28.7 C
Denpasar
Tuesday, June 6, 2023

Badah! Rilis Google, Indonesia Masuk Negara Papan Atas Urusan Hoaks

RadarBali.id-Sebagai salah satu negara besar dunia, dengan pengguna internet yang mencapai ratusan juta, Indonesia rentan dalam urusan berita bohong alias hoaks. Hoaks masih sering berseliweran lewat media sosial (medsos).

Nah, terkait itu, untuk menyambut Hari Cek Fakta Internasional yang jatuh pada 2 April 2023 ini, Google mengambil beberapa data tren.

Dalam laporan terbarunya, Google mengungkapkan kalau sejauh ini, Indonesia adalah negara teratas di dunia dalam menelusuri hoaks  hingga April 2023.

Selain itu, minat penelusuran tentang disinformasi mencapai angka tertinggi sepanjang masa pada tahun  2022. Sementara itu, minat penelusuran tentang misinformasi meningkat 90 persen antara tahun 2021 hingga 2022, dan minat penelusuran tentang scam mencapai angka tertinggi sepanjang masa di Indonesia pada tahun 2021.

“Misinformasi tentu bertentangan dengan misi Google serta produk-produknya. Untuk itu, kami berinvestasi besar dalam perlawanan terhadap upaya yang bertujuan menipu, merugikan, san memanfaatkan pengguna, serta meminimalkan penyebaran informasi bermutu rendah,” jelas Google melalui keterangannya.

Baca Juga:  Fakta Baru, Ternyata Laporan Penculikan Siswa SMP di Kuta Bali Hoaks

Dalam upaya tersebut, Google kemudian menaikkan peringkat berita yang kredibel dan berkualitas dalam hasil penelusuran, sehingga pengguna akan terpapar pada sumber yang sudah mapan dan memiliki reputasi. Diketahui, penelusuran berita di Google diketahui sedikit banyak menjadi referensi pencarian fakta sebuah berita kredibel atau tidak.

Selain itu, Google juga merilis berbagai kebijakan internal baru. Salah satunya, yang melarang perilaku buruk saat online. Ini meliputi hal-hal seperti pernyataan menyesatkan, peniruan identitas, atau disinformasi kesehatan.

“Kami menerbitkan Laporan Transparansi Penegakan Pedoman Komunitas YouTube yang mengungkapkan bahwa antara Januari hingga September 2022, kami telah menghapus lebih dari 1,2 juta video di Indonesia,” lanjut pihak Google.

Dalam laporan Keamanan Iklan, Google juga melakukan langkah pemblokiran yang diklaim untuk melindungi pengguna. Google memblokir atau menghapus lebih dari 5,2 miliar iklan di seluruh dunia karena melanggar kebijakan kami pada tahun 2022 yang setara dengan 9.000 iklan per menit.

Baca Juga:  Kapok! Penyebar Hoaks KPK Sita Harta Mahfud MD Ditangkap dan Minta Maaf

Langkah lainnya, Google bermitra dengan pakar literasi media untuk merancang workshop yang mampu  mendeteksi disinformasi. Google tak lupa membuat alat pemberian masukan untuk membantu pengguna melaporkan konten yang mungkin melanggar kebijakan mereka.

Google.org, lengan filantropi Google, turut mendukung berbagai program literasi media di tanah air. Salah satu program yang populer, yaitu Tular Nalar, telah melatih 1.400 dosen dan 6.000 guru selama dua tahun terakhir.

Sementara itu, ASEAN Digital Literacy Programme, dengan bantuan dari Common Room Network Foundation, Ruangguru Foundation, dan Fatih Annur Foundation di Indonesia, membekali anak muda, lansia, dan perempuan yang kurang terlayani dengan keterampilan keamanan online dan literasi media.[JPG/jawapos.com]



RadarBali.id-Sebagai salah satu negara besar dunia, dengan pengguna internet yang mencapai ratusan juta, Indonesia rentan dalam urusan berita bohong alias hoaks. Hoaks masih sering berseliweran lewat media sosial (medsos).

Nah, terkait itu, untuk menyambut Hari Cek Fakta Internasional yang jatuh pada 2 April 2023 ini, Google mengambil beberapa data tren.

Dalam laporan terbarunya, Google mengungkapkan kalau sejauh ini, Indonesia adalah negara teratas di dunia dalam menelusuri hoaks  hingga April 2023.

Selain itu, minat penelusuran tentang disinformasi mencapai angka tertinggi sepanjang masa pada tahun  2022. Sementara itu, minat penelusuran tentang misinformasi meningkat 90 persen antara tahun 2021 hingga 2022, dan minat penelusuran tentang scam mencapai angka tertinggi sepanjang masa di Indonesia pada tahun 2021.

“Misinformasi tentu bertentangan dengan misi Google serta produk-produknya. Untuk itu, kami berinvestasi besar dalam perlawanan terhadap upaya yang bertujuan menipu, merugikan, san memanfaatkan pengguna, serta meminimalkan penyebaran informasi bermutu rendah,” jelas Google melalui keterangannya.

Baca Juga:  Waspada! Hoaks Menjadi Potensi Masalah Besar Saat Pemilu 2024

Dalam upaya tersebut, Google kemudian menaikkan peringkat berita yang kredibel dan berkualitas dalam hasil penelusuran, sehingga pengguna akan terpapar pada sumber yang sudah mapan dan memiliki reputasi. Diketahui, penelusuran berita di Google diketahui sedikit banyak menjadi referensi pencarian fakta sebuah berita kredibel atau tidak.

Selain itu, Google juga merilis berbagai kebijakan internal baru. Salah satunya, yang melarang perilaku buruk saat online. Ini meliputi hal-hal seperti pernyataan menyesatkan, peniruan identitas, atau disinformasi kesehatan.

“Kami menerbitkan Laporan Transparansi Penegakan Pedoman Komunitas YouTube yang mengungkapkan bahwa antara Januari hingga September 2022, kami telah menghapus lebih dari 1,2 juta video di Indonesia,” lanjut pihak Google.

Dalam laporan Keamanan Iklan, Google juga melakukan langkah pemblokiran yang diklaim untuk melindungi pengguna. Google memblokir atau menghapus lebih dari 5,2 miliar iklan di seluruh dunia karena melanggar kebijakan kami pada tahun 2022 yang setara dengan 9.000 iklan per menit.

Baca Juga:  Balmon Denpasar Sosialisasi Regulasi Perizinan Stasiun Radio & Workshop Perangkat Radio di Gianyar

Langkah lainnya, Google bermitra dengan pakar literasi media untuk merancang workshop yang mampu  mendeteksi disinformasi. Google tak lupa membuat alat pemberian masukan untuk membantu pengguna melaporkan konten yang mungkin melanggar kebijakan mereka.

Google.org, lengan filantropi Google, turut mendukung berbagai program literasi media di tanah air. Salah satu program yang populer, yaitu Tular Nalar, telah melatih 1.400 dosen dan 6.000 guru selama dua tahun terakhir.

Sementara itu, ASEAN Digital Literacy Programme, dengan bantuan dari Common Room Network Foundation, Ruangguru Foundation, dan Fatih Annur Foundation di Indonesia, membekali anak muda, lansia, dan perempuan yang kurang terlayani dengan keterampilan keamanan online dan literasi media.[JPG/jawapos.com]


Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru