DENPASAR- Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar meminta pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus dugaan penganiayaan dan pengeroyokan yang dialami Andre Sulla-Wartawan Jawa Pos Radar Bali.
Selain itu, terkait penanganan perkara, AJI Denpasar juga menyerahkan penuh pada proses hukum yang berlaku. Terutama untuk mengetahui motif penganiayaan dan pengeroyokan.
“Memang saat ini kami baru sebatas mendapat informasi dari korban Andre Sulla. Yang mengatakan jika dirinya datang ke lokasi atas undangan pemilik kafe untuk datang sekaligus meliput acara live musik,” jelas Ketua AJI Denpasar, Nandang Astika, Selasa (16/11).
Namun ia juga mengakui belum mengetahui versi lengkapnya seperti apa kronologi pengeroyokannya.
Nadang berharap, semoga pihak kepolisian bisa segera mengungkap. “Kami juga berharap kepada seluruh wartawan untuk selalu menerapkan kode etik jurnalistik dalam setiap menjalani tugas-tugas jurnalistik,” harapnya.
Kata dia, tujuan menerapkan kode etik agar wartawan benar menjalankan tugasnya. “Dengan begitu masyarakat tidak semena-mena dalam menghakimi permasalahan jurnalistik,” pungkasnya.
Apalagi, informasinya dalam acara itu juga melibatkan oknum polisi. Kabarnya juga saat pengeroyokan itu ada oknum polisi. Sayangnya, mereka diam saja.
Seperti diketahui, aksi penganiayaan dan pengeroyokan yang menimpa Korban Andre Sulla ini terjadi di Monjali Kafe, Jalan Mahendradatta, Denpasar Barat.
Sebelum kejadian, Andre mengaku jika dirinya diundang ke lokasi itu untuk meliput kegiatan live musik.
Namun di sana, dia malah mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan. Dia diduga dianiaya dan dikeroyok oleh tiga orang.
Mereka adalah Boy Toelle, Benny Toelle dan Gen yang kini sudah ditahan di Mapolsek Denpasar Barat.