BADUNG-Rapid test massal dan lockdown terpaksa dilakukan pihak Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Kerobokan, Badung, Bali.
Pelaksanaan tes cepat dan penutupan aktivitas di Lapas terbesar di Bali, itu menyusul dengan munculnya keluhan deman sejumlah warga binaan pemasyarakat (WBP) di Blok Sanur pada dua minggu lalu.
Seperti dibenarkan Kepala Lapas Kelas IIA Kerobokan, Yulius Sahruzah, Selasa (20/10).
Menurutnya, adanya keluhan sejumlah warga binaan itu terungkap berdasarkan laporan dokter lapas.
Sesuai laporan, ada sekitar 4 (Empat)-5 (Lima) warga binaan di Blok Sanur yang mengeluhkan sakit demam dengan beberapa orang diantaranya mengaku kehilangan rasa pada indra pengecapnya.
.
“Sekarang ini lagi masa pancaroba juga, jadi kami mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” akunya.
Selanjutnya, atas keluhan WBP itu, pihak Lapas Kelas II A Kerobokan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Badung melakukan langkah antisipasi dengan menggelar rapid test massal.
Dari hasil rapid test massal yang dilakukan di Blok Sanur yang saat itu berpenghuni 100 orang, 21 orang diantaranya dinyatakan reaktif Covid-19.
“Yang reaktif ini langsung kami pisahkan. Tetapi mereka ini sehat dan tidak ada keluhan sakit,”imbuhnya.
Selanjutnya, selain melakukan rapid test di Blok Sanur, untuk antisipasi, seluruh petugas dan WBP di Lapas Kerobokan yang saat ini berjumlah 1.315 orang juga dilakukan tindakan serupa (rapid test massal).
“Semuanya di rapid test, termasuk petugas. Kemungkinan rapid test masal itu baru selesai besok (Rabu (21/10)). Saat ini pihak Lapas masih menunggu, dan jika nantinya ada yang reaktif kita rencananya akan melanjutkan dengan swab test,”jelasnya.
Sementara itu, dengan temuan WBP reaktif dari hasil rapid test, Yulius menegaskan jika saat ini, pihaknya langsung melakukan lockdown di Lapas Kerobokan sampai situasi dirasa aman.
“Lockdown sudah kami dilakukan sejak dua minggu lalu,”tandasnya.
Selama lockdown, pihak Lapas Kerobokan imbuh Yulius tidak menerima tahanan baru, termasuk meniadakan kunjungan.