Oleh Naldi Elfian Saban, Penatua GPIB Maranatha Denpasar
ALLAH menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Allah (Kejadian 1:27) “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakannya dia; laki-laki dan perempuan diciptakn-Nya mereka”.
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia dimuka bumi, tidak sebanding dengan makhluk ciptaan Allah lainnya. Pada saat yang sama manusia belum terkontaminasi dengan noda dan dosa. Ketika melihat hal itu maka dapat dikatakan betapa berharganya manusia dihadapan Allah Sang Pencipta dan betapa mulianya manusia yang hidup dimuka bumi ini.
Allah menempatkan manusia disisi-Nya dengan rencana yang sangat indah yang tidak dapat dipahami oleh nalar manusia sendiri, manusia sebenarnya hanyalah makhluk yang pasif dihadapan Allah. Segala sesuatu telah disiapkan oleh Allah secara baik dan manusia sebagai subjek yang hanya menikmati karya Allah.
Allah menempatkan manusia ditaman Eden, taman yang sangat indah dan hanya dapat dinikmati oleh manusia tanpa ada timbal balik yang dilakukan manusia. Segala sesuatu telah tersedia oleh karena kehendak Allah. Hubungan antara Allah dan manusia berjalan dengan sangat harmonis antara Pencipta dan yang diciptakan.
Allah sebagai pemilik semesta tidak menuntut suatu keharusan kepada manusia untuk bekerja keras maupun bertindak untuk menyenangkan hati Allah, satu syarat yang diminta Allah yaitu semua pohon dalam taman boleh dimakan tetapi ada pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat tidak boleh dimakan sebab apabila manusia memakannya manusia akan mati. Kejadian 2:17 “Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya sebab pada hari engkau memakannya pasti engkau mati,”. Tetapi apa yang terjadi, manusia sama sekali tidak peduli dengan syarat yang diberikan oleh Allah, manusia lebih memilih untuk melakukan kehendaknya sendiri tanpa berpikir tentang konsekuensi yang Allah berikan kepada mereka.
Tetapi apa yang menjadi syarat yang diberikan Allah dilanggar manusia dan kenyataan tersebut adalah bentuk kejahatan yang dilakukan manusia, konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukan melahirkan dosa yang sangat besar dan oleh pandangan Allah. Manusia tidak layak diampuni, keistimewaan manusia sebagai makhluk paling mulia atas segala ciptaan Allah, telah rusak oleh karena pelanggaran itu sendiri, Allah enggan untuk kembali berkomunikasi dengan manusia, hubungan antara Allah dan manusia yang sebelumnya berjalan secara harmonis telah putus akibat pelanggaran itu sendiri.
Ketika manusia jatuh dalam dosa maka setiap langkah kehidupan manusia dilalui dengan yang namanya dosa, upah dari dosa adalah maut, kematian untuk selamanya, Roma 6:23 “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Oleh karena itu dengan cara apa manusia dapat melepaskan diri dari dosa tersebut, segalanya kembali kepada kehendak Allah sendiri dan sama sekali Allah tidak peduli terhadap apapun yang dilakukan manusia, dalam diri Allah nampak Zat Ilahi yang sempurna sehingga dengan perbuatan baik manusia, pengorbanan manusia, maupun korban penghapusan dosa apapun yang dijalankan dengan perbuatan manusia sangat tidak mungkin mendamaikan manusia dengan Allah.
Setelah kejatuhan manusia dalam dosa, manusia berusaha untuk kembali berdamai dengan Allah dalam berbagai upaya antara lain, manusia mengorbankan lembu jantan yang tidak bercacat lalu kemudian membawanya ke kemah pertemuan agar Allah berkenan kepadanya Imamat 1:4 “Lalu ia harus meletakan tangannya keatas kepala korban bakaran itu, sehingga baginya persembahan itu diperkenan untuk mengadakan pendamaian baginya”.
Dosa mengakibatkan suatu hal yang rumit untuk kembali berdamai dengan Allah. Selanjutnya Allah menuntut manusia untuk melakukan korban penghapusan dosa dan bilamana dosa tersebut dilakukan oleh seorang Imam, maka dosa tersebut merasuk seluruh umatnya. Hal tersebut manusia perlu berupaya untuk mempersembahkan korban penghapusan dosa agar seluruh pengikutnya menjadi tahir dan layak diahadapan Allah. Imamat 4:20-21 “Beginilah harus diperbuatnya dengan lembu jantan itu: seperti yang diperbuatnya dengan lembu jantan korban penghapus dosa, demikianlah harus diperbuatnya dengan lembu itu. Dengan demikian imam itu mengadakan pendamaian bagi mereka, sehingga mereka menerima pengampunan. Dan haruslah ia membawa lembu jantan itu keluar perkemahan, lalu membakarnya sampai habis seperti ia membakar lembu jantan yang pertama. Itulah korban penghapus dosa untuk Jemaah.”
Pertimbangan Allah bagi manusia untuk menyelamatkan dosanya dengan berbagai macam korban bakaran, tentu saja menjadi persoalan yang rumit untuk dilakukan terus menerus lalu sampai kapan manusia bebas dari dosa-dosanya.
Dalam diri Allah terdapat beberapa sifat Allah, sifat yang paling dominan dalam urusan penyelamatan terhadap dosa manusia adalah pertimbangan Kasih Allah dan Keadilan Allah, dengan kasih Allah tentu saja Allah tidak menginginkan manusia harus mati akibat dosa-dosanya, akan tetapi disisi lain Allah mempertimbangkan keadilan-Nya, dengan keadilan Allah adanya tuntutan korban pendamaian dan penebusan dosa yang sempurna karena Allah adalah Allah yang sempurna.
Atas dasar kesempurnaan Allah tidak dapat dibayar dengan cara menyembelih lembu yang tak bercacat, domba yang tak bercacat, serta hewan-hewan lain yang tak bercacat dan perbuatan baik manusia sekalipun, kesempurnaan Allah mengharuskan sesuatu yang tidak berasal dari manusia melainkan berasal dari Allah sendiri.
Betapa besarnya kasih Allah terhadap manusia yang berdosa, bercacat, serta keburukan moral yang begitu besar, sehingga manusia sewajarnya menanggung dosanya sendiri, dengan jalan kematian kekal dan kehilangan pengharapan hidup yang kekal, akan tetapi Allah tidak membiarkan manusia hidup binasa sehingga Allah mewujudkan kasih-Nya kepada manusia. Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Akibat dosa manusia seyogianya Allah menghukum manusia dengan cara dibinasakan dari muka bumi, tetapi oleh karena pengasihan-Nya, Allah datang kepada manusia sehingga manusia beroleh kehidupan yang kekal.
Setelah Allah datang kedunia dengan cara mengaruniakan anak tunggal-Nya, belumlah cukup untuk menghapus dosa manusia tetapi disini tuntutan keadilan Allah berlaku untuk menyelamatkan manusia, Allah sendiri melalui Yesus Kristus Putera tunggal-Nya harus rela menerima hukuman yang berat yaitu penyaliban Kristus diatas kayu salib, sebagai korban pengahapusan dosa yang sempurna. Allah menuntut darah yang tidak bercacat yaitu darah Kristus, tubuh yang tidak bercacat yaitu tubuh Kristus, Yesus Kristus anak Allah yang hidup rela mati bagi orang berdosa.
Kasih Allah kepada manusia tak ternilai harganya sehingga walaupun manusia masih berada dalam dosanya, Roma 5:8 “Akan tetapi Allah menunjukan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”.
Allah mau datang dan menolongnya tanpa Allah menuntut manusia untuk melakukan tindakan aktif yang dapat dijadikan oleh Allah sebagai pertimbangan terhadap keselamatan manusia. Tuntutan Allah kepada manusia hanyalah iman, dengan iman membawa anugerah bagi manusia tentang kasih karunia Allah melalui kematian Yesus Kristus diatas kayu salib, dengan demikian maka manusia dapat dibenarkan dihadapan Allah.
Kematian Kristus diatas kayu salib mewujudkan kasih Allah terhadap manusia, dalam diri Kristus hubungan antara Allah dan manusia yang telah putus oleh karena dosa manusia kembali terjalin dengan penuh kasih Allah, sehingga dosa yang telah merasuk manusia telah dihapus sepenuhnya oleh darah Kristus yang tak bercela, melalui Yesus Kristus manusia layak dihadapan Allah sebagai umat pilihan-Nya, serta manusia dapat dibenarkan dihadapan Allah, kematian Yesus Kristus membawa pengharapan bagi manusia untuk kehidupan kekal.
Setiap orang yang mengaku sebagai umat yang berkomitmen sebagai pengikut Kristus, berpegang teguh pada tanggung jawab untuk memikul salib-Nya, serta menyangkal dirinya dan berpegang pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat.
Menyangkal diri dan memikul salib bukan diucapkan dengan lidah melalui mulut saja, melainkan mengesampingkan identitas duniawi dan fokus pada identitas sebagai pengikut Kristus, dalam menjalankan roda kehidupan tentu banyak sekali hambatan maupun godaan yang acap kali terjadi baik itu di lingkungan rumah tangga kita, kantor, dan diberbagai tempat dimana kita berada, ketika pengikut Kristus berkomitmen terhadap firman-Nya seberapa besar godaan yang datang akan dilalui dengan berpegang teguh kepada Yesus Kristus yang telah mati untuk membebaskan dosa-dosa kita. Selamat merayakan Paskah Tuhan Yesus Memberkati. (*)