GIANYAR- Insiden ambruknya salah seorang siswi SMPN 1 Sukawati usai divaksin Covid-19, langsung mendapat perhatian dari Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali.
Bahkan, tim KPPAD Bali langsung mendatangi sekolah untuk melakukan klarifikasi.
Komisioner Bidang Pendidikan KPPAD Bali, Made Ariasa, Selasa (6/7) menyatakan, usai menerima informasi terkait insiden saat pelaksanaan vaksinasi bagi anak usia 12-17 tahun di Sukawati, pihaknya langsung mendatangi pihak sekolah.
Saat mendatangi sekolah, tim KPPAD Bali diterima langsung kepala Sekolah dan Satgas Pemkab Gianyar.
“Dari penjelasan koordinator tim pendamping vaksin, bahwa siswa yang kemarin diberitakan pingsan tersebut sebenarnya hanya lemas saja. Karena phobia terhadap jarum suntik,” ujar Ariasa.
Lanjut dia, siswi tersebut panic dan kepikiran saat akan divaksin.
“Sehingga sehari sebelumnya kurang tidur. Kepikiran akan vaksin besok harinya,” jelasnya.
Lanjut Ariasa, saat ini kondisi siswi itu sudah fit.
“Meski sedikit ada badan meriang-meriang karena efek dari vaksinasi pada beberapa orang yang lebih sensitif. Tim dari Dinas Kesehatan tetap memantau perkembangan kondisi kesehatan siswi tersebut,” jelasnya.
Pada prinsipnya, KPPAD Bali, lanjut Ariasa, tetap mengapresiasi atas berbagai upaya semua pihak terkait vaksin anak ini.
“Vaksinasi sudah dilaksanakan dengan Prokes yang ketat baik di lingkungan sekolah maupun orang tua yang menunggu di luar sekolah, rata-rata pakai masker, jaga jarak dan ada pengecekan suhu tubuh dan cuci tangan,” ungkapnya.
Selain itu, pihaknya mendesak guru dan orang tua maupun wali murid memastikan kesehatan fisik dan mental siswa.
“Khususnya penting untuk memberikan dukungan mental bagi yang phobia jarum suntik. Termasuk memastikan apa ada penyakit bawaan pada anak,” jelas komisioner asal Desa Mas, Kecamatan Ubud itu.
Menurutnya, ada lima poin yang perlu diperhatikan saat pelaksanaan vaksinasi bagi anak.
Pertama, memastikan anak jujur sedang dalam kondisi sehat betul tanpa ada punya penyakit bawaan baik sesak nafas;
kedua, kesehatan keluarga; ketiga, Protokol Kesehatan yang sangat ketat terlebih dalam kondisi PPKM Darurat saat ini;
keempat, peluang anak tertular virus varian Delta dipastikan bisa menular; dan kelima, anak harus diawasi ketat.