Selera berwisata pelancong dari sejumlah negara ditengarai sudah banyak berubah. Tidak lagi tempat mainstream, tetapi lebih banyak mengunjungi alam yang masih asri dan suasana pedesaan.
KONDISI ini sudah dianalisis. Pariwisata ke depan diharapkan tidak hanya terpaku pada MICE ( Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) tourism saja.
Ketua Association of The Indonesian Tours and Travels Agencies (Asita) Bali I Putu Winastra mengatakan, ke depan diharapkan lebih mengacu kepada memberikan pengalaman dengan wisata ke alam.
Menurutnya, selain mendukung pariwisata Bali bekelanjutan ini juga dapat mewujudkan pariwisata berkualitas. “Itu harapan pemerintah, bagaimana menjual Bali ini lebih mahal,” ungkapnya pada acara Rakerda Asita Bali yang berlangsung di Frame Plaza Hotel, Sanur (25/1/2023).
Salah satu wisata alam yang dimaksud adalah desa wisata yang menjadi ikon Bali. Terlebih tahun lalu, kata Winastra ada dua desa wisata di Bali yang telah mendapatkan penghargaan nasional dari Kementerian Pariwisata.
Winastra menyebut Eropa dapat menjadi pangsa pasar yang paling mendukung terhadap paket alam ini. Selain itu juga Australia yang kini sudah mulai masuk ke desa- desa. ” Dulu wisatawan Australia yang sebelumnya lebih banyak memilih daerah Kuta dan Seminyak, saat ini sudah mulai terlihat berkunjung ke desa wisata,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjokorda Bagus Pemayun dalam kesempatan tersebut mengatakan, berharap ke depan pariwisata tidak hanya terkonsentrasi di Bali Selatan, tapi menyeluruh di semua wilayah.
“Kami bersama Asita sudah bertemu Pak Gubernur dan beliau menugaskan Asita untuk membuat paket paket yang betul betul masuk ke sentra ekonomi yang ada di seluruh Bali,” imbuhnya. [ni kadek novi febriani]