DENPASAR – Pengeroyokan yang terjadi di Jalan Teuku Umar tidak hanya membuat Agustinus terkapar dan dilarikan ke RS Sanglah. Dua wanita juga menjadi korban kebrutalan sejumlah pemuda asal mabuk.
Satu pelaku yang sudah ditangkap saat ini adalah Maksi, asal Belu, NTT. Sedangkan teman-teman Maksi masih buron.
Komplotan ini secara brutal menganiaya seorang sopir ekspedisi dan dua wanita. Kejadian berlangsung di depan Belang Laundry, Jalan Teuku Umar Barat, Kamis (22/12) sekitar pukul 02.00.
Kepada radarbali.id, Amanda Sau pun membeberkan kronologi kejadian tersebut. Salah satu saksi sekaligus pemilik Belan Laundry, Amanda menceritakan sebelum kejadian, ia bersama Marni, Vatin dan Erik sudah janjian dengan Agustinus sejak siang itu untuk bertemu.
Melaui telepon, Agustinus yang berdomisili di Surabaya, Jawa Timur ini mengabarkan ia sudah berada di Bali. Agustinus adalah sopir truk ekspedisi Jawa-Bali.
“Setiap ke Bali, kita pasti ketemu. Kita berteman sejak lama dan sudah kayak saudara,” kata Amanda, Kamis (23/12).
Wanita asal Oepaha, Insana, Kefa, NTT ini menjelesakan, kerika waktu menunjukkan pukul 23.00, Agustinus datang ke TKP membawa bir 4 botol setelah memarkir truk di gudang ekspedisi di Jalan Tangkuban Perahu, Padang Sambian, Denpasar Barat.
Kelima orang ini pun bercanda gurau sembari menikmati musik di tempat usaha Belang Laundry milik Amanda Sau (saksi).
Sementara itu, sang tetangga yakni Maksi bersama kurang lebih 5 orang temannya sedang pesta miras sambil karaoke di tempat usaha ikan bakar miliknya.
“Ya saya tetanggaan dengan Om Maksi. Mereka memang sementara minum sambil karaoke. Apakah mereka konsumsi arak atau bir saya tidak tahu,” bebernya sembari mengatakan bahwa Maksi dan rekan-sekan sudah berkumpul sekitar pukul 20.30.
“Tetangga saya Maksi ini jual ikan bakar dan jual arak. Mereka hampir setiap hari minum sambil karaoke,” tambahya.
Lanjut Amanda, situasi memanas ketika salah satu teman Maksi datang ke depan laundry. Pria yang terlihat sempoyongan ini datang dan ngobrol dengan Marni, wanita asal Madura. “Marni memang orang Jawa, tapi suami orang NTT,” jelasnya.
Saat itu datang wanita bernama Vatim. Vatim ini asal dari Flores, NTT. Dia baru kembali dari membeli rokok di salah satu warung sembako tak jauh dari usaha laundry.
Melihat pria tak dikenal ini sedang ngobrol dengan Marni, saat itu Vatim bertanya ke Marni “ada apa”. Lelaki yang sok kenal dengan Marni dan mengaku sebagai temannya Maksi itu justru tersinggung.
Lelaki tak dikenal itu mengeluarkan kata kotor. “Vatim dimaki-maki dengan kata Pu**mai (umpatan dari wilayah Indonesia timur),” tutur Amanda Sau.
Vatim sempat mempertanyakan, kenapa memakinya. Saat itu Marni tidak terima temannya (Vatim) dimaki. Dua wanita ini terlibat cek-cok mulut dengan pria sempoyongan itu. Mendengar kata kotor itu, Amanda Sau dan Agustinus keluar dari teras laundry ke halaman depan.
“Agustinus sempat tanya, ada apa. Saat itu juga datang Maksi dan beberapa teman,” cetus wanita asal Kefa, NTT.
Maksi mengaku kalau lelaki yang dimaksud (pria sempoyongan) adalah temannya asal Sumba, NTT dan langsung menampar Agustinus. Usai ditampar, Agustinus sempat bertanya mengapa ditampar padahal tidak tahu apa-apa masalahnya. Saat itu juga, secara solidaritas rekan-rekan Maksi yang diketahui asal Sumba, NTT itu beringas.
Tiga orang wanita ini berusaha melerai namun dibuat tak berdaya. Wanita-wanita ini justru dibentak. Bahkan, Marni didorong dan dilempar menggunakan gelas tepat dipelipis kanan hingga kelopak mata memar dan bengkak.
“Vatim didorong dengan kasar hingga terjatuh,” terangnya.
Agustinus yang dalam kondisi jatuh langsung bangun berusaha kabur untuk selamatkan diri. Namun, terus dikejar dan kembali dianiaya. Bahkan dipukul balok.
Setelah kejadian. Agustinus pun dilarikan ke RSUP Sanglah. Kepalanya dijahit karena ada luka terbuka usai dipukul balok oleh pelaku.