27.6 C
Denpasar
Friday, March 31, 2023

Anggota DPRD Buleleng Ngaku hanya Bercanda, Bicara Pakai Dialek Buleleng, Dikira Mau Berkelahi

SINGARAJA,radarbali.id – Persoalan adu mulut  yang nyaris baku hantam yang terjadi antara Ketua Fraksi Golkar Nyoman Gede Wandira Adi dan Ketua Fraksi Demokrat-Perindo Kadek Sumardika, berakhir happy ending. Keduanya mengklaim hanya bercanda dan berbicara menggunakan dialek Buleleng, namun dikira hendak berkelahi. Sehingga terjadi persepsi yang bias.

Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna (1/3/2023) mempertemukan Wandira dan Sumardika di Ruang Rapat Pimpinan DPRD Buleleng. Kedua anggota dewan yang diduga sempat cekcok, hanya tertawa saat bertemu dengan wartawan. Kepada wartawan, Wandira mengungkapkan, ia dan Sumardika hanya berdebat. Mereka berdebat karena persoalan penarikan kader Partai Perindo dari Fraksi Demokrat-Perindo. Akibatnya Fraksi Demokrat-Perindo terancam bubar. Wandira yang juga Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) diberi mandat melakukan konsultasi tata tertib DPRD Buleleng kepada Biro Hukum Pemprov Bali.

Hasilnya, Partai Perindo tak bisa menarik kader mereka. Sebab penarikan kader itu akan membubarkan fraksi. Sementara tata tertib DPRD Buleleng menegaskan, perpindahan anggota fraksi hanya bisa dilakukan sepanjang tak mempengaruhi keberlangsungan fraksi.

Baca Juga:  KPU Evaluasi Kampanye Pemilu, Persoalkan Masa Kampanye dan Alat Peraga

Nah usai konsultasi, Wandira pun mengikuti agenda kunjungan kerja DPRD Bangli. Di sana Kadek Sumardika menanyakan hasil konsultasi. Ia mengklaim telah menyampaikan pada Kadek Sumardika. Bahwa Fraksi Demokrat-Perindo akan tetap aman hingga 2024 mendatang. Nah usai kunjungan kerja, di lobi DPRD Bangli, hasil konsultasi itu kembali dibahas.

“Karena saya merasa sudah klir, saya bercanda dengan Kadek Sumardika. Karena wajahnya masih tegang, saya guyon. Amen emosi, be guling beli. Ada bicara naskeleng juga. Padahal kita biasa bicara begitu di Buleleng, tapi karena bicaranya di Bangli dianggap berlebihan dan dikira mau mejaguran,”  ujarnya.

Hal serupa diungkapkan Sumardika. Menurutnya hanya itu hanya salah paham saja. Ia mengaku tak mungkin baku hantam dengan sesama anggota dewan, karena hal itu akan mencoreng marwah Lembaga dewan. Sumardika mengaku hanya bicara soal hasil konsultasi perpindahan anggota fraksi saja. “Saya merasa bercandanya agak berlebihan, sehingga di luar ruangan berdebat lagi. Mungkin karena kita di Buleleng bahasa pergaulannya begitu kalau berdebat dan dialeknya berbeda, ditanggapi berbeda dengan teman-teman di Bangli,” katanya.

Baca Juga:  Gagal Mediasi, Giliran Warga Banyuasri Geruduk Kantor DPRD Buleleng

Sementara itu Ketua DPRD Gede Supriatna menegaskan tak ada persoalan serius. Menurutnya hal itu hanya guyonan semata. Ia menyebut ada persepsi yang berbeda antara staf-staf kesekretariatan dewan di Kabupaten Buleleng. “Di Buleleng itu biacara agak keras. Biasa bercanda-bercanda begitu. Itu kira-kira yang dianggap teman-teman terjadi perselisihan serius. Kan biasa karakter orang Buleleng bicaranya keras-keras,” ujar Supriatna. (eps/rid)



SINGARAJA,radarbali.id – Persoalan adu mulut  yang nyaris baku hantam yang terjadi antara Ketua Fraksi Golkar Nyoman Gede Wandira Adi dan Ketua Fraksi Demokrat-Perindo Kadek Sumardika, berakhir happy ending. Keduanya mengklaim hanya bercanda dan berbicara menggunakan dialek Buleleng, namun dikira hendak berkelahi. Sehingga terjadi persepsi yang bias.

Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna (1/3/2023) mempertemukan Wandira dan Sumardika di Ruang Rapat Pimpinan DPRD Buleleng. Kedua anggota dewan yang diduga sempat cekcok, hanya tertawa saat bertemu dengan wartawan. Kepada wartawan, Wandira mengungkapkan, ia dan Sumardika hanya berdebat. Mereka berdebat karena persoalan penarikan kader Partai Perindo dari Fraksi Demokrat-Perindo. Akibatnya Fraksi Demokrat-Perindo terancam bubar. Wandira yang juga Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) diberi mandat melakukan konsultasi tata tertib DPRD Buleleng kepada Biro Hukum Pemprov Bali.

Hasilnya, Partai Perindo tak bisa menarik kader mereka. Sebab penarikan kader itu akan membubarkan fraksi. Sementara tata tertib DPRD Buleleng menegaskan, perpindahan anggota fraksi hanya bisa dilakukan sepanjang tak mempengaruhi keberlangsungan fraksi.

Baca Juga:  Mencuat Duet Ganjar-Prabowo, Koalisi PKB dan Gerindra Terancam Bubar

Nah usai konsultasi, Wandira pun mengikuti agenda kunjungan kerja DPRD Bangli. Di sana Kadek Sumardika menanyakan hasil konsultasi. Ia mengklaim telah menyampaikan pada Kadek Sumardika. Bahwa Fraksi Demokrat-Perindo akan tetap aman hingga 2024 mendatang. Nah usai kunjungan kerja, di lobi DPRD Bangli, hasil konsultasi itu kembali dibahas.

“Karena saya merasa sudah klir, saya bercanda dengan Kadek Sumardika. Karena wajahnya masih tegang, saya guyon. Amen emosi, be guling beli. Ada bicara naskeleng juga. Padahal kita biasa bicara begitu di Buleleng, tapi karena bicaranya di Bangli dianggap berlebihan dan dikira mau mejaguran,”  ujarnya.

Hal serupa diungkapkan Sumardika. Menurutnya hanya itu hanya salah paham saja. Ia mengaku tak mungkin baku hantam dengan sesama anggota dewan, karena hal itu akan mencoreng marwah Lembaga dewan. Sumardika mengaku hanya bicara soal hasil konsultasi perpindahan anggota fraksi saja. “Saya merasa bercandanya agak berlebihan, sehingga di luar ruangan berdebat lagi. Mungkin karena kita di Buleleng bahasa pergaulannya begitu kalau berdebat dan dialeknya berbeda, ditanggapi berbeda dengan teman-teman di Bangli,” katanya.

Baca Juga:  Terungkap! Sebelum Lapor Polda, Korban dan Oknum Ormas Pernah Mediasi

Sementara itu Ketua DPRD Gede Supriatna menegaskan tak ada persoalan serius. Menurutnya hal itu hanya guyonan semata. Ia menyebut ada persepsi yang berbeda antara staf-staf kesekretariatan dewan di Kabupaten Buleleng. “Di Buleleng itu biacara agak keras. Biasa bercanda-bercanda begitu. Itu kira-kira yang dianggap teman-teman terjadi perselisihan serius. Kan biasa karakter orang Buleleng bicaranya keras-keras,” ujar Supriatna. (eps/rid)


Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru