun, dalam waktu singkat, datang polisi membubarkan balap liar tersebut. Kemudian MR kabur namun keburu dianiaya pria yang diduga polisi.
Akibatnya, penganiayaan ini, MR mengalami patah tulang pada kaki. Dia dioperasi di RS BROS dan menghabiskan biaya sekitar Rp100 juta. Kasus ini pun dilaporkan ke Bidang Propam Polda Bali.