BANGSA Israel adalah bangsa pilihan Allah, sekaligus sebagai bangsa besar dan terberkati sebagaimana janji Allah kepada bapa leluhur mereka Abraham, Isak, dan Yakub.
Dari sinilah lahir 12 suku bangsa Yahudi yang menjadi perbincangan di seantero dunia masa kini, kendatipun demikian bangsa ini juga merupakan bangsa yang tidak setia kepada Allah sang pencipta langit dan bumi, sehingga mereka tidak pernah luput dari hukuman Allah.
Wujud hukuman Allah kepada bangsa Israel yaitu Allah menggunakan bangsa-bangsa lain untuk mewujudkan sifat keadilannya kepada bangsa Israel sebagai bangsa yang tidak setia.
Atas ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Allah, sehigga mereka pernah mengalami pembuangan secara traumatis ke Babel. Dalam pembuangan tersebut Allah secara nyata menyerahkan mereka kepada Babel untuk membentuk karakteristik mereka sebagai umat pilihan Allah, maupun manguji iman mereka kepada Allah sebagai Allah yang setia. Dengan demikian Allah memperhatikan pendirian mereka apakah mereka masih memiliki pengharapan kepada Allah ataukah mereka berpaling kepada Allah lain dan menganggap Allah telah meninggalkan mereka!
Pembuangan bangsa Israel ke Babel ditandai dengan adanya keruntuhan Bait Allah yang di bangun Salomo di Yerusalem. Secara otomatis bangsa itu menganggap Bait Allah sebagai lambang kehadiran Allah untuk mereka, sudah tidak ada lagi sehingga pengharapan akan keselamatan telah musnah dalam kehidupan mereka.
Disamping pembuangan ke Babel, Allah juga menghukum bangsa Israel dengan cara menyerahkan mereka kepada Asyur untuk dijadikan sebagai bangsa yang asing dan diperbudak secara tidak manusiawi.
Pembuangan ke Asyur merupakan dosa bangsa Israel yang sangat besar kepada Allah, sebagaimana apa yang tertulis dalam (Kitab 2 Raja-Raja 17 ayat 7-10): “Hal itu terjadi, karena orang Israel telah berdosa kepada Tuhan, Allah mereka yang telah menuntun mereka dari tanah Mesir, dan karena mereka telah menyembah allah lain, dan telah hidup menurut adat istiadat bangsa-bangsa yang telah dihalau Tuhan dari depan orang Israel, dan menurut ketetapan yang telah dibuat raja-raja Israel. Dan orang Israel telah menjalankan hal-hal yang tidak patut terhadap Tuhan, Allah mereka. Mereka telah mendirikan bukit-bukit pengorbanan dimana pun mereka diam, baik menara penjagaan maupun di kota yang berkubu; mereka mendirikan tugu-tugu berhala dan tiang-tiang berhala di atas setiap bukit yang tinggi dan dibawah setiap pohon yang rimbun”.
Kejahatan-kejahatan bangsa pilihan Allah inilah, merupakan sebagian kecil yang nampak dalam kehidupan iman mereka sehingga Allah yang dikenal Allah yang setia meninggalkan mereka dan menyerahkan mereka kepada bangsa-bangsa lain.
Israel sebagai bangsa pilihan Allah apabila dilihat dari rentetan peristiwa-peristiwa pembuangan ke daerah-daerah pembuangan, secara kasat mata kita melihatnya sebagai gambaran orang yang tidak setia dan tidak beriman kepada Allah sang pengasih bagi orang-orang pilihan-Nya, oleh karena itu perlu kita simak sebagai peristiwa-peristiwa kelam untuk kehidupan beriman umat Kristen masa kini.
Walaupun Allah berkali-kali menghukum bangsa Israel sebagai bangsa pilihan-Nya, akan tetapi Allah juga telah mendemonstrasikan kekuasaan-Nya sebagai Allah yang setia dan memberikan pengharapan kepada bangsa Israel melalui kehadiran Sang Bayi Natal yaitu Yesus Kristus Anak Allah yang menyandang tiga gelar sekaligus yaitu sebagai Nabi, Imam dan Raja. Dalam konteks saat ini dirayakan oleh seluruh umat Kristen yang tersebar di berbagai penjuru dunia.
Allah sendiri yang memberikan hukuman kepada bangsa Israel dengan menyerahkan mereka yang berdosa berada dalam kekuasaan bangsa-bangsa lain. Namun Allah sendiri hadir dan memulihkan keadaan mereka, sehingga mereka tidak berada dalam keputusasaan melainkan mereka mendapat penghiburan, serta pengharapan yang besar akan kasih Allah melalui janji Allah yang Ya dan Amin, melalui kedatangan Mesias Jurus Selamat Allah bagi orang berdosa sejak dahulu kala, sebelum dunia dijadikan.
Ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu Yesaya tampil sebagai nabi yang menyuarakan suara Allah bagi bangsa Israel menubuatkan tentang kedatangan Sang Juru Selamat tersebut dalam (Kitab Yesaya 9:5) “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada diatas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai”.
Dari pernyataan Yesaya tersebut menyiratkan berbagai makna bagi bangsa Israel pada umumnya dan umat Kristiani pada khususnya yang merayakan Natal bukan hanya sekadar rutinitas setiap tahun, melainkan perlu direnungkan secara mendalam bagi kehidupan beriman hari lepas hari.
Seorang anak atau seorang putera telah lahir dan diberikan untuk kita memiliki arti yang sangat luas, Yesus Kristus Putera Natal dilahirkan dengan satu tujuan Allah yang sangat mulia untuk manusia, yaitu sebagai pendamai antara Allah dan manusia yang telah lama putus akibat dosa.
Yesus Kristus Putera Natal sebagai penghubung atau perantara bagi Allah dan manusia yang sebenarnya manusia tidak layak menjadi layak dihadapan Allah. Yesus Kristus Putera Natal menghidupkan jiwa manusia yang sebenarnya telah mati akibat dosa, kini hidup dan memiliki pengharapan hidup yang kekal.
Lambang pemerintahan ada diatas bahu-Nya, selaku manusia yang hidup di dunia ini masing-masing memiliki kesempatan menjadi pemimpin di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat, baik dalam pemerintahan, perusahan, pimpinan dalam berbagai organisasi masyarakat, perkantoran berskala kecil hingga berskala eksekutif, tentu bukan merupakan tolok ukur dalam kehidupan beriman.
Patut direnungkan bahwa Yesus Kristus Putera Natal memberikan suatu teladan terhadap seluruh pemerintahan diatas muka bumi ini, lambang pemerintahan-Nya dikendalikan dengan kasih Allah yang jauh dari kata penindasan, ketidakadilan, pemuasan hawa nafsu, mementingkan diri sendiri dan golongan, serta lain-lain yang tidak berkenan dihadapan Allah.
Yesus Kristus Putera Natal memiliki gelar Nabi, Imam dan Raja memberikan berkat rohani kepada kita sebagai umat-Nya untuk saling menasehati satu sama lain, sehingga membangun tubuh Kristus dalam kehidupan beriman kita kepada Allah yang kekal raja damai.
Natal dalam perspektif iman Kristen tidak perlu dirayakan dengan sangat meriah dan terkesan mewah, juga tidak perlu dirayakan dengan berpesta pora. Sebagian besar orang Kristen merayakan Natal dengan cara memperbaharui rumah dengan di cat baru, ada juga dengan meyambut Natal dengan menyajikan berbagai masakan yang lezat diatas meja makan, ada pula dengan menyediakan beraneka ragam jenis kue yang enak, seluruhnya bukan bagian dari implementasi Natal dalam kehidupan beriman kita, melainkan segala sesuatu yang disebutkan tersebut, merupakan rasa syukur kita dihadapan Allah atas pertolongannya memberkati kehidupan ekonomi kita walaupun kita masih di bayang-bayangi oleh virus covid-19.
Natal dalam perspektif iman Kristen yaitu memperbaharui kehidupan lama kita menjadi hidup baru, menyambut suka cita Natal dengan cara berdamai dengan sesama kita, menyebarkan suka cita Natal kepada umat di seluruh penjuru dunia, merealisasikan kasih Allah kepada kita dengan cara saling mengasihi satu sama lain, memperbaiki mentalitas dan moralitas kita sebagai Umat Pilihan Allah!
Selamat merayakan hari Natal 25 Desember 2022 dan selamat menyambut Tahun Baru 2023, Tuhan Yesus Memberkati. (*)