28.7 C
Denpasar
Tuesday, June 6, 2023

Serba-Serbi Perawatan ICU

Oleh: dr. Filsa Fina

 

PENANGANAN pasien kritis membutuhkan perawatan khusus yang dilengkapi dengan personel terlatih dan peralatan medis khusus.

Pasien kritis membutuhkan pertolongan segera karena berpotensi menyebabkan kematian. Intensive Care Unit (ICU) sendiri merupakan ruangan khusus di Rumah Sakit yang diperuntukan bagi pasien yang membutuhkan perawatan khusus, berkelanjutan dan intensif.

Karena pada umumnya indikasi perawatan ICU adalah pasien dengan perburukan kondisi atau gangguan fungsi organ yang menyebabkan pasien harus dikontrol dengan menggunakan alat-alat medis khusus dan canggih secara ketat serta diharapkan reversible (pulih kembali). Berikut 8 hal yang perlu Anda ketahui mengenai ICU:

  1. Melibatkan tim pemeriksa dalam mengatasi masalah medis yang kompleks

Dasar penanganan di ICU membutuhkan kerjasama tim dari berbagai disiplin ilmu sesuai  bidang keahliannya yang disesuaikan dengan kondisi klinis yang dibutuhkan oleh pasien dengan spesialis anastesi sebagai ketua tim.

Tim terdiri dari dokter spesialis anastesi atau dokter spesialis yang berkompeten dalam ilmu kedokteran intensive care sesuai dengan level ICU, Perawat bersertifikat intensive care, dokter ahli mikrobilogi klinik, ahli farmasi, ahli nutrisi, fisioterapis dan tenaga lain sesuai klasifikasi pelayanan ICU.

  1. Perbedaan perawatan HCU (High Care Unit) dan ICU

Prinsip perawatan kedua ruangan ini pada hakekatnya sama, yang membedakan hanyalah pada kondisi pasien tersebut. Apabila pasien dalam kondisi yang lebih stabil maka akan dirawat di HCU, namun apabila pasien tersebut dalam kondisi tidak sadarkan diri atau mengalami gangguan di pernafasan yang membutuhkan alat penopang hidup yang lebih tinggi maka ia akan dirawat di ruang ICU.

  1. Pasien apa saja yang membutuhkan perawatan ICU?

Tidak semua pasien membutuhkan perawatan di ruang ICU. Oleh karena keterbatasan ruangan, butuh prioritas dalam penentuan indikasi masuk pasien yang memerlukan perawatan intensif, antara lain:

a. Pasien sakit kritis yang memerlukan intervensi medis segera serta pemantauan berkesinambungan untuk mengurangi resiko yang lebih berat, contohnya pasien syok dengan ancaman gagal nafas, luka bakar luas, cedera kepala berat dsb.

b. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang konstan terus menerus. contoh gangguan fungsi organ seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal dengan penurunan kesadaran.

c. Perawatan intensif pasca operasi terutama operasi besar dan sulit seperti  operasi jantung, operasi kepala indikasi stroke perdarahan, dan sebagainya, atau pasien dengan kondisi yang memberat setelah diobservasi pasca pembedahan dan penanganannya tidak mungkin dilakukan di ruang perawatan biasa.

Baca Juga:  Antisipasi Serangan Virus Flu Burung, Pasar Beringkit Badung Disemprot Disinfektan

4. Pasien seperti apa yang tidak perlu ICU?

Terdapat beberapa pertimbangan bahwasannya pasien tersebut tidak perlu dirawat secara intensif atas petimbangan medis maupun keputusan keluarga.

Hal yang paling sering yakni pasien dengan kondisi mati batang otak yang sudah terbukti secara klinis dan penunjang.

Kecuali keberadaannya diperlukan sebagai pendonor organ atau pasien/keluarga yang menolak terapi bantuan hidup serta pasien yang secara medis tidak ada harapan hidup dan dapat disembuhkan lagi contoh kanker stadium akhir, kerusakan sistem saraf yang luas dan lain sebagainya.

  1. Butuh tindakan pembiusan dalam penanganan pasien

Mengoptimalkan kenyamanan pasien menjadi perhatian utama di unit perawatan intensif.

Tidak semua pasien masuk ke ruang ICU dengan penurunan kesadaran, namun kebanyakan pasien yang dirawat di ICU adalah mereka yang membutuhkan penanganan dengan bantuan alat bantu napas dan dipasangi alat-alat invasive ke dalam tubuh yang dapat memperberat nyeri apabila tidak dilakukan pembiusan terlebih dahulu.

Trias anastesi adalah Hipnosis (pasien dibuat tertidur), Analgesia (pasien dibuat tidak merasakan nyeri) dan Relaksasi (pasien dibuat rileks otot-ototnya). Prinsip penanganan pasien di ICU oleh dokter anastesi tidak terlepas dari 3 hal di atas.

Pasien yang dirawat di ICU umumnya adalah pasien yang mengalami penurunan kesadaran dan tidak bernapas dengan normal. Pasien akan diberikan obat penenang atau bius agar pasien tertidur sehingga menyerupai pasien koma.

Tujuannya agar pasien tidak merasakan nyeri dan relaksasi, sehingga mempermudah dokter untuk memasang alat bantu napas berupa selang yang dimasukan lewat mulut ke saluran nafas kemudian disambungkan ke ventilator/mesin pengatur napas.

Apabila pasien dalam keadaan sadar, maka ia akan merasa tidak nyaman dan gelisah, dan  mencabut paksa selang.

Pembiusan ini secara tidak langsung membuat pasien merasa nyaman, dan menurunkan kebutuhan oksigen sehingga pemulihan lebih cepat terjadi.

Selain itu pasien pasti akan merasakan nyeri yang sangat hebat oleh karena penyakit yang diderita. Semakin nyeri seseorang maka kebutuhan oksigen dalam tubuh akan semakin meningkat, dan apabila kebutuhan oksigen itu tidak tercapai, sesak akan semakin memberat.

  1. Bilamana alat bantu napas/ventilator dilepas

Apabila dihadapkan pada kasus dimana pasien tersebut tidak lagi merespon terhadap- pengobatan dan perkembangan penyakit dalam waktu dekat akan memburuk.

Baca Juga:  Jangan Asal “Greng”….. Waspadai Jamu Kuat Mengandung Sildenafil!!!

Serta manfaat terapi intensif sangat sedikit dan tidak memberikan hasil yang berarti bagi pasien, maka dokter akan memutuskan untuk menghentikan terapi yang awalnya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan tapi pada akhirnya tidak bermakna dan hanya memperpanjang proses kematian.sebelum dilepas.

  1. Indikasi keluar dari Ruangan ICU

Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis, antara lain:

a. Keadaan pasien membaik/berangsur pulih sehingga bisa dirawat diruang perawatan biasa.

b. Bila pada pemantauan intensif ternyata hasilnya tidak memerlukan tindakan atau terapi yang lebih lama.

c. Terapi intensif tidak memberi manfaat dan tidak perlu diteruskan lagi pada pasien dengan kondisi mati batang otak setelah diusahakan dengan alat bantu nafas, pasien usia lanjut dengan kegagalan lebih dari 2 organ yang tidak merespon pada pengobatan selama 72 jam, pasien dengan kanker stadium akhir yang sudah menyebar luas, dan lain sebagainya.

d. Pasien atau keluarga menolak/keluar paksa dari perawatan ICU.

8. Apa saja yang harus diketahui oleh keluarga apabila sanak saudaranya dirawat di ICU?

Pasti anda pernah mendapati bahwa keluarga tidak diperbolehkan masuk ke dalam ICU, apabila diizinkan pun, waktunya akan sangat dibatasi bahkan di rumah sakit tertentu pasien harus mengunakan jubah khusus dengan penutup kepala, serta tidak diperbolehkan membawa barang apapun dari luar termasuk handphone.

Hal ini diharuskan untuk pengendalian infeksi. Pasien yang dirawat di ICU sangat rentan terhadap infeksi, oleh karena kondisi tubuh mereka yang tidak stabil.

Di samping itu juga, semua pasien yang dirawat tidak memiliki privasi, sehingga mengurangi kemungkinan orang luar melihat atau menyebarluaskan kondisi pasien yang dirawat di dalam serta untuk menjaga ketenangan pasien agar bisa beristirahat dan memulihkan diri

Dengan sudah berkembangnya dunia kedokteran semakin menghapus stigma masyarakat yang mengatakan bahwa pasien yang dirawat di ICU pasti akan meninggal.

Walaupun hal ini tidak dapat dijamin seratus persen, semuanya dipengaruhi oleh berat ringannya kondisi pasien dan respon pasien dalam menerima pengobatan.

Anda tidak perlu khawatir karena semua hal dari kondisi, perkembangan pengobatan termasuk nutrisi akan dipantau dan oleh tim dokter dan perawat yang terlatih.

Berikan dukungan doa bagi pasien agar ia dapat segera melewati masa kritis dan dipindahkan ke ruang perawatan dan pulih dengan cepat. (*/ken)

 

 



Oleh: dr. Filsa Fina

 

PENANGANAN pasien kritis membutuhkan perawatan khusus yang dilengkapi dengan personel terlatih dan peralatan medis khusus.

Pasien kritis membutuhkan pertolongan segera karena berpotensi menyebabkan kematian. Intensive Care Unit (ICU) sendiri merupakan ruangan khusus di Rumah Sakit yang diperuntukan bagi pasien yang membutuhkan perawatan khusus, berkelanjutan dan intensif.

Karena pada umumnya indikasi perawatan ICU adalah pasien dengan perburukan kondisi atau gangguan fungsi organ yang menyebabkan pasien harus dikontrol dengan menggunakan alat-alat medis khusus dan canggih secara ketat serta diharapkan reversible (pulih kembali). Berikut 8 hal yang perlu Anda ketahui mengenai ICU:

  1. Melibatkan tim pemeriksa dalam mengatasi masalah medis yang kompleks

Dasar penanganan di ICU membutuhkan kerjasama tim dari berbagai disiplin ilmu sesuai  bidang keahliannya yang disesuaikan dengan kondisi klinis yang dibutuhkan oleh pasien dengan spesialis anastesi sebagai ketua tim.

Tim terdiri dari dokter spesialis anastesi atau dokter spesialis yang berkompeten dalam ilmu kedokteran intensive care sesuai dengan level ICU, Perawat bersertifikat intensive care, dokter ahli mikrobilogi klinik, ahli farmasi, ahli nutrisi, fisioterapis dan tenaga lain sesuai klasifikasi pelayanan ICU.

  1. Perbedaan perawatan HCU (High Care Unit) dan ICU

Prinsip perawatan kedua ruangan ini pada hakekatnya sama, yang membedakan hanyalah pada kondisi pasien tersebut. Apabila pasien dalam kondisi yang lebih stabil maka akan dirawat di HCU, namun apabila pasien tersebut dalam kondisi tidak sadarkan diri atau mengalami gangguan di pernafasan yang membutuhkan alat penopang hidup yang lebih tinggi maka ia akan dirawat di ruang ICU.

  1. Pasien apa saja yang membutuhkan perawatan ICU?

Tidak semua pasien membutuhkan perawatan di ruang ICU. Oleh karena keterbatasan ruangan, butuh prioritas dalam penentuan indikasi masuk pasien yang memerlukan perawatan intensif, antara lain:

a. Pasien sakit kritis yang memerlukan intervensi medis segera serta pemantauan berkesinambungan untuk mengurangi resiko yang lebih berat, contohnya pasien syok dengan ancaman gagal nafas, luka bakar luas, cedera kepala berat dsb.

b. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang konstan terus menerus. contoh gangguan fungsi organ seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal dengan penurunan kesadaran.

c. Perawatan intensif pasca operasi terutama operasi besar dan sulit seperti  operasi jantung, operasi kepala indikasi stroke perdarahan, dan sebagainya, atau pasien dengan kondisi yang memberat setelah diobservasi pasca pembedahan dan penanganannya tidak mungkin dilakukan di ruang perawatan biasa.

Baca Juga:  Astungkara! Ada 23 Merk Obat Batuk Sirup yang Masih Aman Dikonsumsi

4. Pasien seperti apa yang tidak perlu ICU?

Terdapat beberapa pertimbangan bahwasannya pasien tersebut tidak perlu dirawat secara intensif atas petimbangan medis maupun keputusan keluarga.

Hal yang paling sering yakni pasien dengan kondisi mati batang otak yang sudah terbukti secara klinis dan penunjang.

Kecuali keberadaannya diperlukan sebagai pendonor organ atau pasien/keluarga yang menolak terapi bantuan hidup serta pasien yang secara medis tidak ada harapan hidup dan dapat disembuhkan lagi contoh kanker stadium akhir, kerusakan sistem saraf yang luas dan lain sebagainya.

  1. Butuh tindakan pembiusan dalam penanganan pasien

Mengoptimalkan kenyamanan pasien menjadi perhatian utama di unit perawatan intensif.

Tidak semua pasien masuk ke ruang ICU dengan penurunan kesadaran, namun kebanyakan pasien yang dirawat di ICU adalah mereka yang membutuhkan penanganan dengan bantuan alat bantu napas dan dipasangi alat-alat invasive ke dalam tubuh yang dapat memperberat nyeri apabila tidak dilakukan pembiusan terlebih dahulu.

Trias anastesi adalah Hipnosis (pasien dibuat tertidur), Analgesia (pasien dibuat tidak merasakan nyeri) dan Relaksasi (pasien dibuat rileks otot-ototnya). Prinsip penanganan pasien di ICU oleh dokter anastesi tidak terlepas dari 3 hal di atas.

Pasien yang dirawat di ICU umumnya adalah pasien yang mengalami penurunan kesadaran dan tidak bernapas dengan normal. Pasien akan diberikan obat penenang atau bius agar pasien tertidur sehingga menyerupai pasien koma.

Tujuannya agar pasien tidak merasakan nyeri dan relaksasi, sehingga mempermudah dokter untuk memasang alat bantu napas berupa selang yang dimasukan lewat mulut ke saluran nafas kemudian disambungkan ke ventilator/mesin pengatur napas.

Apabila pasien dalam keadaan sadar, maka ia akan merasa tidak nyaman dan gelisah, dan  mencabut paksa selang.

Pembiusan ini secara tidak langsung membuat pasien merasa nyaman, dan menurunkan kebutuhan oksigen sehingga pemulihan lebih cepat terjadi.

Selain itu pasien pasti akan merasakan nyeri yang sangat hebat oleh karena penyakit yang diderita. Semakin nyeri seseorang maka kebutuhan oksigen dalam tubuh akan semakin meningkat, dan apabila kebutuhan oksigen itu tidak tercapai, sesak akan semakin memberat.

  1. Bilamana alat bantu napas/ventilator dilepas

Apabila dihadapkan pada kasus dimana pasien tersebut tidak lagi merespon terhadap- pengobatan dan perkembangan penyakit dalam waktu dekat akan memburuk.

Baca Juga:  Mau Dibius? Waspada Obat Herbal!

Serta manfaat terapi intensif sangat sedikit dan tidak memberikan hasil yang berarti bagi pasien, maka dokter akan memutuskan untuk menghentikan terapi yang awalnya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan tapi pada akhirnya tidak bermakna dan hanya memperpanjang proses kematian.sebelum dilepas.

  1. Indikasi keluar dari Ruangan ICU

Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis, antara lain:

a. Keadaan pasien membaik/berangsur pulih sehingga bisa dirawat diruang perawatan biasa.

b. Bila pada pemantauan intensif ternyata hasilnya tidak memerlukan tindakan atau terapi yang lebih lama.

c. Terapi intensif tidak memberi manfaat dan tidak perlu diteruskan lagi pada pasien dengan kondisi mati batang otak setelah diusahakan dengan alat bantu nafas, pasien usia lanjut dengan kegagalan lebih dari 2 organ yang tidak merespon pada pengobatan selama 72 jam, pasien dengan kanker stadium akhir yang sudah menyebar luas, dan lain sebagainya.

d. Pasien atau keluarga menolak/keluar paksa dari perawatan ICU.

8. Apa saja yang harus diketahui oleh keluarga apabila sanak saudaranya dirawat di ICU?

Pasti anda pernah mendapati bahwa keluarga tidak diperbolehkan masuk ke dalam ICU, apabila diizinkan pun, waktunya akan sangat dibatasi bahkan di rumah sakit tertentu pasien harus mengunakan jubah khusus dengan penutup kepala, serta tidak diperbolehkan membawa barang apapun dari luar termasuk handphone.

Hal ini diharuskan untuk pengendalian infeksi. Pasien yang dirawat di ICU sangat rentan terhadap infeksi, oleh karena kondisi tubuh mereka yang tidak stabil.

Di samping itu juga, semua pasien yang dirawat tidak memiliki privasi, sehingga mengurangi kemungkinan orang luar melihat atau menyebarluaskan kondisi pasien yang dirawat di dalam serta untuk menjaga ketenangan pasien agar bisa beristirahat dan memulihkan diri

Dengan sudah berkembangnya dunia kedokteran semakin menghapus stigma masyarakat yang mengatakan bahwa pasien yang dirawat di ICU pasti akan meninggal.

Walaupun hal ini tidak dapat dijamin seratus persen, semuanya dipengaruhi oleh berat ringannya kondisi pasien dan respon pasien dalam menerima pengobatan.

Anda tidak perlu khawatir karena semua hal dari kondisi, perkembangan pengobatan termasuk nutrisi akan dipantau dan oleh tim dokter dan perawat yang terlatih.

Berikan dukungan doa bagi pasien agar ia dapat segera melewati masa kritis dan dipindahkan ke ruang perawatan dan pulih dengan cepat. (*/ken)

 

 


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru