SEMARAPURA, Radar Bali.id– Sekitar 50 persen ruang kelas SD di Kabupaten Klungkung dalam kondisi tidak layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Selain bangku dan meja yang kurang memadai, SD di Kabupaten Klungkung juga dihadapkan dengan rusaknya ruangan belajar seperti plafon jebol.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Klungkung, I Ketut Sujana dikonfirmasi terpisah setelah mengikuti rapat koordinasi dengan Komisi I dan Komisi III DPRD Klungkung di Kantor DPRD Klungkung, Senin (6/3/2023) mengungkapkan, anggaran yang terbatas membuat Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Klungkung menerapkan skala prioritas dalam menangani masalah sarana dan prasarana (sarpas) sekolah di Klungkung. Padahal menurutnya sekitar 50 persen ruang kelas SD di Kabupaten Klungkung dalam kondisi tidak layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
“Seperti plafon jebol, banyak pilar yang kelihatan besinya. Tapi itulah yang ada yang harus kita manfaatkan walaupun tidak nyaman. Itulah tantangan yang harus kita hadapi bersama,” ujarnya.
Diungkapkannya, Pemkab Klungkung telah mengalokasikan anggaran untuk penanganan kerusakan sekolah mulai ringan hingga berat pada APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Klungkung 2023 sekitar Rp3 miliar.
Sementara dari DAK (Dana Alokasi Khusus), sebesar Rp7 miliar. Hanya saja bila melihat kondisi sekolah di Kabupaten Klungkung, menurutnya anggaran sejumlah itu belum mencukupi untuk penanganan sekolah yang mengalami kerusakan. “Kami gunakan sekala prioritas. Yang butuh penanganan segera, itu kami dahulukan,” katanya.
Seperti SD Negeri Manduang yang kondisinya sangat memprihatinkan. Di mana sekolah yang tidak pernah mendapat penanganan itu memiliki ruang kelas yang kecil dengan kondisi atap banyak bocor.
Untuk itu, Pemkab Klungkung menganggarkan pembangunan gedung baru di SD Negeri Manduang sekitar Rp2,1 miliar. Dengan anggaran sebesar itu, akan dibangun ruang kelas dua lantai. “SDN Satra dan SDN 1 Getakan juga begitu. Kami bertahap sekali karena anggaran terbatas,” tandasnya.
Selain masalah sarpas, menurutnya sekolah di Klungkung juga dihadapkan dengan kekurangan guru. Tidak hanya di wilayah kepulauan seperti Nusa Penida, kondisi itu juga terjadi pada sekolah-sekolah di wilayah Kota Semarapura.
“Di semua sekolah kekurangan guru. Misal di SDN Semarapura Tengah, kekurangan lima guru. Bukan hanya di Nusa Penida yang kurang guru, semua kekurangan. Nanti manfaatkan guru pengabdian,” tandasnya. [dewa ayu pitri arisanti/radar bali]