26.5 C
Denpasar
Sunday, March 26, 2023

Esai Natal: Jalan Lain (Bijak) Setelah Perayaan Natal

Oleh: Rm. Venus

PADA momentum Natal, Kelahiran Yesus ini, lebih dari 2 miliar orang Kristen akan memenuhi gereja-gereja seluruh dunia. Mereka merayakan Natal diringi nyanyian dan doa syukur atas Anugerah Allah dalam ujud pribadi Yesus yang hidup dan karyanya menjadi inspirasi banyak orang. Suasana Natal sudah terlihat di seantero kota di tanah air kita  yang penduduknya majemuk baik suku, agama, ras maupun golongan. Mereka yang berbeda keyakinan ikut menyemarakan suasana Natal karena memandang warga Kristiani sebagai saudara yang telah menjadi bagian dari kemajuan sebuah bangsa dan negara. Natal menjadi momentum untuk mempererat ikatan persaudaraan antarsesama anak bangsa mewujudkan kehidupan yang damai dan harmonis.

Pesan Natal 2022 Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI) diambil dari ayat suci Matius 2:12: “…. pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain”. Kutipan ini adalah bagian narasi panjang tentang orang-orang bijak (Majus) yang datang dari negerinya yang jauh ke Betlehem untuk menjumpai bayi Yesus. Berbekalkan ilmu perbintangan, mereka berangkat dari negeri asalnya dituntun oleh bintang hingga tiba di Yerusalem. Bintang penunjuk jalan itu menghilang saat mereka bertemu dengan Raja Herodes yang mempunyai rencana keji di kepalanya. Ia ingin menghabisi Yesus, Sang Raja yang baru lahir itu. Oleh karena itu, ia membujuk orang-orang bijak itu untuk kembali memberitahu kepadanya segala sesuatu tentang Raja yang baru lahir itu. Saat orang-orang Majusi itu keluar dari Yerusalem bintang penunjuk jalan itu tampak hingga menghantar mereka sampai di tempat di mana Sang Bayi itu berada. Karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Raja Herodes, para Majusi itu pulang ke negerinya melalui jalan lain.

Baca Juga:  Konsumsi Rokok di Tengah Pandemi dan Krisis Ekonomi

Frase pendek “jalan lain” harus dipahami sebagai titik tolak baru bagi setiap orang yang, seperti orang-orang bijak, bertemu dan mengalami penampakan Tuhan. Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan selalu mengubah dan membaharui serta membuahkan sukacita. Yesus Kristus yang dirayakan kelahiranNya mendorong kita untuk bersama-sama mencari jalan-jalan baru yang kreatif dalam mewartakan kasihNya kepada sesama dan semua makhluk ciptaan di tengah kondisi serba sulit dan penuh kesedihan.

Yang kita butuhkan di saat sulit seperti sekarang ini adalah berjalan bersama-sama  yang memampukan kita untuk “pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat”. Natal menjadi sepenggal waktu jeda, saat kita mengisi kembali ruang batin dengan cinta dan menularkan perasaan kasih di lingkungan menggantikan angkara murka. Kita viralkan ungkapan kasih di media sosial bukan ujaran kebencian. Kita bangun kehidupan bukan menghancurkan. Kita wujudkan kerukunan dan perdamaian di tengah mengentalnya intoleransi dan kekerasan atas nama radikalisme beragama karena kedua hal tersebut mengikis rasa kebangsaan dan kebersamaan dan mengancam kerukunan masyarakat majemuk. Dengan semangat natal kita menyemai kejujuran di ruang-ruang publik untuk memotong budaya jalan pintas dan praktik korupsi yang mewabah dan menjangkiti bukan hanya kaum elit-terdidik tetapi juga kaum papa dan rakyat jelata. Natal juga mendorong kita untuk menyuarakan pertobatan ekologis di tengah  krisis lingkungan hidup yang kian masif. Kita wujudkan pesan natal dengan ekspresi berpolitik yang mendahulukan kepentingan bersama, berjiwa lapang dan menjadikan akal sehat sebagai daulat utama menuju pesat demokrasi tahun 2024.

Baca Juga:  Olahraga; Cara Murah dan Mudah Cegah Stroke saat Pandemi

Natal memperoleh signifikansinya ketika “jalan lain” itu dipahami sebagai upaya menata  hidup baru setelah berjumpa dengan Tuhan yang datang ke dunia dalam pribadi Yesus Kristus. Jalan lain itu tidak selalu menjanjikan hidup yang serba gampangan. Belum tentu lebih mudah dari sebelumnya. Tetapi, satu keyakinan ini yang tak pernah surut, yaitu Natal adalah Tuhan sendiri. Kelahiran Yesus Kristus adalah bukti kalau Tuhan menyertai manusia. Tuhan ada di tengah-tengah keterbatasan dan kerapuhan manusia. Seberat apa pun kondisi hidup, manusia tidak sendirian menjalaninya. Ada Tuhan yang beserta (Emanuel). Natal bisa menjadi proklamasi kehadiran Tuhan yang memberi pengharapan. Ada masa depan, damai sejahtera, dan keselamatan bagi orang-orang yang berkenan kepadaNya. Selamat Pesta Natal untukmu semua. (*/dre/rid)

 



Oleh: Rm. Venus

PADA momentum Natal, Kelahiran Yesus ini, lebih dari 2 miliar orang Kristen akan memenuhi gereja-gereja seluruh dunia. Mereka merayakan Natal diringi nyanyian dan doa syukur atas Anugerah Allah dalam ujud pribadi Yesus yang hidup dan karyanya menjadi inspirasi banyak orang. Suasana Natal sudah terlihat di seantero kota di tanah air kita  yang penduduknya majemuk baik suku, agama, ras maupun golongan. Mereka yang berbeda keyakinan ikut menyemarakan suasana Natal karena memandang warga Kristiani sebagai saudara yang telah menjadi bagian dari kemajuan sebuah bangsa dan negara. Natal menjadi momentum untuk mempererat ikatan persaudaraan antarsesama anak bangsa mewujudkan kehidupan yang damai dan harmonis.

Pesan Natal 2022 Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI) diambil dari ayat suci Matius 2:12: “…. pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain”. Kutipan ini adalah bagian narasi panjang tentang orang-orang bijak (Majus) yang datang dari negerinya yang jauh ke Betlehem untuk menjumpai bayi Yesus. Berbekalkan ilmu perbintangan, mereka berangkat dari negeri asalnya dituntun oleh bintang hingga tiba di Yerusalem. Bintang penunjuk jalan itu menghilang saat mereka bertemu dengan Raja Herodes yang mempunyai rencana keji di kepalanya. Ia ingin menghabisi Yesus, Sang Raja yang baru lahir itu. Oleh karena itu, ia membujuk orang-orang bijak itu untuk kembali memberitahu kepadanya segala sesuatu tentang Raja yang baru lahir itu. Saat orang-orang Majusi itu keluar dari Yerusalem bintang penunjuk jalan itu tampak hingga menghantar mereka sampai di tempat di mana Sang Bayi itu berada. Karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Raja Herodes, para Majusi itu pulang ke negerinya melalui jalan lain.

Baca Juga:  Bersiap Mencatat Indonesia Melalui Sensus Penduduk 2020 Lanjutan

Frase pendek “jalan lain” harus dipahami sebagai titik tolak baru bagi setiap orang yang, seperti orang-orang bijak, bertemu dan mengalami penampakan Tuhan. Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan selalu mengubah dan membaharui serta membuahkan sukacita. Yesus Kristus yang dirayakan kelahiranNya mendorong kita untuk bersama-sama mencari jalan-jalan baru yang kreatif dalam mewartakan kasihNya kepada sesama dan semua makhluk ciptaan di tengah kondisi serba sulit dan penuh kesedihan.

Yang kita butuhkan di saat sulit seperti sekarang ini adalah berjalan bersama-sama  yang memampukan kita untuk “pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat”. Natal menjadi sepenggal waktu jeda, saat kita mengisi kembali ruang batin dengan cinta dan menularkan perasaan kasih di lingkungan menggantikan angkara murka. Kita viralkan ungkapan kasih di media sosial bukan ujaran kebencian. Kita bangun kehidupan bukan menghancurkan. Kita wujudkan kerukunan dan perdamaian di tengah mengentalnya intoleransi dan kekerasan atas nama radikalisme beragama karena kedua hal tersebut mengikis rasa kebangsaan dan kebersamaan dan mengancam kerukunan masyarakat majemuk. Dengan semangat natal kita menyemai kejujuran di ruang-ruang publik untuk memotong budaya jalan pintas dan praktik korupsi yang mewabah dan menjangkiti bukan hanya kaum elit-terdidik tetapi juga kaum papa dan rakyat jelata. Natal juga mendorong kita untuk menyuarakan pertobatan ekologis di tengah  krisis lingkungan hidup yang kian masif. Kita wujudkan pesan natal dengan ekspresi berpolitik yang mendahulukan kepentingan bersama, berjiwa lapang dan menjadikan akal sehat sebagai daulat utama menuju pesat demokrasi tahun 2024.

Baca Juga:  Olahraga Aman Pada Masa Pandemi Covid-19

Natal memperoleh signifikansinya ketika “jalan lain” itu dipahami sebagai upaya menata  hidup baru setelah berjumpa dengan Tuhan yang datang ke dunia dalam pribadi Yesus Kristus. Jalan lain itu tidak selalu menjanjikan hidup yang serba gampangan. Belum tentu lebih mudah dari sebelumnya. Tetapi, satu keyakinan ini yang tak pernah surut, yaitu Natal adalah Tuhan sendiri. Kelahiran Yesus Kristus adalah bukti kalau Tuhan menyertai manusia. Tuhan ada di tengah-tengah keterbatasan dan kerapuhan manusia. Seberat apa pun kondisi hidup, manusia tidak sendirian menjalaninya. Ada Tuhan yang beserta (Emanuel). Natal bisa menjadi proklamasi kehadiran Tuhan yang memberi pengharapan. Ada masa depan, damai sejahtera, dan keselamatan bagi orang-orang yang berkenan kepadaNya. Selamat Pesta Natal untukmu semua. (*/dre/rid)

 


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru