GIANYAR– Warga Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Minggu (29/8) sore dibuat geger
Geger warga ini menyusul dengan ulah pati yang dilakukan Ketua Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Ked, Desa Taro, I Ketut Doblet Antara.
Jasad korban ditemukan Minggu (29/8) pukul 15.00. Tragisnya lagi, sebelum korban ditemukan gantung diri di tegalan, dia sempat curhat ke putrinya.
Kapolsek Tegalalang, AKP Ketut Sudita saat dikonfirmasi, Senin (30/8) membenarkan.
“Iya (benar). Korban sempat mengirim pesan melalui WhatsApp (WA) ke putrinya,” ungkap AKP Sudita.
Selanjutnya, usai menulis pesan WA, korban sebelum mengakhiri hidup langsung mengirim pesan kepada putrinya yang sedang berada di Denpasar.
Kemudian setelah menerima pesan dari mendiang (kkorban), putrinya kemudian menruskan pesan tersebut kepada dua kerabatnya di Desa Taro.
Singkat cerita, memperoleh WA dari anak korban, dua kerabatnya langsung langsung mencari korban.
Saksi mencari korban sampai di tegalan.
“Saksi (kerabat anak korban) langsung menuju pintu kamar pondokan dan mendobrak dengan cara ditendang. Setelah terbuka saksi melihat korban sudah dalam keadaan tergantung dengan menggunakan seutas tali plastik,” ujar kapolsek.
Menurut AKP Sudita, saat ditemukan, posisi jasad korban menghadap ke Selatan.
Melihat kejadian tersebut saksi langsung memotong tali tersebut. Tidak lama kemudian warga berdatangan dan langsung membawa korban ke rumah duka.
Selanjutnya, sekitar pukul 19.00 WITA, korban langsung dikuburkan di Setra Banjar Ked, Desa Taro.
Kemudian atas kasus ini, Kapolsek menyatakan, jika polisi telah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).
“TKP merupakan sebuah bangunan permanen yg di fungsikan sebagai kamar,”tukasnya.
Sementara itu, Kelian atau kepala Dusun (Kadus) Ked, I Wayan Pasek Eka Wiratha, menegaskan jika korban merupakan Ketua LPD di desanya. Nggih, ragane (Ya, beliau, red) ketua LPD. Kejadiannya kemarin (Minggu, red),” ujarnya.
Lanjut Pasek Eka Wiratha, saat korban ditemukan, langsung diturunkan. Bahkan ketika diturunkan dari tali, korban masih bernapas, namun napas tersengal-sengal.
“Jarak dari TKP (Tempat Kejadian Perkara, red) ke rumahnya cukup jauh, sekitar 500 meter.
Pas mau dibawa ke rumah sakit, belum sampai di mobil diduga sudah meninggal dunia,” jelasnya.
Mengenai motif korban nekat melakukan bunuh diri, Kadus Wayan Eka tidak mengetahui.
Termasuk apakah ada kaitannya dengan pengelolaan LPD Ked yang dipimpinnya. “Kami sudah tanya keluarga. Katanya tidak pernah mengeluh soal masalah itu (LPD, red). Bahkan paginya, beliau masih biasa ngobrol basa-basi. Paginya juga sempat mebanten (menghaturkan sesajen, red),” terang Wayan Eka.