27.6 C
Denpasar
Friday, June 2, 2023

Kasus Positif Covid-19 Kembali Melonjak, Ini Ajakan Pengurus LDII

Radar Bali-Angka penularan baru Covid-19 secara nasional konsisten meningkat dalam sepekan terakhir. Di Bali, angka positif harian sudah mencapai tiga digit, yakni lebih dari 200 kasus per hari. Melihat kondisi tersebut, pengurus DPP LDII mengimbau warga tetap waspada.

Warga LDII sekaligus epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengingatkan agar masyarakat menjaga kondisi tubuh, agar tak mudah terserang Covid-19 varian baru.

“Meski sudah vaksin booster sekalipun, jika kondisi tubuh lemah memungkinkan varian terbaru Covid-19 (XBB). Apalagi gejalanya hanya mirip seperti gejala batuk-pilek, sakit tenggorokan. Karenanya ikhtiar penting termasuk vaksin tambahan itu,” ujarnya.

Terkait kewaspadaan, Dicky mendorong masyarakat Indonesia agar mengubah gaya hidupnya dalam menghadapi penyakit, “Harus diketahui, masyarakat kita umumnya sakit di rumah, bukan ke rumah sakit yang terdata tenaga kesehatan,” ujarnya. Hikmah dari kejadian ini, menurut Dicky, yang pertama adalah konsultasi dengan tenaga kesehatan jika berniat melakukan pengobatan. “Jangan beli obat tanpa resep sebetulnya. Itu bahaya,” kata dia.

Baca Juga:  Payung Pawang Ala Taiwan Tangkal Covid-19 Layak Ditiru

Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sejak 1998 itu bercerita, Wuhan mengalami lockdown kembali karena dampak long covid menjadi isu yang serius. “Karena itu upaya mencegah infeksi lebih baik daripada mengobati,” katanya.

Varian baru Covid-19 XBB di Indonesia, menurut Dicky, harusnya semakin menurun trennya. Namun ia menyayangkan penerapan protokol kesehatan yang justru juga menurun jauh. Seperti diketahui, Covid-19 varian XBB adalah turunan dari varian Omicron yang dianggap lebih mampu menjangkit pada manusia dan mampu melampaui booster. Hal itu semakin diperparah akan tingginya tingkat mobilisasi manusia dengan kecanggihan transportasi.

Dalam konteks seperti long Covid, dengan banyak keluhan seperti sesak nafas, bukan hal yang tidak mungkin menjadi krisis meski sudah akhir pandemi. Long Covid akan meningkat pada orang yang sudah terinfeksi lebih dari dua kali.

Kewaspadaan masyarakat menurutnya sangat penting. Pasalnya dari sisi kondisi global, belum ada negara yang memiliki status siap menghadapi ancaman pandemi. Global Health Security Index, Indonesia berada di peringkat menengah. Pemerintah perlu membangun sistemnya terlebih dahulu, “Sistem rujukan penanganan penyakit misalnya, hal seperti itu perlu dipikirkan. Di Indonesia contohnya, belum ada toxic call center, sedangkan di negara maju sudah ada,” ungkap warga LDII yang tinggal sementara di Australia itu.

Baca Juga:  Nyoblos di Kampung Sendiri, Ini Harapan Wayan Koster di Pilgub Bali

Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto mengingatkan, kewaspadaan masyarakat perlu ditingkatkan, “Misalnya dengan mengubah gaya hidup, seperti ekonomi keluarga diupayakan untuk mencukupi gizi dan kesehatan keluarga,” imbuhnya.

Ia mengatakan, dengan menyisihkan keuangan keluarga untuk kebutuhan vitamin, obat, memeriksakan kesehatan, dan makanan bergizi sangat penting menghadapi masa pancaroba. Keluhan flu, deman, hingga diare di musim penghujan makin sering dirasakan warga, “Apalagi Covid-19 belum benar-benar reda, orang awam akan sulit membedakan flu biasa atau Covid-19,” ujarnya.

Bagi warga yang jauh dari akses kesehatan, terutama di pedesaan, KH Chriswanto menyarankan untuk memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman obat, “Hal itu perlu dilakukan untuk pertolongan pertama, sebelum memeriksakan diri ke dokter atau Puskesmas,” pungkasnya. (mar/han)



Radar Bali-Angka penularan baru Covid-19 secara nasional konsisten meningkat dalam sepekan terakhir. Di Bali, angka positif harian sudah mencapai tiga digit, yakni lebih dari 200 kasus per hari. Melihat kondisi tersebut, pengurus DPP LDII mengimbau warga tetap waspada.

Warga LDII sekaligus epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengingatkan agar masyarakat menjaga kondisi tubuh, agar tak mudah terserang Covid-19 varian baru.

“Meski sudah vaksin booster sekalipun, jika kondisi tubuh lemah memungkinkan varian terbaru Covid-19 (XBB). Apalagi gejalanya hanya mirip seperti gejala batuk-pilek, sakit tenggorokan. Karenanya ikhtiar penting termasuk vaksin tambahan itu,” ujarnya.

Terkait kewaspadaan, Dicky mendorong masyarakat Indonesia agar mengubah gaya hidupnya dalam menghadapi penyakit, “Harus diketahui, masyarakat kita umumnya sakit di rumah, bukan ke rumah sakit yang terdata tenaga kesehatan,” ujarnya. Hikmah dari kejadian ini, menurut Dicky, yang pertama adalah konsultasi dengan tenaga kesehatan jika berniat melakukan pengobatan. “Jangan beli obat tanpa resep sebetulnya. Itu bahaya,” kata dia.

Baca Juga:  Covid Melandai, Penerapan PTM Tunggu Instruksi Kemendagri

Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sejak 1998 itu bercerita, Wuhan mengalami lockdown kembali karena dampak long covid menjadi isu yang serius. “Karena itu upaya mencegah infeksi lebih baik daripada mengobati,” katanya.

Varian baru Covid-19 XBB di Indonesia, menurut Dicky, harusnya semakin menurun trennya. Namun ia menyayangkan penerapan protokol kesehatan yang justru juga menurun jauh. Seperti diketahui, Covid-19 varian XBB adalah turunan dari varian Omicron yang dianggap lebih mampu menjangkit pada manusia dan mampu melampaui booster. Hal itu semakin diperparah akan tingginya tingkat mobilisasi manusia dengan kecanggihan transportasi.

Dalam konteks seperti long Covid, dengan banyak keluhan seperti sesak nafas, bukan hal yang tidak mungkin menjadi krisis meski sudah akhir pandemi. Long Covid akan meningkat pada orang yang sudah terinfeksi lebih dari dua kali.

Kewaspadaan masyarakat menurutnya sangat penting. Pasalnya dari sisi kondisi global, belum ada negara yang memiliki status siap menghadapi ancaman pandemi. Global Health Security Index, Indonesia berada di peringkat menengah. Pemerintah perlu membangun sistemnya terlebih dahulu, “Sistem rujukan penanganan penyakit misalnya, hal seperti itu perlu dipikirkan. Di Indonesia contohnya, belum ada toxic call center, sedangkan di negara maju sudah ada,” ungkap warga LDII yang tinggal sementara di Australia itu.

Baca Juga:  Kursi Kabin Awak Belakangi Kokpit, Pernah Terlibat Pencarian MH 370

Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto mengingatkan, kewaspadaan masyarakat perlu ditingkatkan, “Misalnya dengan mengubah gaya hidup, seperti ekonomi keluarga diupayakan untuk mencukupi gizi dan kesehatan keluarga,” imbuhnya.

Ia mengatakan, dengan menyisihkan keuangan keluarga untuk kebutuhan vitamin, obat, memeriksakan kesehatan, dan makanan bergizi sangat penting menghadapi masa pancaroba. Keluhan flu, deman, hingga diare di musim penghujan makin sering dirasakan warga, “Apalagi Covid-19 belum benar-benar reda, orang awam akan sulit membedakan flu biasa atau Covid-19,” ujarnya.

Bagi warga yang jauh dari akses kesehatan, terutama di pedesaan, KH Chriswanto menyarankan untuk memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman obat, “Hal itu perlu dilakukan untuk pertolongan pertama, sebelum memeriksakan diri ke dokter atau Puskesmas,” pungkasnya. (mar/han)


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru