FAKTA baru terungkap dari insiden “pesta” disinfektan oplosan yang berujung maut di Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Perempuan Kelas II A Denpasar.
Hasil penelusuran sementara, puluhan napi perempuan kasus narkotika yang kini tengah menjalani perawatan intensif di RSUP Sanglah Denpasar itu tak tahu jika yang mereka minum adalah cairan disinfektan.
ANDRE SULLA, Denpasar
TEKA-teki kronologi pesta disinfektan oplosan maut di Lapas Perempuan Kelas II A Denpasar akhirnya sedikit terkuak.
Ditengah penyelidikan dan investigasi pihak kepolisian, lapas dan RS, terungkap jika pesta disinfektan yang merengut satu korban nyawa ini berawal dari warga binaan Radita alias RT (korban meninggal),
Ella Nira Kencana (menjalani cuci darah dan masih kritis) bersama Cahyani Aprilia Santoso Angraeni alias Feli nongkrong di depan blok tahan.
Entah saran dari siapa, mereka tiba-tiba mengabil kurang lebih tiga botol cairan yang masih berisi sisa disenfektan tanpa sepengetahuan petugas di gudang penyimpanan, pada Rabu malam (9/6).
Diduga karena sakau narkoba, disenfektan itu nekat di minum.
Namun sebelum dikonsumsi, salah satu diantara mereka menyarakan agar cairan itu dicampur serbuk Nutrisari sebagai perasa buah sekaligus pewarna.
“Dugaan sementara, mereka mengalami halusinasi karena sakau.Mereka menganggap wajar minum disenfiktan dicampur Nutrisari, Sedang orang normal melihat hal tersebut sebagai keanehan,” beber sumber petugas lapas ditemui di RS Sanglah.
Sumber yang mewanti-wanti agar merahasiakan namanya menyebut, bahwa mereka keracunan karena minum bahan kimia (Disinfektan) obat untuk membasmi kuman penyakit, yang di-mix dengan minuman sari buah (Nutrisari).
“Nutrisari dapat dinikmati dingin maupun hangat menggunakan air mineral, tapi mereka mencampurnya dengan cairan disenfektan. Kan kacau jadinya,” seloroh sumber ini.
Singkat cerita, aksi nekat 21 napi ini terkuak ketika, Radita, Cahyani Aprilia Santoso, Ella Nira Kencana, dan Angraeni alias Feli mengeluh kesakitan lalu mendatangi klinik di Lapas Perempuan Klas IIA Denpasar, Kamis (10/6) sekitar pukul 10.00 WITA.
Kepada dokter Lapas, mereka mengaku sakit pusing, sakit dada, perut panas, lemas, sakit perut, dan ada juga sesak nafas.
Selanjutnya, setelah menerima keempat WBP, dokter di klinik lapas kemudian berkoordinasi dengana Kalapas untuk merujuk ke RSUP Sanglah.
“Mereka dirujuk ke RSUP Sanglah karena keluhannya sangat serius. Paginya sempat diberikan pereda sakit, Tapi hingga menjelang sore, mereka masih mengeluh kesakitan,”jelasnya.
Untuk menghidari adanya transaksi narkoba, 4 napi itu di kawal ketat ketika dibawa ke RSUP Sanglah, sekitar pukul 15.30. Selain itu, mereka juga dilarang untuk dibezuk.
Sementara itu, usai keempatnya di bawa ke RSUP Sanglah, di Klinik Lapas, berdatanggan balasan Napi Perempuan.
Diantaranya Thalia Akritiani Sualang, Mella Apriliani, Neng Dian Nopitasari, Amalia alias Jesica dan Vian Indah Sari.
Disusul lagi, Emah Sopiah, Rina Novianti, Bunga Erita Septya Putri, Nurul Khoerunissa, Intan Ratnasari, Eka Kusumaningtyas, Dewa Ayu Bella Evita, Endah Supiyanti, Ni Komang Susilawati dan Fenny Yanthi Esmindar.
“Kloter kedua ini berjumlah 15 orang. Keluahannya sama seperti kloter pertama. Bahkan ada juga yang muntah-muntah. Keluhan para Napi itu, membuat Kepala Lapas Perempuan Klas IIA Denpasar Lili bersama para petugas semakin panik setelah mendapatkan informasi bahwa 1 meninggal dan 1 sekarat menjalani cuci darah,” tambah sumber.
15 napi ini lalu dibawa ke RSUP Sanglah Jumat (11/6) sekitar pukul 07.00.
Lalu, setelah ada yang meninggal, lanjut sumber muncul kloter ke 3 berjumlah dua orang napi, Anggita Vina Astianingrum dan Ita Purnamasari.
“Infomasi terbaru dari RS, jenasah Radita sudah di Ruangan jenasah dan nantinyabakan diotopsi.
Ella Nira Kencana sudah di ruangan untuk menjalani cuci darah. Lalu, ada beberapa lagu sudah di ruangan. Sebagain masih di UGD,” ungkap sumber ini.
Sementara itu, Kepala Lapas Perempuan Kelas II A Denpasar Lili menyatakan, dari hasil penelusuran sementara, diketahui bahwa Radita dan Ella Nira Kencana adalah pelaku pengoplos disinfektan.
“Yang meninggal dan yang kritis itu sebagai pengoplos. Pengakuan balasan napi, sebenanya mereka diajak. Dikira minuman beralkohol (mikol) biasa. Belakangan baru diketahi bahwa ternyata yang diminum mixing Disenfektan dan Nutrisari,” tukas kalapas kelahiran Jambi, 27 November 1971 ini.