29.8 C
Denpasar
Sunday, June 4, 2023

Duh! Setiap Pekan, Satu Dokter Magang Bunuh Diri

KASUS dokter magang bunuh diri di Prancis cukup tinggi. Diduga karena system kerja dan pengupahan. Berdasar informasi, setiap pekan ada dokter yang memilih mengakhiri hidupnya.

Para dokter pun berdemo di Paris untuk menuntut kondisi kerja yang lebih baik. Prancis menghadapi tiga epidemi yakni Covid-19, flu, dan bronkiolitis. Jumlah pasien unit gawat darurat meningkat, sehingga menyebabkan waktu tunggu yang lama.

Dokter, yang dianggap sebagai pilar kedua dalam sistem layanan kesehatan Prancis, menggelar aksi mogok sejak 26 Desember. Mereka meminta kondisi kerja yang lebih baik dan kenaikan upah.

Ribuan dokter melakukan aksi jalan kaki ke Kementerian Kesehatan dan sejenak mengheningkan cipta untuk mengenang para dokter magang yang mengakhiri hidupnya. Demonstran mengecam lemahnya sistem kesehatan, mengkritik kelangkaan tenaga kesehatan dan krisis serius lainnya.

Baca Juga:  Hyundai Motor Hadirkan Platform Metaverse ZEPETO

Jean-Francois Damour mengatakan kepada Kantor Berita Anadolu, 150 orang meninggal pada Desember di unit gawat darurat lantaran tidak sempat ditangani. ”Eksistensi layanan profesional perawat rata-rata lima tahun dan Prancis saat ini membutuhkan 60.000 perawat, sementara 180.000 orang lainnya keluar dari sektor layanan kesehatan lantaran tidak tahan lagi,” kata Damour, dokter spesialis di pengobatan vaskular.

Para dokter meminta tarif jasa mereka dinaikkan dari 25 euro (sekitar Rp 411.408) menjadi 50 euro (sekitar Rp 824.410).

Menteri Kesehatan Francois Braun sebelumnya menjelaskan bahwa dirinya tidak setuju dengan kenaikan tarif dokter. ”Menaikkan (tarif dokter)? Kenapa tidak. Sebagai imbalannya, saya ingin pasien di Prancis mempunyai akses ke dokter di mana saja, termasuk malam hari dan selama akhir pekan. Mari selesaikan negosiasi,” kata Braun. (jpg)

Baca Juga:  PM Singapura Sambut Ajakan Indonesia Kuatkan Kerja Sama Bilateral


KASUS dokter magang bunuh diri di Prancis cukup tinggi. Diduga karena system kerja dan pengupahan. Berdasar informasi, setiap pekan ada dokter yang memilih mengakhiri hidupnya.

Para dokter pun berdemo di Paris untuk menuntut kondisi kerja yang lebih baik. Prancis menghadapi tiga epidemi yakni Covid-19, flu, dan bronkiolitis. Jumlah pasien unit gawat darurat meningkat, sehingga menyebabkan waktu tunggu yang lama.

Dokter, yang dianggap sebagai pilar kedua dalam sistem layanan kesehatan Prancis, menggelar aksi mogok sejak 26 Desember. Mereka meminta kondisi kerja yang lebih baik dan kenaikan upah.

Ribuan dokter melakukan aksi jalan kaki ke Kementerian Kesehatan dan sejenak mengheningkan cipta untuk mengenang para dokter magang yang mengakhiri hidupnya. Demonstran mengecam lemahnya sistem kesehatan, mengkritik kelangkaan tenaga kesehatan dan krisis serius lainnya.

Baca Juga:  Tiga Tahun Mangkrak, Pembangunan Akhirnya Dituntaskan

Jean-Francois Damour mengatakan kepada Kantor Berita Anadolu, 150 orang meninggal pada Desember di unit gawat darurat lantaran tidak sempat ditangani. ”Eksistensi layanan profesional perawat rata-rata lima tahun dan Prancis saat ini membutuhkan 60.000 perawat, sementara 180.000 orang lainnya keluar dari sektor layanan kesehatan lantaran tidak tahan lagi,” kata Damour, dokter spesialis di pengobatan vaskular.

Para dokter meminta tarif jasa mereka dinaikkan dari 25 euro (sekitar Rp 411.408) menjadi 50 euro (sekitar Rp 824.410).

Menteri Kesehatan Francois Braun sebelumnya menjelaskan bahwa dirinya tidak setuju dengan kenaikan tarif dokter. ”Menaikkan (tarif dokter)? Kenapa tidak. Sebagai imbalannya, saya ingin pasien di Prancis mempunyai akses ke dokter di mana saja, termasuk malam hari dan selama akhir pekan. Mari selesaikan negosiasi,” kata Braun. (jpg)

Baca Juga:  Mendag RI Bertemu Mendag Jepang Koichi Hagiuda

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru